PROLOG
Hari di mana pelantikan Alpha Black Moon tiba, setelah mengumumkan diri bahwa dia yang memimpin pack, ia mengumumkan suatu kenyataan yang memilukan untuk seseorang, bahwa dia .... .
"Mereject mate-nya."
Yang di-reject, tersenyum pedih. Menahan pilunya, berusaha tetap tegar agar orang yang menghina melihatnya, bahwa dia kuat dan tidak lemah.
"Aku hanyalah maid, tidak pantas bersanding dengannya, hahaha."
CHAPTER 1
Aponi, maid yang bekerja di Black Moon Pack. Ayah dan ibunya seorang warrior di sana, tetapi, dia tidak dianggap oleh mereka, dibuang dan tidak diperhatikan. Poni, menjalani kesehariannya, yaitu membersihkan istana, memasak, memanggil Alpha dan para beta untuk makan, dan lain sebagainya, yang bersifat budak.
"Aponi, jangan sampai nampan itu terjatuh. Bukan hanya kau yang dimarahi, tetapi aku!" Peringat ketua maid, dia Berta, wanita tua yang sangat garang dan ditakuti oleh maid-maid lainnya.
Poni mengangguk, dengan pelan dia meletakkan nampan tersebut pada tempatnya, selanjutnya adalah, tinggal memanggil calon alpha dan pengawal pribadinya.
"Kau ingin ke mana?!" Berta menahan tangan Aponi.
"Ingin memanggil, Putra Alpha. Nyonya," jawabnya.
Berta, ketua maid tersebut diam-diam menyukai calon alpha, hanya Aponi saja yang tahu setelah dia berkaca di cermin dan berbicara sendiri mengenai dirinya yang merasa cantik, akan bersanding dengan calon alpha.
"Ingat, panggil seperti biasa. Jika aku melihatmu menggodanya, habislah kau!"
"A-aku, tidak pernah seperti itu. Aku punya malu, dan tidak layak bersanding dengannya," balas Aponi, sakit mengucapkan kalimat itu, mengetahui bahwa dia adalah mate calon alpha, tapi, dia menutupi agar alpha tidak malu.
"Bagus, kau harus tahu diri!" Setelah itu, Berta meninggalkan Aponi yang lega karena selamat dari bentakan nenek sihir itu.
Sesuai tugas yang dijalani, Aponi mengetuk ruangan alpha dan beta yang sedang berdiskusi, suara berat yang merespon, merupakan perintah.
Aponi membuka pintu, sangat pelan. Masuknya di tempat tersebut, ia menunduk hormat agak lama, orang-orang yang berada di ruangan tersebut, mengedutkan dahi, mereka tidak tahu bahwa Poni memejamkan karena menikmati aroma hujan yang meneduhkan.
"Kenapa lama?!" bentak seseorang.
"Maaf," Poni kikuk sendiri, kemudian, "makanan telah tersaji, sila-"
"Pergilah."
"Ba-baik." Jantung Poni berpesta, takutnya semakin jadi ketika suara berat itu mengusirnya, Poni sempat merona karena dia melirik calon alpha tersebut sekilas kemudian keluar dari ruangan tersebut.
"Oh, Dewi Bulan. Kenapa tampan sekali? Aku tidak menyangka, jika dia adalah takdirku." Semburat pipinya masih ada, Poni malu sendiri jadinya.
Tak ingin larut dalam halusinasi, Poni kembali dengan tugas utamanya, yaitu ... membersihkan kamar seseorang.
Kamar Luna Erinka dan Alpha Jeavy. Kedua orang tersebut berada dalam ruangan itu, Poni membersihkannya dengan tenang, sembari memerhatikan pasangan yang romantis tersebut tengah berbincang mengenai, hari pelantikan putra sulung mereka.
"Besok, dia menjadi Alpha. Kenapa waktu sangat cepat? Putra kita sudah besar saja, padahal ... kemarin-kemarin, kita menggendongnya, merawat dan memerhatikan perilaku nakalnya," ujar Erinka. Sementara Jeavy, memeluk mesra mate-nya, dan menghirup aroma teh yang menyergarkan dari Erinka.
"Yah, putraku yang nakal, akan menjabat sebagai Alpha esok hari. Aku penasaran, siapa mate-nya nanti? Umurnya sudah 24 tahun, sayang," balas Jeavy, dan melontarkan pertanyaan.
Masalah mate, Poni tersenyum sendiri dan tidak sadar jika Alpha-Luna tersebut menatapnya penuh heran. "Poni, ada apa denganmu?"
Poni salah tingkah, bahkan kemoceng yang digenggamnya terjatuh, dengan kikuk, dia memungutnya lagi, tak dapat dibayangkan, betapa malunya Poni di hadapan mereka.
"Eum, tidak apa-apa. Aku ... hanya berkhayal tentang mate, Alpha," jawab Poni, menggaruk tengkuknya.
Luna Erinka tersenyum, menghampiri Poni dan mengelus rambutnya dengan lembut. "Kau akan mendapatkan mate. Tunggulah waktunya, lagipula, kamu masih muda. Kira-kira, berapa umurmu, Nak?"
"Hari ini, menginjak 18 tahun, Luna," jawab Poni.
"Selamat ulang tahun, sayang. Walau orang tuamu tidak ada, anggap kami sebagai keluargamu. Melihatmu, aku ingin sekali memiliki anak perempuan." Erinka tidak sadar mengucapkan kalimat akhirnya, Poni sedikit sedih, desas desus mengenai anak perempuan, sudah tersebar di seluruh pack. Banyak yang menawarkan diri, tetapi Erinka menolak, bukan apanya, yang menawarkan diri memiliki tujuan yang berbeda, yaitu ... ingin berlama-lama di samping putra mahkota. Tetapi, itu tidak berlaku untuk Poni yang hanya maid di sini. Karena dia sudah tahu, bahwa putra dari Sang Alpha, merupakan takdirnya, yang diberikan oleh moongodnes.
ლ(́◉◞౪◟◉‵ლ)
Luna Erinka dan Alpha Jeavy keluar dari kamar mereka, sementara Poni masih setia membersihkan kamar tersebut, dengan mengusap keringat di dahi, Poni mengendusnya dan ia mengerutkan kening karena sedikit bau. "Haish, aku harus mandi," gumam Poni. Aponi memerhatikan kamar, tidak ada orang sama sekali, Alpha dan Luna sepertinya sibuk, dan dia mengambil kesempatan untuk mandi di kamar tersebut. Bisa dikatakan, Poni sangat nekat, untunglah Jeavy dan Erinka belum datang ketika dia selesai mandi. Jika ditanya persoalan handuk, Poni tidak punya, dia hanya mengusap bulir air di badannya menggunakan bajunya sendiri, siapa yang peduli? Dia hanya maid di sini, hal-hal jorok sudah biasa untuk dirinya.Poni pun keluar dari kamar dan kembali ke kamarnya untuk mengganti baju. Malamnya, semua orang sibuk, tetapi tidak dengan Poni yang bersantai di kamar, dia menulis sesuatu, yang di mana calon alpha mengumumka
Ha ha ha, hiruk pikuk berusaha memecah telinganya dengan tawa di atas derita. Seperti ini kah akhirnya? Poni menertawai dirinya sendiri, begitu percaya diri dan juga berharap pada Alpha Black Moon Pack sekarang ini, siapa dia? Bersanding dengan putra mahkota dengan mengandalkan seorang budak? Oh, memalukan sekali. Poni berusaha menahan tangis di tengah ramainya hinaan, dia berjalan beberapa langkah, tetapi, dia kembali ke atas altar dan mengecup pipi Bardolf dan memeluk pria tersebut secara kilat."Setidaknya, aroma hujan yang kudambakan, kini menyambut lukaku."Poni berlari secepat mungkin, dengan perasaan yang begitu malu dan sakit hati, sedangkan Berta, wanita tua itu lega sekaligus senang bahwa ikatan antara Bardolf dan gadis kecil itu telah putus, jadi ... dirinya ada harapan untuk melangkah ke hati Alpha."Aku bukanlah pengecut, yang sakit hati kemudian bunuh diri di jurang. Takdir yang telah dit
Berdamai dengan kenyataan yang ada, membuatnya dapat menanggulangi rasa sakit atas penolakan mantan mate.Seperti sekarang ini, Aponi kembali dengan tugasnya sebagai pembantu pack. Orang-orang memandangnya rendah, tak seperti yang ditulis di buku hariannya, tentang indahnya bersanding dengan Bardolf. Rutinitas di pagi hari, adalah membersihkan kamar Jeavy dan Erinka, setelah itu, beralih ke kamar selanjutnya, yaitu, kamar Bardolf."Permisi, saya harus membersihkan kamar Anda, Alpha," sahut Poni di luar kamar. Sedangkan Bardolf, masih setia di ranjang empuknya."Kenapa lama? Tidak biasanya seperti ini," heran Poni, sekali lagi diketuknya pintu tersebut hingga mendengar erangan dalam kamar.Pintu dibuka oleh pria yang menolaknya kemarin, tampak jelas dia masih mengantuk dan kembali ke tempat tidur, merebahkan diri. Poni menggelengkan kepala, ternyata Bardo
Masih bersantai dan menikmati pemandangan dari jendela,sampai tidak sadar bahwa Jeavy dan Erinka ada di belakangnya."Poni."Poni berbalik menatap Erinka bersama suaminya, dia tersenyum begitupula kedua orang di depannya. "Kami mencarimu, dan kamu ada di sini ternyata," beritahu Erinka."Ada apa Luna? Maaf telah membuat Anda mencari saya," balas Poni."Seharusnya kami yang meminta maaf, Poni. Bardolf sangat keterlaluan, aku telah memarahinya dan dia tidak menyesal sama sekali. Memang sialan anak itu!" geram Jeavy.Kemarin, setelah Bardolf mengumumkan semuanya, Jeavy memarahi anaknya di istana, bahkan memberinya sebuah bogeman mentah. Akan tetapi, Bardolf malah tersenyum dan berterima kasih kepada ayahnya, bogeman tersebut menyadari dirinya, bahwa dia tidak salah langkah. Bardolf yang mendengar hal tersebut, semakin menjadi dan menyangka bahwa putranya sudah gila.
Warrior dan beta diperintahkan langsung untuk mengejar Bardolf, sementara orang yang dikejar hanya santai saja sembari membawa Poni yang diam dalam dekapannya."Aku tahu, kau masih menyukaiku, gadis kecil. Tapi, jangan harap jika aku akan membalas perasaanmu," ujar Bardolf, tidak sudi.Poni tidak membalas, dia sudah tahu bahwa harapannya terhadap si pria yang menggendongnya, tidak ada lagi. Mereka keluar dari pack, beta dan warrior yang mengejarnya, dihabisi Bardolf secara sadis, tapi, untunglah pria itu tidak membunuh mereka."Kembalilah ke pack, aku berbaik hati untuk meloloskan nyawa kalian!"Setelah itu, Bardolf berlari dengan cepat, mengurung pergerakan mereka dengan aura gelapnya. Poni tetap diam, laju Bardolf semakin memelan, dan dia berhenti ketika sampai di suatu perumahan yang kosong."Tidak ada penghuninya, kita bisa tinggal di sini."<
Tertebaklah semuanya, Bardolf kini percaya kepada peri tersebut, dan sedikit waspada. Kenapa bisa waspada? Bardolf curiga dengan Fluffy yang mengetahui masa depannya dan memanfaatkan hal itu untuk merencanakan sesuatu yang tidak-tidak."Kau terlalu mempermainkan takdir Dewi Bulan, Nak. Kau memutuskan tali itu hanya karena malu? Padahal, kau bisa mengubahnya, mengubah jika dia seorang luna di Black Moon Pack, walau seorang maid, dia juga werewolf, kalaupun kekuatannya sangat lemah, bukan berarti kau harus meninggalkannya. Kau sudah tahu, bagaimana nasib seseorang jika ditinggalkan oleh mate-nya, dan takdir baru mulai terbentuk, yang di mana, dia akan mendapat gantinya," terang Fluffy."Tidak ma-""Tidak masalah untuk sekarang, tetapi kedepannya? Kita tidak tahu," sambarnya.(Walau sebenarnya, aku tahu bahwa kau .... .)Aponi, gadis tersebut membuka matanya, dia terle
"Maksudnya?""Seperti yang kukatakan, ada dan tidak ada tergantung dari takdir yang ditetapkan oleh-Nya. Jikalau pun ada pengganti, sangat kecil persennya untuk ada. Bersabarlah, kau akan mendapatkan takdir lain yang lebih membahagiakan," jawab Fluffy.┗(^0^)┓Di Black Moon Pack, Alpha Jeavy dan Luna Erinka mencari keberadaan Poni, bukan Bardolf, karena, sang Alpha sendiri tahu jika anaknya dapat melindungi diri, namun tidak dengan Poni, si maid yang rapuh dan masih muda."Ck, sayang. Kamu kembalilah ke pack. Di luar sana berbahaya, tenanglah, kami akan menemukan Poni. Beritahu berita ini kepada ayah dan ibunya." Jeavy berada di pintu gerb
Poni tersiksa, pelukan erat di belakangnya begitu mendominasi kasur yang kecil, membuatnya hampir terjatuh. Dengkuran halus menyapa leher gadis tersebut, menciptakan rasa geli yang menggerayangi.Bardolf bergerak, tangannya masih setia memeluk perut Poni, dia hampir terjatuh, nyaris sekali, akan tetapi, Bardolf menahan gadis tersebut dalam sekali hentakan saja, sehingga Poni berada di depan dadanya."Jangan khawatir, kau tidak akan terjatuh, tidurlah," ucap Bardolf dengan suara yang serak. Sesuatu yang dirindukan oleh Poni menghilang, yaitu: aroma hujan yang berasal dari tubuh Bardolf, dia benar-benar lepas sekarang, tak sadar, dia menitikkan air mata sebelum terlelap.Paginya, Fluffy membuka pintu kamar tamu dan melihat pemandangan yang begitu menarik, seorang pria yang bagian tubuh atasnya tengah bertelanjang, sedangkan seorang gadis yang tampak begitu mungil dipeluknya, terasa begitu pas.