Saat ini aku sedang duduk di sebuah sofa di ruang pribadi suamiku, sedari tadi suamiku ini terus marah-marah tak jelas, berteriak penuh emosi dan menatap tajam diriku, padahal kan aku datang ke sini dengan niat baik untuk merayakan pernikahan kami ke satu bulan, bahkan aku sudah bawa kue ulang tahun dan kado untuknya, tapi lihatlah balasannya untuk tindakan baikku.
"Kali ini kamu sudah keterlaluan, Nandini!"
"Kamu mempermainkan pekerjaan yang sudah menjadi mimpiku!"
"Apa kau tidak bisa berpikir sedikit saja jika kau melakukan sandiwara bodoh ini maka bukan aku saja yang menjadi korban melainkan banyak orang?!"
"Lagi pula aku sudah memberitahumu soal sandiwara itu! Tapi kau sengaja menjadikannya sebagai bahan perminanmu!"
Entah sudah berapa kali dia bicara hal yang menurutku sama saja tentang tindakanku beberapa jam lalu, aku sendiri sampai bosan dan memilih diam sambil mengecek jari kuku cantik
Sepasang suami istri keluar dari mobil secara bersamaan dengan raut wajah kesal dan tatapan marah yang kentara jelas, para pelayan yang mereka lewati bahkan bisa merasakan hawa mencekam dari pasangan tersebut, sehingga mereka sebisa mungkin tutup mulut dengan rapat agar tidak membuat mereka menjadi pelampiasan amarah dari kedua majikan mereka ini.Langkah kaki Tama yang panjang membuat pria itu berada di depan istrinya, terlebih lagi Nandini yang pakai high heels sehingga sulit berjalan cepat dan berada di belakang Tama. Nandini yang melihat punggung suaminya tak kuasa menahan kekesalannya dan melempar tasnya ke punggung pria itu hingga Tama meringis karena lemparan tas itu cukup menyakitkan sedangkan Nandini terlihat tak bersalah dengan wajah datarnya."Apa-apaan kau ini melemparku dengan tas murahanmu itu?""Tasku ini tas mahal, harusnya kau bersyukur punggungmu bisa menyentuh tas berharga ratusan juta ini."
Seorang perempuan dewasa berwajah cantik menangis sendirian di depan meja rias, menatap berkaca-kaca lewat kaca di depannya, dia terlihat begitu menyedihkan dengan riasan yang berantakan karena luntur terkena air mata yang terus saja mengalir deras di pipinya. Telapak tangannya diletakkan di depan bibirnya guna meredam tangisannya agar tidak terdengar oleh siapa pun di luar.Kondisi hatinya yang sedang buruk dan sedih, membuat ia melupakan kalau ruang kamar ini kedap suara sehingga suaranya tak akan terdengar keluar bahkan jika ia berteriak sekeras mungkin sampai pita suaranya putus."Kenapa?""Kenapa dia harus bertingkah seperti Ayahku yang dulu.""Ayahku sudah mati.""Pria itu .... bukan Ayahku."Nada bicara terbata-bata dan serak keluar dari bibirnya ketika mengingat kembali perilaku pria tua itu pada suaminya. Ia kenal betul sikap protektif yang selalu melindunginya dan menj
Klarifikasi yang dibuat oleh Nandini pada hari itu telah menjadi berita terheboh selama berhari-hari. Media berita baik berita formal maupun non formal seperti gosip berebutan mendapatkan berita terbaru akan pernikahan Nandini dengan Tama karena berita ini sangat menjual di pasaran, para penonton ingin menonton televisi berjam-jam, mencari di koran dan internet agar tahu perkembangan terkini kasus perselingkuhan Tama.Film Tama dengan Laura pun terasa sudah dijamin sukses besar karena para fans kembali mempercayai Tama sebagai idola baik, tampan, cerdas, dan berprestasi. Bahkan Tama diundang di berbagai acara para artis untuk memberikan komentar atau berita terbaru, jelas bayarannya lebih mahal dari biasanya karena sekarang Tama sangat dibutuhkan untuk pemanas sebuah acara. Klarifikasi yang membuat hampir seluruh fans mulai mengejek Nandini di media sosial miliknya dengan ujaran kebencian karena klarifikasi Nandini membuktikan bahwa wanita itu salah dan men
Seharian penuh ini Tama disibukkan dengan berbagai syuting iklan produk atau aplikasi, jadwalnya padat, baru saja pulang beberapa menit, ia harus bersiap-siap untuk datang ke acara launching sebuah nama produk baru yang mengundangnya sebagai salah satu aktor pembawa acara nantinya.Ketika sampai di kamar, ia tadinya hendak langsung ke kamar mandi agar bisa cepat selesai bersiap-siap dan langsung pergi. Namun kakinya malah melangkah ke tempat tidur saat melihat istrinya tidur terkapar di kasur, bukan tidur biasa, seperti kelelahan dan banyak pikiran."Kau sedang membayangkan menjadi orang terkaya di Dunia hingga melamun seperti ini?""Bukan. Sudah sono pergi, aku sedang tidak berdebat."Bukannya senang karena tak perlu berdebat namun Tama malah merasa ada yang aneh dengan istrinya ini, tidak seperti biasanya yang penuh energik, ia pun memutuskan menggeser tubuh ramping itu ke sisi kiri agar ia bisa ikut berbaring di sampingnya, bahkan ia sampai mengetik pesan
"Martabak kacangnya satu pak, dibungkus.""Baik, Neng."Setelah sampai ke tempat tujuan yaitu penjual martabak, Nandini langsung memesan dan penjualnya pun merespon pesanannya dengan baik. Ia pun memutuskan untuk duduk di kursi yang disediakan untuk menunggu sampai pesanannya sudah selesai.Jika wanita lain atau bahkan suaminya sendiri jijik dengan tempat ini, tapi tidak dengan Nandini. Meskipun terlahir kaya sejak dalam kandungan namun dia selalu diajarkan hidup sederhana oleh mamanya karena bagi mamanya hidup kaya dan miskin tidak akan mengubah kedudukan manusia di depan Sang Pencipta hingga Nandini tak pernah takut membeli makanan pinggir jalan yang kata orang tak sehat. Menurutnya makanan cepat saji dan makanan pinggir jalan, lebih sehat pinggir jalan.Sambil menunggu pesanan datang, Nandini membuka ponselnya dan tak ada notifikasi satu pun. Suara seseorang memanggil namanya membuat Nandini mengangkat kepalanya ke atas untuk melihat siapa pria itu.
Tama yang sedari tadi duduk di sofa ruang tamu dan menatap ke arah pintu rumah, menunggu kepulangan istrinya yang belum kunjung datang, sudah tiga puluh menit tapi wanita itu belum pulang, apa beli martabak akan selama ini?Tama mengepalkan tangannya saat mendengar laporan dari satpam yang berjaga di pos dekat gerbang, mengatakan bahwa Nandini sudah pulang dengan seorang pria memakai motor Ninja. Katanya ingin beli martabak tapi kenapa malah berdekatan dengan pria, apa wanita itu lupa dengan statusnya sebagai istri?Sekarang Tama sudah siap untuk memberi wanita ceramah dan omelan tanpa henti karena sudah membuatnya menunggu dengan khawatir karena mengira wanita itu mungkin saja ada dalam keadaan yang berbahaya atau buruk hingga lama pulang. Namun ia salah karena wanita itu bukan sedang berada dalam keadaan bahaya namun malah sedang bersenang-senang. Melihat Nandini sudah datang dengan senyum manis di bibirnya membuat Tama yakin jika Nandini sedang senang karena pria yang
Hari ini Nandini memutuskan untuk libur saja sehingga ia tidak akan ke kantor hari ini karena rasa sakit akibat datang bulan dan rasa sakit itu membuat suasana hatinya sangat buruk. Jika dipaksakan bekerja maka hanya akan membuat pekerjaannya jadi tak beres saja.Hal itu membuat Nandini masih tertidur di atas kasur dengan selimut hangat yang membungkus tubuhnya. Kebetulan pagi ini sedang hujan deras jadi keputusan yang baik untuk libur, jiwa pemalasnya meronta untuk tidak beranjak dari kasur dan menginjakkan kaki di lantai yang pasti sangat dingin, bahkan ia masih bisa merasakan suasana dingin di kamarnya walaupun pendingin ruangan sudah dimatikan. Ia sudah bangun dari tadi, namun ia masih berbaring sambil membaca novel kesukaannya.Waktu terbaik untuk memanjakan diri sendiri. Jika Nandini bersantai, maka Tama sudah sibuk bersiap-siap berangkat kerja. Pekerjaan sebagai artis membuat pria itu harus tampil begitu menawan dan keren sehingga butuh waktu lama untuk memp
Tama langsung naik ke tempat tidur dan berdiri di tempat tidur sambil memegang bantal, mereka pun saling pukul menggunakan bantal hingga busa bantal itu keluar dan tempat tidur menjadi sangat berantakan.Sekarang, para pekerja Tama tidak lagi kaget dengan pertengkaran keduanya namun lebih kaget saat melihat betapa mulusnya kaki jenjang istri bos mereka. Kebetulan Nandini memakai celana pendek di atas lutut sedikit, tadi kakinya tak terlihat karena pakai selimut jadi sekarang kaki putih dan cerah itu terpampang di depan pekerja Tama.Para pekerja itu tak habis pikir kenapa bos mereka mengatakan istrinya bertubuh rata, hanya orang buta yang bisa mengatakan itu karena bentuk tubuh Nandini sangat indah dan bagus hingga membuat mereka terpesona terlebih wajah natural tanpa riasan itu terlihat cantik dan menawan."Cantik sekali.""Mulus.""Indah.""Seksi."Tanpa sadar keempat pekerja Tama mengutarakan pendapat mereka secara lisan saat terkagum den