Masih bersantai dan menikmati pemandangan dari jendela, sampai tidak sadar bahwa Jeavy dan Erinka ada di belakangnya.
"Poni."
Poni berbalik menatap Erinka bersama suaminya, dia tersenyum begitupula kedua orang di depannya.
"Kami mencarimu, dan kamu ada di sini ternyata," beritahu Erinka.
"Ada apa Luna? Maaf telah membuat Anda mencari saya," balas Poni.
"Seharusnya kami yang meminta maaf, Poni. Bardolf sangat keterlaluan, aku telah memarahinya dan dia tidak menyesal sama sekali. Memang sialan anak itu!" geram Jeavy.
Kemarin, setelah Bardolf mengumumkan semuanya, Jeavy memarahi anaknya di istana, bahkan memberinya sebuah bogeman mentah. Akan tetapi, Bardolf malah tersenyum dan berterima kasih kepada ayahnya, bogeman tersebut menyadari dirinya, bahwa dia tidak salah langkah. Bardolf yang mendengar hal tersebut, semakin menjadi dan menyangka bahwa putranya sudah gila.
Kembali pada Poni, gadis itu hanya tersenyum pilu, tidak ada yang bisa ia lakukan selain menegarkan diri. "Tidak masalah, Alpha. Saya percaya kepada Dewi Bulan, dia merencanakan takdir lain untukku," balas Poni.
"Ucapanmu, semakin membuat kami bersalah, Nak. Huft, andai Bardolf ada di sini, ke mana anak itu?" tanya Erinka.
"Eum, dia bersama seorang wanita, Luna. Mereka menuju istana," jawab Poni.
Tanpa berlama-lama, Jeavy-Erinka menuju kamar anaknya, mereka berhenti sesaat kemudian menarik tangan Poni untuk ikut bersama.
Poni dilanda ketakutan yang besar, di hadapannya, pertengkaran terjadi antar ayah dan anak.
Jeavy menatap marah Bardolf dan menunjuk-nunjuk Carlotte dan mengatainya sebagai wanita penggoda.
"Karena dia, kau me-reject mate-mu?"
"Bukan, aku memutuskan tali takdir karena murni kemauanku, bukan karena siapa-siapa pun," jawab Bardolf.
"Yah, tanpa siapa-siapa pun. Karena kau bebas bermain bersama wanita lain, bukan? Cih, tidak mencerminkan seorang Alpha yang bijaksana. Cabut gelarmu sekarang juga!"
Erinka dan Poni terkejut mendengar hal tersebut, begitupula dengan Bardolf dan Carlotte.
Bardolf tersenyum kemudian, dia siap melepaskan gelar alpha di hadapan ayah dan para rakyatnya. Tanpa ba bi bu, Bardolf mengumumkan hal tersebut kepada semua orang, melalui beta dan warrior yang dia perintahkan.
"Terima kasih, turunnya jabatanku, putusnya pula tali keluarga kita."
"Bardolf!" teriak Erinka.
"Biarkan dia pergi!"
Bardolf mengabaikan ibunya, begitupula dengan Carlotte yang selalu mengikutinya. Merasa kesal, dia menampar wanita tersebut dan menyuruhnya pergi, karena sekarang, emosi menguasai pikirannya.
Bardolf fokus pada seseorang, yaitu Poni. Poni sendiri pergi saat keadaan semakin merunyam, dan Bardolf mencari keberadaan gadis tersebut.
"Ck, ke mana dia? Karenanya, seluruh jabatanku, harus kumusnahkan, begitupula dengan ayah dan ibu, ha ha ha."
Gotcha! Poni ditemukan di kamarnya, sebelumnya Bardolf menendang pintu kamar dalam sekali dan membuatnya roboh seketika.
"Jangan lari dariku, gadis kecil. Ikutlah bersamaku, kita akan melanglang buana mulai sekarang!"
Bardolf menyeringai, dia menarik Poni yang meronta-ronta ingin dilepaskan. Tak dibiarkan, pria tersebut menggendongnya dan mendekap bibir Poni dengan lumatan yang kasar.
"Diam, aku muak mendengar teriakanmu!" bentaknya.
Berta, sang ketua maid, melihat itu semua. Rasa iri berkecamuk dalam dirinya, dia tidak terima, dia ingin pula merasakan bibir Bardolf dan membalasnya tak kalah bernafsu.
"Kenapa gadis itu selalu melangkahiku?" kesal Berta.
Di sisi lain, Keanu khawatir dengan keadaan Poni. Setelah mendengar akibat dari turun tahtanya Sang Alpha, itu disebabkan oleh Poni yang melaporkan kebersamaan Bardolf bersama seorang wanita.
Banyak rakyat yang membenci Poni, mengapa gadis itu mengganggu kehidupan orang yang telah lepas darinya? Jika ditelusuri, bukan Carlotte yang penggoda, tetapi Poni.
Keanu terus mencari, hingga melihat Poni digendong oleh Bardolf menuju pintu gerbang pack.
ლ(́◉◞౪◟◉‵ლ)
Warrior dan beta diperintahkan langsung untuk mengejar Bardolf, sementara orang yang dikejar hanya santai saja sembari membawa Poni yang diam dalam dekapannya."Aku tahu, kau masih menyukaiku, gadis kecil. Tapi, jangan harap jika aku akan membalas perasaanmu," ujar Bardolf, tidak sudi.Poni tidak membalas, dia sudah tahu bahwa harapannya terhadap si pria yang menggendongnya, tidak ada lagi. Mereka keluar dari pack, beta dan warrior yang mengejarnya, dihabisi Bardolf secara sadis, tapi, untunglah pria itu tidak membunuh mereka."Kembalilah ke pack, aku berbaik hati untuk meloloskan nyawa kalian!"Setelah itu, Bardolf berlari dengan cepat, mengurung pergerakan mereka dengan aura gelapnya. Poni tetap diam, laju Bardolf semakin memelan, dan dia berhenti ketika sampai di suatu perumahan yang kosong."Tidak ada penghuninya, kita bisa tinggal di sini."<
Tertebaklah semuanya, Bardolf kini percaya kepada peri tersebut, dan sedikit waspada. Kenapa bisa waspada? Bardolf curiga dengan Fluffy yang mengetahui masa depannya dan memanfaatkan hal itu untuk merencanakan sesuatu yang tidak-tidak."Kau terlalu mempermainkan takdir Dewi Bulan, Nak. Kau memutuskan tali itu hanya karena malu? Padahal, kau bisa mengubahnya, mengubah jika dia seorang luna di Black Moon Pack, walau seorang maid, dia juga werewolf, kalaupun kekuatannya sangat lemah, bukan berarti kau harus meninggalkannya. Kau sudah tahu, bagaimana nasib seseorang jika ditinggalkan oleh mate-nya, dan takdir baru mulai terbentuk, yang di mana, dia akan mendapat gantinya," terang Fluffy."Tidak ma-""Tidak masalah untuk sekarang, tetapi kedepannya? Kita tidak tahu," sambarnya.(Walau sebenarnya, aku tahu bahwa kau .... .)Aponi, gadis tersebut membuka matanya, dia terle
"Maksudnya?""Seperti yang kukatakan, ada dan tidak ada tergantung dari takdir yang ditetapkan oleh-Nya. Jikalau pun ada pengganti, sangat kecil persennya untuk ada. Bersabarlah, kau akan mendapatkan takdir lain yang lebih membahagiakan," jawab Fluffy.┗(^0^)┓Di Black Moon Pack, Alpha Jeavy dan Luna Erinka mencari keberadaan Poni, bukan Bardolf, karena, sang Alpha sendiri tahu jika anaknya dapat melindungi diri, namun tidak dengan Poni, si maid yang rapuh dan masih muda."Ck, sayang. Kamu kembalilah ke pack. Di luar sana berbahaya, tenanglah, kami akan menemukan Poni. Beritahu berita ini kepada ayah dan ibunya." Jeavy berada di pintu gerb
Poni tersiksa, pelukan erat di belakangnya begitu mendominasi kasur yang kecil, membuatnya hampir terjatuh. Dengkuran halus menyapa leher gadis tersebut, menciptakan rasa geli yang menggerayangi.Bardolf bergerak, tangannya masih setia memeluk perut Poni, dia hampir terjatuh, nyaris sekali, akan tetapi, Bardolf menahan gadis tersebut dalam sekali hentakan saja, sehingga Poni berada di depan dadanya."Jangan khawatir, kau tidak akan terjatuh, tidurlah," ucap Bardolf dengan suara yang serak. Sesuatu yang dirindukan oleh Poni menghilang, yaitu: aroma hujan yang berasal dari tubuh Bardolf, dia benar-benar lepas sekarang, tak sadar, dia menitikkan air mata sebelum terlelap.Paginya, Fluffy membuka pintu kamar tamu dan melihat pemandangan yang begitu menarik, seorang pria yang bagian tubuh atasnya tengah bertelanjang, sedangkan seorang gadis yang tampak begitu mungil dipeluknya, terasa begitu pas.
Di depan sana, terdapat warrior yang menjaga pintu gerbang, mereka adalah ayah dan ibu Aponi. Aponi yang melihat itu tersenyum, tersenyum bukan berarti senang untuk bertemu dengan mereka, tetapi ... ketidakpedulian orang tuanya, sangatlah menguntungkan sekarang ini.Aponi belum tahu, apa yang akan dicari oleh Fluffy, karena, Fluffy sedang mencari moment yang tepat untuk mengambil sebuah tanaman yang dapat dijadikan sebuah eksperimen."Fluffy, apa yang kamu cari?""Tanaman, lebih tepatnya pohon kecil yang dapat berbicara," jawab Fluffy. Aponi mengernyitkan keningnya, memangnya ada pohon yang berbicara? Dia bertanya akan hal itu, dan Fluffy menjawab -ada- , baiklah, ia percaya sekarang. Melihat orang tuanya berjaga, dia menarik Fluffy tanpa khawatir jika di lihat oleh dua orang yang menjaga."Aponi, kau gila, Nak!"Aponi tertawa kecil mendengar jeritan
Di rumah Fluffy, Bardolf hanya duduk di depan perapian, sembari menunggu kedatangan mereka yang pergi entah ke mana. Berjam-jam lamanya, Aponi dan peri kecil itu belum juga datang, hatinya sedikit khawatir dan berniat untuk mencari mereka.Bardolf pun beranjak dari kursi dan menuju pintu luar, ingin meraih gagang pintu, pintu terbuka begitu saja dan menabrak wajahnya.Di luar, Aponi mendengar sesuatu yang terjatuh, dia menengok, ternyata Bardolf terduduk di lantai dengan mengusap hidungnya yang berdarah."Oh, tidak. Bardolf!" khawatir Aponi, gadis tersebut merobek pakaiannya, tepat di lengan, kemudian mengusap darah di hidung pria tersebut."Ish, darahnya semakin merembes. Bagaimana ini?""Jangan banyak bertanya, lakukan sesuatu!" bentak Bardolf.Di belakang Aponi, Fluffy menggelengkan kepalanya, dia tahu isi pikrian Bardolf yang sengaja membentak Aponi dengan tujuan un
Alaric mengambil alih tubuh Jeavy, bisa-bisa pria itu membunuh Wolfe dan Bardolf. Alaric menegur Bardolf agar tidak terlalu keras dengan Aponi, dia bertanya kepada anaknya sekali lagi, dengan nada yang damai. "Jangan membawanya pulang, dia tidak mau, Ayah. Aponi akan tetap bersamaku."Alaric mengangkat tangannya, menyerah dengan jalan pikiran Bardolf yang selalu keras kepala."Terserah padamu, cukup mengetahui kabarnya, membuatku tenang begitupula dengan ibumu yang ada di pack. Kalau begitu, ayah kembali dan tetap menunggumu di sana," ujar Alaric dan melesat dengan cepat.Kembalinya Alaric di pack, dia menghampiri mate-nya secepat mungkin dan menjelaskan semuanya bahwa dia telah menemukan Bardolf, tapi tidak dengan Aponi. Erinka khawatir, dia bertanya, bagaimana jika Bardolf melukai Aponi? Alaric tersenyum dan memeluk istrinya dengan lembut. "Tenanglah sayang, dia tidak akan melukai Aponi, entah
"Poni, kalau kau lapar, makanan ada di lemari bagian atas.""Baik, berhati-hatilah, Fluffy."Fluffy pergi ke suatu tempat, meninggalkan Aponi sendiri di rumah dan memercayakan gadis tersebut untuk menjaga barang berharganya. Selang beberapa menit Fluffy pergi, Bardolf telah tiba dengan wajah yang tidak bersahabat.Aponi ingin menyapa, tapi tidak jadi, karena aura dari pria itu begitu gelap mencekam."Dia selalu marah akhir-akhir ini, mungkin ... dia lapar?" gumam Poni, "ish, apa hubungannya? Tetapi, bisa jadi juga. Lebih baik memberanikan diri," lanjutnya."Eum, Tuan, Anda lapar?"Bardolf menatapnya, kemudian memejamkan mata dan menghirup napas yang banyak, lalu mengembuskannya."Hm."Poni tersenyum, dengan cekatan dia mengambil makanan di lemari Fluffy dan membawanya ke Bardolf. Pria itu menatap makanan di depannya, dia tidak selera ja