Share

Bab 4. Di terima.

   Ujian selesai para peserta menghambur keluar, tak terkecuali Mita dan Amelia. Para peserta menunggu dengan was- was, karena hasil ujian akan di laksanakan hari ini. 

   Amelia dan Mita duduk di depan kelas juga para peserta lainya. Amelia matanya tak lepas dari dzikir digital yang ia lafalkan di dalam hati,  Sedang Mita chatan dengan pacarnya. 

"Kau chat an ama siapa Mit? Kayaknya seneng banget?" 

"Ama pacarlah, emang kamu jomblo!" 

"Jangan keras- keras dong, nanti ada yang denger, aku kan malu !" Ucap Amelia menutup mulut sahabatnya yang terlanjur ember. 

"Iya maaf, hehehe..." 

"Kamu nggak dzikir sih, kita udah berusaha harusnya berdoa dong." 

"Aku sebenarnya hanya cari pengalaman aja, kalau keterima ya Alhamdulilah kalau nggak juga nggak apa- apa." Ucap Mita Enteng. 

Amelia memukul lengan sahabatnya. "Terserah kau saja lah, kau kan anak orang kaya..." 

"Heemm..." Ucap Amelia berdehem  mengiyakan ucapan sahabatnya. 

Waktu yang di tunggu tiba. Akhirnya pengawas menempelkan lembaran kertas yang berisi nama peserta yang di terima. Mereka berdesakan, Amelia dan Mita memilih mundur. Menunggu peserta lainya mundur. Setelah agak longgar baru Amelia maju melihat apakah dirinya termasuk dari dari penerima beasiswa itu apa tidak. 

Amelia terpekik senang, saat dirinya masuk dan lolos dari beasiswa ini. Air mata lolos dari pelupuk matanya. Ia bahagia. Amelia pun sujud syukur, ia tak pedulikan orang melihat padanya. Ia hanya sangat bahagia, tak bisa ia lukiskan dengan kata- kata. 

"Selamat ya Amel" Ucap Mita memeluk sahabatnya. 

"Makasih..." Ucap Amelia menangis tersedu- sedu. Segera ia lepaskan pelukan sahabatnya. Ia tanya pada Mita. Mita tak sebahagia dirinya. 

"Kau di terima?" Tanya Amelia penasaran. Mita mengeleng, tapi ia tersenyum tak ada  kesedihan di matanya. 

"Kau tak bersedih? Tanya Amelia penasaran. 

"Nggak, kan tadi aku bilang aku hanya mencari pengalaman. Dan kali ini aku harus menurut dengan perkataan Ayahku untuk kuliah di Malaysia."  Amelia tak menjawab omongan sahabatnya, tapi ia akan sedih di tinggalkan sahabatnya jauh di negeri seberang. Hanya Mita Sahabatnya yang bisa menerima dirinya, walau Mita dari golongan orang kaya, tapi Mita tak malu berteman dengan dirinya yang miskin. 

"Kenapa kau diam Amel?" Tanya Mita. Walau Mita sahabatnya menunduk sedih. Karena tak mau kehilangan dirinya. Amelia menghapus air matanya. Ia langsung memeluk sahabatnya. 

"Aku pasti akan kangen padamu..." Ucap Amelia sendu. 

"Aku juga akan pasti kangen padamu, jangan lupakan aku ya, sahabatmu yang cerewet ini !" 

"Aku tidak bisa melupakan sahabat sebaik kamu Mita Anastasia !" 

Mita pun tersenyum mendengar ucapan Amelia. 

"Yuuk aah, makan aku laper nih. Karena kamu yang lolos. Kamu yang traktir ya..." 

"Oke sip..." Ucap Amelia mengandeng sahabatnya keluar dari ruang Aula kelas itu. Mereka kemudian menuju warung Bakso yang terletak di depan kampus. Amelia memesan Bakso pada pelayan yang datang menghampirinya. Mereka ngobrol ringan sebelum pesenan bakso datang. Mata Amelia menangkap sosok yang menatap saat ujian. 

"Deg..." 

Mata Amelia membulat sempurna Ryan berada tak jauh dari meja duduk. Ryan pun memandangi terus wajah Amelia. Tapi Amelia tak ingin menatapnya lama, ia ingin konsen candaan Mita yang berada di depanya. 

Pesanan Amelia datang, pelayan membawakan dua mangkok bakso urat di sertai kuah gajih yang mengiurkan. Cacing di Perut Amelia kegirangan melihat bakso ada di hadapanya. 

Amelia segera menyantapnya. Ryan masih terus memperhatikanya. Tapi Amelia tak menanggapinya. Ia fokus makan dan bercanda dengan Mita. Selesai makan bakso, Amelia segera membayar, ia janji bahwa dirinya yang mentraktir. Amelia dan Mita bergegas ke Kosan. Ia merebahkan dirinya di Bed. 

Kenapa dia menatapku terus? Apa dia dia suka padaku? Nggak aah jangan gr dulu' batin Amelia. 

Mita menimpuk wajah Amelia dengan bantal. 

"Lamunin siapa sih senyum- senyum sendiri?" 

Amelia beranjak dan duduk bersandar. 

"Oh ya Mit, tadi saat kita makan bakso kamu liat pengwas yang makan tak jauh dari tempat kita duduk? 

"Iya... pak Ryan ama pak Doni." 

"Ko kamu tau namanya sih?" 

"Ya taulah, kan mereka pake tanda pengenal. Kamu iish !" 

"Kenapa emang? Kamu naksir pak Ryan ya?" 

"Eehmmm... belum sih... Tapi pak Ryan liatin aku terus, kan aku jadi gr. 

"Uhhukk..." Mita meledek sahabatnya.

"Moga Pak Ryan emang jatuh cinta pada sahabatku ini, biar tidak jomblo lagi.Amiin." Mita mengadahkan tanganya ke atas memohon ijabah doanya. 

"Udah aah, aku mau packing nih. Aku mau pulang ke orang tuaku. Sebenarnya aku sedih ninggalin nenek ama kakek, tapi aku harus kuliah untuk masa depanku." Mita menghembus nafas pelan. 

Mita dan Amelia bersahabat saat masih kecil. Orang tua Mita pengusaha suskes di jakarta. Ketika masih kecil Mita main di rumah neneknya dia bertemu dengan Amelia sejak saat itu mereka akrab sampai saat ini. Orang tuanya mengijinkan tapi saat lulus sma Mita harius menuruti kemauan orang tuanya kuliah di Luar negeri. 

Selesai Packing Mita ke Bandara di anter Amelia. Mereka menunggu di lobby sebelum Amelia chek in. 

Panggilan untuk segera naik ke pesawat mengema di seluruh ruangan Bandara. Mita segera bangkit dari duduknya. 

"Amel, aku pamit ya. Jangan lupain aku, tatkala kamu banyak teman." 

"Iya... kamu hati- hati. Jangan lupain aku juga." 

"Heem, Mita kemudian memeluk Amelia, dan Amelia membalasnya. Mita kemudian melepas pelukan Amelia. Ia melambaikan tangan pada sahabatnya. Tak terasa air mata menganak sungai di pelupuk mata Amelia. Akhirnya Mita lenyap dari pandangan Amelia. 

  Amelia berbalik badan dan menyetop taksi yang lewat di hadapanya dan Menuju ke kosanya. Membuka kamar, bayangan akan sahabatnya melintas di memorinya. Segera ia hapus dari pikiranya takut dirinya akan sangat merindukan sahabatnya. 

Ia segera pesen tiket bis, hari ini dia pulang untuk memberitahukan orang tuanya dirinya di terima dan mendapatkan beasiswa. Tiket sudah di tangan. Ia menunggu di halte. Tak lama kemudian bis datang. Amelia duduk di depan sesuai nomernya. Bis melaju menuju ke kampung halaman Amelia. Amelia pun turun tak lupa mengucapkan terima kasih pad kenet dan sopir.  Mata Amelia berbinar mata bahagia. Tak sabar ingin menyampaikan berita bahagia ini pada orang tuanya. 

Akhirnya Amelia sampai di rumah, ia mengucap salam.

"Assalamualaikum.." Amelia masuk ke dalam, karena emang pintu terbuka. 

Mendengar suara dari luar Ningsih keluar. Ia terharu melihat putrinya pulang. 

Amelia mencium punggung tangan ibunya. 

"Gimana hasilnya nak? Kamu lulus?" 

Amelia tak bisa menjawab, ia langsung memeluk ibunya dan menangis di pelukanya. 

"Ko nangis!, kalau nggak di terima juga nggak apa- apa. Itu bukan rejeki kamu yang sabar ya, tahun depan mulai lagi." Ucap Ningsih sambil memberi nasehat. 

"Aku lulus Bu..." 

Bersambung...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status