Kami dulu pernah memiliki hubungan yang indah saat masa sekolah. Namun dia memutuskan hubungan kami, tapi saat kami bertemu lagi, dia ternyata masih mencintaiku, seperti kekasih pada umumnya, kami melakukan hubungan itu. Ini bukan hal yang tabu lagi di masyarakat. Doakan saja pernikahan kami akan lancar, lagi pula sekarang aku sedang mengandung anaknya. Hasil dari cinta kami.
Adakah yang lebih gila dari Wanita Sialan ini?! Apa Nandin tidak malu mengatakan hal itu di depan media? Apa urat malu wanita itu sudah putus? Dia bahkan dengan mudah mengatakan tentang hubungan ranjang dan hamil, mana mungkin dia bisa hamil jika disentuh seinci saja tidak?! Karangan yang sangat indah!
Ingin rasanya aku melempar remote di tanganku ke layar televisi yang menampilkan klarifikasi dari Nandin akan postinganku di media sosial milikku. Wanita itu berbohong dan terlalu melebih-lebihkan apa yang terjadi di antara kami sehingga kami terlihat bagaikan sepasang kekasih yang saling mencintai dan dimabuk cinta hingga lupa daratan, wanita itu memasang raut wajah bahagianya di wajah cantik dengan riasan natural dengan senyum manis di depan wartawan yang meliputnya, namun ia tahu itu senyum penuh kepalsuan demi menjebak semua orang agar percaya jika yang terjadi di antara kami adalah cinta lama yang kembali bersemi.
Akhirnya wanita itu sukses membius semua orang dengan senyum palsu itu. Tanganku mencengkeram kuat remote di tanganku hingga membentuk kepalan yang kuat dan tanganku mulai merah, jika saja tak ada sepasang suami istri lain di sini mungkin layar televisi itu sudah retak dibuatnya. Kini ia bisa melihat ayahnya dan istri mudanya sedang menatap ke arahnya dengan tatapan tajam dan menyalahkan, mereka sudah tertipu dengan karangan indah Nandin.
Tak mau menjelaskan atau meladeni mereka yang pastinya akan mengamuk dan marah-marah tak jelas, ia pun hendak berdiri, namun baru saja ia mengangkat bokongnya, ayahnya sudah berteriak, ia berharap pita suara pria tua itu akan putus hingga tak bisa meneriakinya lagi.
"Diam di tempatmu, Tama!"
Sekarang suasana di ruang tamu mulai mencekam karena teriakan dari kepala keluarga, istri muda ayahnya langsung mematikan saluran televisi, mungkin agar dia bisa lebih menikmati pertengkaran anak dan ayah ini. Pasti dia senang jika suaminya dan anak tirinya berkelahi.
Aku tak menyahut ucapannya namun tetap diam di tempat, menyandarkan punggungku ke sofa lalu menoleh ke arahnya dengan tatapan santai seakan tak ada masalah, menunggu dia lanjut bicara. Sudah sejak lama kami lupa bagaimana hangatnya hubungan ayah dan putera kandung, lebih tepatnya sejak istri muda ayahnya ini masuk dan menghancurkan pernikahan ayah dan ibunya.
"Suruh kekasihmu itu menghentikan skandal murahan ini!"
"Skandal yang membawa namamu apalagi skandal buruk akan membuat namaku dan nama perusahaanku menjadi buruk juga!"
"Jika kau tidak bisa bersikap baik di depanku dan ibu tirimu, maka bersikap baiklah di depan media!"
Pria tua ini apa tidak capek dan sakit tenggorokannya karena terus berteriak dan melotot ke arahku? Ia sudah terbiasa mendapatkan teriakan dan tatapan melotot hingga ia tak lagi terpengaruh dan kini malah menggosok-gosok kupingku dengan jari-jari tanganku agar kupingku ini tidak rusak karena mendengar teriakannya itu. Aku masih diam dan belum merespon apapun, hal itu menambah kadar amarah pria tua ini hingga dia berdiri dan menarik tanganku agar berdiri dengan paksa lalu menampar pipiku dengan keras dan kuat. Tamparan itu menimbulkan suara yang cukup nyaring, menandakan betapa sakitnya bekas tamparan itu, setelahnya aku yakin akan ada bekas merah di pipiku. Bukannya mengeluh sakit, atau menjadi takut pada ayahku, aku malah mengambil ponsel di saku celanaku lalu menelepon asistenku.
"Nela, tolong belikan salep buat bekas luka, bawa ke rumah secepatnya, hari ini ada syuting iklan."
"Baik, Bos."
Setelahnya aku pun mematikan sambungan panggilan dan menaruh kembali ponselku yang berharga puluhan juta ke saku celanaku sebelum ponsel mahal ini akan menjadi korban amarah ayahku karena sikapku.
Anggap aku kurang aja, durhaka, atau anak tidak tahu diri karena mengabaikan ayahku dengan cara yang tidak sopan. Dulu aku tidak begini, dulu aku adalah anak yang sopan, ramah, penurut, dan sangat menyayangi ayah serta ibu kandungku. Tapi pria tua ini juga yang mengubah aku menjadi Malin Kundang yang durhaka. Dia membawa ular betina ke rumah ini dan membuat jiwaku mati rasa.
Akhirnya aku kembali menoleh ke arahku yang semakin marah sekaligus tak menyangka dengan tingkahku ini, sebentar aku melirik ke ibu tiriku yang menatap kesal ke arahku. Sedangkan aku kembali memusatkan pandanganku ke arah Tuan Tafir Thomas yang terhormat, memberikan dia senyuman miring yang mengejek.
"Sudah puas menamparku? Apa sekarang aku boleh kembali ke kamarku Tuan Tafir?"
"Anak durhaka! Kau lupa siapa aku? Aku ini ayah kandungmu, aku yang merawat, menjaga, melindungi, dan mendidikmu dari bayi sampai sekarang. Lalu ini balasanmu padaku?! Ini sifat dan kelakuanmu pada ayah kandungmu?!"
Akhirnya doaku terwujud juga, pria tua ini yang memiliki riwayat sakit stroke ringan dan asma, mulai memegang dadanya yang mungkin terasa sesak dan nafasnya yang mulai tak teratur, seperti orang yang baru lari ratusan kilometer.
Aku tetap diam di tempat, tak mau bahkan tak sudi membantunya, dia tak butuh aku, sama seperti dia tak butuh ibuku ketika sudah sukses. Ada istri mudanya yang langsung sigap membantunya duduk di sofa dan memanggil para pelayan dengan nada berteriak dan panik yang dibuat-buat. Padahal aku sangat yakin dia menunggu saat-saat ketika pria tua ini mati agar bisa mengeruk harta ayahku yang tak akan habis hingga sepuluh turunan sekali pun.
"Pelayan!"
"Iya, Bu. Ada apa?"
"Kau tidak lihat suamiku sedang sakit?! Cepat ambil obatnya yang biasa dia pakai di tempat obat!"
Memang benar slogan jika ibu tiri lebih kejam dari pada kerasnya ibu kota, melihat dia yang marah-marah pada pelayan tak berdosa yang betanya tugasnya setelah dipanggil, membuat aku yakin dia cocok untuk slogan itu jika nantinya ada film ibu tiri, maka dia pemeran terbaik dan aku akan merekomendasikan dirinya pada produser film.
"Iya, Bu."
"Dan kau cepat panggil dokter pribadi kita!"
Dia menunjuk ke arah pelayan lainnya dengan jari telunjuknya yang diwarnai warna merah cabai yang sangat cocok dengan kepribadiannya yang norak, penggoda, dan jalang.
"Baik, Bu."
Aku mulai melangkah maju ke arah ayahku dan menatapnya dengan tatapan kasihan yang dibuat-buat sebelum akhirnya tersenyum manis menandakan aku senang melihat keadaannya saat ini. Memajukan wajahku agar dia bisa mendengar dengan jelas perkataanku, dia menatapku dengan tatapan sendunya dan mengulurkan tangannya kepadaku berharap aku akan menggenggam tangannya dan berusaha menguatkannya, namun itu hanya ada dalam mimpinya karena aku mengabaikan uluran tangan itu dan bukan itu tujuanku menghampirinya.
"Aku memang anak durhaka. Namun kau yang mengubah aku. Lihat kondisimu sekarang, kondisimu mirip seperti ibuku dulu. Dia sekarat dan selalu menanti kau datang lalu menemaninya. Namun kau tidak melakukan itu. Kau mengabaikannya. Sekarang kau berharap putera ibuku yaitu aku akan menggenggam tanganmu dan menguatkan dirimu? Aku tak sudi melakukannya. Aku ingin mengatakan jika ini karma untukmu. Selamat tinggal, aku harap kau sudah mati saat aku kembali."
Aku melambaikan tanganku padanya lalu berbalik badan dan pergi dari ruang tamu dan keluar dari rumah ini, mengabaikan panggilan pelan dari ayahku dan teriakan yang memanggil namaku dari istri muda ayahku. Waktunya menyelesaikan satu masalah lain yaitu Nandini Safira.
Aku akan menghentikan skandal yang dibuat wanita itu, bukan untuk ayahku namun untuk nama baikku sebagi seorang aktor, penyanyi, musisi, dan model terkenal. Aku tak mau usahaku sia-sia untuk membuat karirku menanjak dan cemerlang di dunia entertainment hancur karena skandal murahan ini.
Tangerang, 03 Februari 2021
Akhirnya setelah aku menunggu berjam-jam untuk kehadiran aktor terkenal yang terlibat skandal hubungan denganku, dia datang juga ke rumahku setelah melakukan aksi heroik dengan menggedor gerbang rumahku, teriak-teriak bagaikan orang gila di depan rumahku, dan mengancam para penjagaku. Setelah puas dengan aksinya itu, aku akhirnya memberikan perintah agar membolehkan pria itu masuk ke rumahku dan kini dia berdiri di depanku dengan tatapan marah dan tangan terkepal kuat ketika melihat aku memberikannya tatapan menghina sambil tertawa puas karena sudah berhasil membuat uring-uringan untuk bertemu denganku."Hai, Kekasihku. Akhirnya aku membolehkanmu masuk ke rumahku lagi setelah sekian lama.""Bagaimana kabarmu?"
Setelah proses lamaran yang dilakukan Tama di depan ibuku, akhirnya ibu pun setuju dengan rencana pernikahan kami setelah puas bertanya dan menginterogasi Tama. Tadinya aku sudah pasrah jika pria itu menyerah di tengah jalan karena ibu tak hentinya bertanya namun pria itu berhasil menjawab semua pertanyaan ibu dan membuat ibu lebih tenang melepas anak gadisnya di pernikahan hari ini.Pria di depannya yang sedang memasang cincin pernikahan di jari manisnya ini sepertinya ingin sekali dicekik olehku karena sudah mengundang seribu tamu padahal kami sudah janji ini hanya pernikahan sederhana untuk menutup skandal. Namun dia tetap sama dengan Tama yang dulu, bodoh dan tak punya otak.Hampir saja aku meringis kesakitan saat Tama tiba-tiba saja menekan jari manisku dengan kukunya yang cukup panjang, aku menoleh padanya deng
Entah apa yang terjadi antara Nandini dengan ayahnya hingga sampai membuat sikap istrinya menjadi dingin dan kejam pada ayah kandungnya sendiri. Apalagi saat aku menyusulnya masuk ke dalam kamar hotel, aku melihat kamar hotel yang tadinya indah dirancang seperti kamar pengantin yang romantis, berubah menjadi kapal pecah.Selimut tergeletak di lantai, pecahan kaca vas bunga berceceran di lantai, barang-barang lainnya tidak pada tempatnya dan berakhir mengenaskan di lantai. Pasti ini perbuatan Nandini, wanita itu sangat berubah menjadi pemarah padahal dulu dia adalah gadis pendiam."Mana wanita itu?""Akan aku marahi dia karena sudah menghabiskan uangku dengan merusak barang-barang hotel, pasti aku nanti yang disuruh bayar kerugian oleh pihak hotel."Kakiku mulai melangkah mencari keberadaan istriku itu sambil menggerutu kesal karena perbuatan Nandini yang membuat aku harus mengalami kerugian. Aku menikahi w
Pagi hari yang cerah disusul dengan cahaya matahari yang menembus gorden kamar hotel membuat aku terbangun karena tidurku sudah terganggu, aku juga bukan tipe orang yang biasa bangun siang, aku lebih suka bangun pagi agar karena udara pagi hari sangat sejuk dan belum terkontaminasi polusi sehingga terasa sejuk dan segar.Namun saat aku sudah bangun dan duduk di kasur, aku melihat suamiku sudah bangun terlebih dahulu dan sudah rapi dengan pakaian kasual berupa kaos hitam, jaket dengan motif tentara, lalu celana selutut hitam, sepatu converse dan jangan lupakan kacamata hitam beserta topi hitamnya. Pria ini tak pernah berubah tentang kesukaannya pada warna hitam, namun kebiasaan buruknya yang suka bangun siang sepertinya sudah berubah semenjak jadi artis."Apa ada acara undangan sampai kau sudah bangun sepagi ini?""Tutup mulutmu, aku lagi malas berdebat, sebentar lagi akan ada yang meliputku karena kita baru menikah, aku
Akhirnya acara sarapannya sudah selesai, aku dan Nandini pun kembali ke kamar hotel untuk mengemas pakaian kami agar kembali ke rumah hari ini juga, banyak pekerjaan yang menunggu setelah ini dan walaupun berat hati namun aku harus mengakuinya bahwa pernikahan ini membawa dampak baik bagi karirku, sejak pengumuman pernikahanku dengan Nandini, banyak sekali job datang dari berbagai agensi film, iklan, model, dan lain-lain sehingga karirku akan semakin menanjak naik.Kami masuk ke dalam kamar hotel, lalu kami segera mengemas pakaian kami dan keluar lagi dari kamar hotel, belum ada yang buka suara, namun saat berada di lift, Nandini akhirnya buka suara."Aku kira kisah perselingkuhan ibu dan anak hanya ada di film atau novel, tapi itu terjadi di pernikahanku."Aku langsung menoleh ke arahnya dengan tatapan terkejut, dari sekian banyak hal yang bisa ia ucapkan, kenapa harus ucapan yang akan berujung drama baru? Wanita ini s
Hari ini adalah hari pertama aku ditinggalkan oleh Tama, aku tak masalah ditinggal pria itu karena aku juga tak butuh keberadaan pria itu, malah aku senang pria itu tak ada di dekatku jadi aku tak perlu berakting layaknya istri yang mencintai suaminya dan melayani suaminya dengan sepenuh hati.Aku baru saja pulang dari kantor, rumah mewah nan megah serta besar ini terlihat begitu sepi, kalau saja tak ada pekerja seperti pembantu yang lewat maka aku akan merasa ada di rumah tua lama dan kosong, layaknya rumah berhantu yang menyeramkan. Kebetulan juga ayah mertua tidak ada di rumah karena ada pekerjaan di Singapura sehingga di rumah ini hanya ada aku dan ibu tiriku.Tubuhku terasa begitu lelah karena sibuk bolak balik dari satu usaha ke usaha lain untuk pengecekan kondisi, keuangan, keuntungan, transaksi, memberi gaji karyawan, dan lain-lain. Kebiasaan di awal bulan maka aku akan sangat sibuk, niat hati ingin menenangkan diri dengan tidur
Pagi hari yang cerah membuat suasana hatiku ikut senang, setelah selesai mandi dan berpakaian, aku mulai mengecat kuku jariku yang panjang dengan kutek berwarna biru, sama seperti warna langit saat ini. Biasanya hari libur seperti ini akan aku habiskan dengan berdandan, merias diri, merawat diri dengan ke salon dan melakukan berbagai perawatan kecantikan, kalau tidak aku akan ke Mall untuk belanja.Namun sebelum keluar rumah, aku harus mengecat kuku jariku, senyumku terukir indah saat melihat ibu jariku yang terlihat indah dengan warna biru setelah aku selesai mengecat ibu jariku."Kuku yang indah milik wanita yang cantik."Setelah puas memuji hasil pekerjaanku mengecat kuku jariku menjadi warna biru, aku pun lanjut mengecat kuku jariku yang lain dengan perlahan-lahan, teliti, dan hati-hati agar cat kukunya tidak melewati batas kuku. Entah sejak kapan aku mulai suka dengan kesempurnaan, aku malah benci dengan apapun yang terl
Sudah berulang kali aku berusaha menelepon istriku yang sungguh sangat durhaka ini namun tak satu pun panggilan teleponku diangkat olehnya, dia selalu menolak setiap panggilanku lalu mematikan ponselnya hingga operator selalu bilang 'nomor yang anda hubungi sedang sibuk, cobalah beberapa saat lagi.'Mengirim pesan pada Nandini pun sudah, namun dia hanya membaca pesannya saja lalu tidak aktif lagi. Setelah membuat masalah sebesar ini karena membuat kebohongan di depan media, istriku ini bisa-bisanya kabur. Aku sudah dibuat pusing akan sikapnya yang kelewat batas, bukankah aku sudah mengatakan tentang kejadian di hotel sebelum media meliput, lalu kenapa dia harus melakukan drama bagaikan istri yang diselingkuhi?Berita klarifikasi tentang respon Nandini lansung menjadi berita utama untuk hari ini dan mungkin seterusnya, bahkan para kru film mulai panik jika hal ini bisa merusak film nantinya karena banyaknya komentar buruk yang menyumpahi aku