Ha ha ha, hiruk pikuk berusaha memecah telinganya dengan tawa di atas derita. Seperti ini kah akhirnya? Poni menertawai dirinya sendiri, begitu percaya diri dan juga berharap pada Alpha Black Moon Pack sekarang ini, siapa dia? Bersanding dengan putra mahkota dengan mengandalkan seorang budak? Oh, memalukan sekali.
Poni berusaha menahan tangis di tengah ramainya hinaan, dia berjalan beberapa langkah, tetapi, dia kembali ke atas altar dan mengecup pipi Bardolf dan memeluk pria tersebut secara kilat.
"Setidaknya, aroma hujan yang kudambakan, kini menyambut lukaku."
Poni berlari secepat mungkin, dengan perasaan yang begitu malu dan sakit hati, sedangkan Berta, wanita tua itu lega sekaligus senang bahwa ikatan antara Bardolf dan gadis kecil itu telah putus, jadi ... dirinya ada harapan untuk melangkah ke hati Alpha.
"Aku bukanlah pengecut, yang sakit hati kemudian bunuh diri di jurang. Takdir yang telah ditetapkan, dia lawan. Aku tidak tahu, hukuman apa yang akan Dewi Bulan berikan. Hanya karena aku seorang maid, tali pasangan dari-Nya, ia putuskan begitu saja? Apalagi dengan senyum hinanya kepadaku, miris sekali," lirih Poni, di akhir kalimatnya.
"Hei, Burung! Kau tahu? Bahwa hatiku sangat sakit, he he he. Kenapa orang-orang menjauhiku? Melukaiku? Bahkan, hampir menyopot jantungku di tengah keramaian. Ish, ish, ish, kasihan sekali, yah," curhatnya ke pada burung yang hinggap di atas dahan kayu, "beri aku solusi, agar hatiku yang sakit, durinya tercabut secara perlahan," lanjut Poni.
Dia tertawa, kemudian menangis histeris. Poni tidak bisa hidup tanpa mate, ada apa dengan Dewi Bulan? Kenapa dia memberinya takdir seperih ini? Apakah dia sengaja? Karena dirinya seorang maid yang diperbudak?
"Kejam sekali kau! Aku membencimu, Dewi Bulan. Kenapa dia memutuskan tali takdir? Bukankah segala takdir yang telah kau tentukan, tidak dapat diganggu gugat oleh seseorang? Tetapi, kenapa dia bisa? Ck, maafkan aku yang sudah kelewatan," sesal Poni, pada akhir kalimatnya.
Sekarang, Poni mengalami stress, pikirannya berkecamuk sekarang. Bahkan, Poni ingin pergi dari Black Moon Pack, namun, tidak bisa. Siapa yang akan menerimanya? Jika dipersilakan masuk dalam kawanan rogue, Poni tidak mau, lebih baik dia hidup sebagai perawan tua, daripada bergabung pada komunitas liar tersebut.
"Hei, hei, hei! Orang yang di-reject oleh mate-nya sendiri, ternyata bersedih kasih. Tenang, kau tidak sendiri. Kita mengalami penolakan yang sama. Hi hi hi, aku adalah hantu sakit hati, yang siap menemanimu, gadis cantik." Seseorang berada di belakang Poni, dia merupakan warrior pack yang hatinya melanglang buana dalam kesedihan.
"Aneh, kenapa kau berada di sini? Bukannya ini perayaan untukmu?" tanya Poni.
"Aku tidak ikut, bosan berada di sana. Apalagi Alpha yang sekarang, terlihat diktator da juga tirani," jawab warrior tersebut.
"Apa itu Tirani?"
"Kekuasaan sewenang-wenangnya, Alpha dan para Beta merupakan orang yang licik, mereka pandai memolitik seseorang, hingga terbuai dalam ucapan mereka," jawabnya.
Keanu, warrior pack yang mengalami luka yang serupa dengan Poni, di-reject oleh pasangannya sendiri, tetapi, tidak separah Poni yang diumumkan di hadapan rakyat dan para orang-orang terpenting di sini.
"Jangan terlalu risau, ketika kita di-reject oleh mate, Dewi Bulan akan menggantikan hal yang indah, jangan sampai mengumpatinya. Dewi Bulan memang menentukan takdir pasangan kepada sebangsa kita, bukan berarti ... dia pula yang memutuskan tali tersebut, dia hanya menaburkan, segala larangan dan bangkangan dari hamba-Nya, itu diluar takdirnya, karena keburukan adalah sifat yang dimiliki oleh para kaum werewolf, juga kaum lainnya," ujar Keanu, memberi penjelasan penting kepada Poni yang akhirnya, membuat gadis tersebut sadar, bahwa Bardolf, menganggap sepeleh takdir dari MoonGodnes.
ლ(́◉◞౪◟◉‵ლ)
Berdamai dengan kenyataan yang ada, membuatnya dapat menanggulangi rasa sakit atas penolakan mantan mate.Seperti sekarang ini, Aponi kembali dengan tugasnya sebagai pembantu pack. Orang-orang memandangnya rendah, tak seperti yang ditulis di buku hariannya, tentang indahnya bersanding dengan Bardolf. Rutinitas di pagi hari, adalah membersihkan kamar Jeavy dan Erinka, setelah itu, beralih ke kamar selanjutnya, yaitu, kamar Bardolf."Permisi, saya harus membersihkan kamar Anda, Alpha," sahut Poni di luar kamar. Sedangkan Bardolf, masih setia di ranjang empuknya."Kenapa lama? Tidak biasanya seperti ini," heran Poni, sekali lagi diketuknya pintu tersebut hingga mendengar erangan dalam kamar.Pintu dibuka oleh pria yang menolaknya kemarin, tampak jelas dia masih mengantuk dan kembali ke tempat tidur, merebahkan diri. Poni menggelengkan kepala, ternyata Bardo
Masih bersantai dan menikmati pemandangan dari jendela,sampai tidak sadar bahwa Jeavy dan Erinka ada di belakangnya."Poni."Poni berbalik menatap Erinka bersama suaminya, dia tersenyum begitupula kedua orang di depannya. "Kami mencarimu, dan kamu ada di sini ternyata," beritahu Erinka."Ada apa Luna? Maaf telah membuat Anda mencari saya," balas Poni."Seharusnya kami yang meminta maaf, Poni. Bardolf sangat keterlaluan, aku telah memarahinya dan dia tidak menyesal sama sekali. Memang sialan anak itu!" geram Jeavy.Kemarin, setelah Bardolf mengumumkan semuanya, Jeavy memarahi anaknya di istana, bahkan memberinya sebuah bogeman mentah. Akan tetapi, Bardolf malah tersenyum dan berterima kasih kepada ayahnya, bogeman tersebut menyadari dirinya, bahwa dia tidak salah langkah. Bardolf yang mendengar hal tersebut, semakin menjadi dan menyangka bahwa putranya sudah gila.
Warrior dan beta diperintahkan langsung untuk mengejar Bardolf, sementara orang yang dikejar hanya santai saja sembari membawa Poni yang diam dalam dekapannya."Aku tahu, kau masih menyukaiku, gadis kecil. Tapi, jangan harap jika aku akan membalas perasaanmu," ujar Bardolf, tidak sudi.Poni tidak membalas, dia sudah tahu bahwa harapannya terhadap si pria yang menggendongnya, tidak ada lagi. Mereka keluar dari pack, beta dan warrior yang mengejarnya, dihabisi Bardolf secara sadis, tapi, untunglah pria itu tidak membunuh mereka."Kembalilah ke pack, aku berbaik hati untuk meloloskan nyawa kalian!"Setelah itu, Bardolf berlari dengan cepat, mengurung pergerakan mereka dengan aura gelapnya. Poni tetap diam, laju Bardolf semakin memelan, dan dia berhenti ketika sampai di suatu perumahan yang kosong."Tidak ada penghuninya, kita bisa tinggal di sini."<
Tertebaklah semuanya, Bardolf kini percaya kepada peri tersebut, dan sedikit waspada. Kenapa bisa waspada? Bardolf curiga dengan Fluffy yang mengetahui masa depannya dan memanfaatkan hal itu untuk merencanakan sesuatu yang tidak-tidak."Kau terlalu mempermainkan takdir Dewi Bulan, Nak. Kau memutuskan tali itu hanya karena malu? Padahal, kau bisa mengubahnya, mengubah jika dia seorang luna di Black Moon Pack, walau seorang maid, dia juga werewolf, kalaupun kekuatannya sangat lemah, bukan berarti kau harus meninggalkannya. Kau sudah tahu, bagaimana nasib seseorang jika ditinggalkan oleh mate-nya, dan takdir baru mulai terbentuk, yang di mana, dia akan mendapat gantinya," terang Fluffy."Tidak ma-""Tidak masalah untuk sekarang, tetapi kedepannya? Kita tidak tahu," sambarnya.(Walau sebenarnya, aku tahu bahwa kau .... .)Aponi, gadis tersebut membuka matanya, dia terle
"Maksudnya?""Seperti yang kukatakan, ada dan tidak ada tergantung dari takdir yang ditetapkan oleh-Nya. Jikalau pun ada pengganti, sangat kecil persennya untuk ada. Bersabarlah, kau akan mendapatkan takdir lain yang lebih membahagiakan," jawab Fluffy.┗(^0^)┓Di Black Moon Pack, Alpha Jeavy dan Luna Erinka mencari keberadaan Poni, bukan Bardolf, karena, sang Alpha sendiri tahu jika anaknya dapat melindungi diri, namun tidak dengan Poni, si maid yang rapuh dan masih muda."Ck, sayang. Kamu kembalilah ke pack. Di luar sana berbahaya, tenanglah, kami akan menemukan Poni. Beritahu berita ini kepada ayah dan ibunya." Jeavy berada di pintu gerb
Poni tersiksa, pelukan erat di belakangnya begitu mendominasi kasur yang kecil, membuatnya hampir terjatuh. Dengkuran halus menyapa leher gadis tersebut, menciptakan rasa geli yang menggerayangi.Bardolf bergerak, tangannya masih setia memeluk perut Poni, dia hampir terjatuh, nyaris sekali, akan tetapi, Bardolf menahan gadis tersebut dalam sekali hentakan saja, sehingga Poni berada di depan dadanya."Jangan khawatir, kau tidak akan terjatuh, tidurlah," ucap Bardolf dengan suara yang serak. Sesuatu yang dirindukan oleh Poni menghilang, yaitu: aroma hujan yang berasal dari tubuh Bardolf, dia benar-benar lepas sekarang, tak sadar, dia menitikkan air mata sebelum terlelap.Paginya, Fluffy membuka pintu kamar tamu dan melihat pemandangan yang begitu menarik, seorang pria yang bagian tubuh atasnya tengah bertelanjang, sedangkan seorang gadis yang tampak begitu mungil dipeluknya, terasa begitu pas.
Di depan sana, terdapat warrior yang menjaga pintu gerbang, mereka adalah ayah dan ibu Aponi. Aponi yang melihat itu tersenyum, tersenyum bukan berarti senang untuk bertemu dengan mereka, tetapi ... ketidakpedulian orang tuanya, sangatlah menguntungkan sekarang ini.Aponi belum tahu, apa yang akan dicari oleh Fluffy, karena, Fluffy sedang mencari moment yang tepat untuk mengambil sebuah tanaman yang dapat dijadikan sebuah eksperimen."Fluffy, apa yang kamu cari?""Tanaman, lebih tepatnya pohon kecil yang dapat berbicara," jawab Fluffy. Aponi mengernyitkan keningnya, memangnya ada pohon yang berbicara? Dia bertanya akan hal itu, dan Fluffy menjawab -ada- , baiklah, ia percaya sekarang. Melihat orang tuanya berjaga, dia menarik Fluffy tanpa khawatir jika di lihat oleh dua orang yang menjaga."Aponi, kau gila, Nak!"Aponi tertawa kecil mendengar jeritan
Di rumah Fluffy, Bardolf hanya duduk di depan perapian, sembari menunggu kedatangan mereka yang pergi entah ke mana. Berjam-jam lamanya, Aponi dan peri kecil itu belum juga datang, hatinya sedikit khawatir dan berniat untuk mencari mereka.Bardolf pun beranjak dari kursi dan menuju pintu luar, ingin meraih gagang pintu, pintu terbuka begitu saja dan menabrak wajahnya.Di luar, Aponi mendengar sesuatu yang terjatuh, dia menengok, ternyata Bardolf terduduk di lantai dengan mengusap hidungnya yang berdarah."Oh, tidak. Bardolf!" khawatir Aponi, gadis tersebut merobek pakaiannya, tepat di lengan, kemudian mengusap darah di hidung pria tersebut."Ish, darahnya semakin merembes. Bagaimana ini?""Jangan banyak bertanya, lakukan sesuatu!" bentak Bardolf.Di belakang Aponi, Fluffy menggelengkan kepalanya, dia tahu isi pikrian Bardolf yang sengaja membentak Aponi dengan tujuan un