Akhirnya mereka sampai juga di perkebunan teh yang merupakan tempat syuting, para kru langsung bergegas cepat mengeluarkan properti syuting keluar dari mobil terutama tenda, tempat duduk, bantal, dan lain-lain untuk para pemain sebelum mereka akan mengeluh manja dan menggerutu karena tak mendapat pelayanan yang baik.
Setelah pelayanan untuk para artis, baru mereka menurunkan kamera dan peralatan syuting lainnya. Para artis pun langsung mengambil tempat duduk dan mengeluarkan riasan mereka agar bisa memperbaiki riasan yang sudah luntur selama satu jam perjalanan.
Nandini sendiri sudah bangun dan kini sedang menatap perkebunan teh yang sangat luas, hijau, sejuk, dan indah. Ia tak mau melihat bagaimana sibuknya para kru film dan artis itu, lebih baik ia berkeliling melihat perkebunan teh. Kakinya pun mulai melangkah untuk menyusuri perkebunan teh ini. Di sisi lain, Tama sedang sibuk membaca script karena ia tak perlu merias dirinya lagi, ia merasa masih segar dan rias
Nandini sedang sibuk membantu para pekerja kebun teh mengambil pucuk daun teh yang nantinya akan menjadi teh, entah sudah berada puluh menit bahkan mungkin sudah sejam ia berada di sini. Ia begitu senang mempelajari soal teh dari para pekerja ini, ia jadi memiliki ilmu baru dan berlajar mengenai pengolahan teh dan kebetulan para pekerja di sini sangat baik karena mau menjawab semua pertanyaannya dan bersikap ramah padanya, khas warga desa yang memiliki sopan santun dan adab."Kamu dari kota ya?""Iya, lagi menemani para pemain film yang sedang syuting."Nandini menjawab pertanyaan Lastri sambil tersenyum manis, ia sengaja tak mengatakan tentang Tama karena merasa tak perlu. Lagi pula warga desa tak akan kenal dengan artis Ibu Kota namun ternyata pemikirannya ini salah."Oh, artis-artis yang sedang buat film baru di ujung sana ya?""Iya, kamu tahu filmnya?""Aku tahu, kebetulan pemeran utama prianya adalah idola aku. Oh ya, kamu siapa mereka
Hari ini adalah hari kelima belas mereka berada di Bogor dan menjadi hari terakhir mereka di Bogor karena proses syuting sudah selesai sejak tadi siang dan semua orang sudah membereskan barang-barang mereka agar besok pagi mereka akan langsung pulang ke Jakarta.Seperti biasanya ada pesta mewah di tempat syuting sebagai perayaan atas selesainya project film mereka dan tinggal menunggu editor menyelesaikan editannya lalu ditentukan jam tayang dan mereka melakukan promosi film. Semua orang begitu senang dan bersiap-siap untuk pesta nanti malam di Villa. Mereka telah menyiapkan gaun dan jas terbaik, perhiasaan dan sepatu terbaik, riasan terbaik, dan lain-lainnya.Para pelayan di Villa pun sedari tadi siang sudah bolak-balik ke sana dan kemari untuk mempersiapkan pesta nanti, tak lupa mereka memasak makanan yang enak serta minuman yang manis dan segar. Bahkan sutradara langsung menyewa tiga bartender bar terkenal di Jakarta secara ekslusif ke Bogor untuk meracik minuma
Pesta pun sudah dimulai. Lantai bawah maupun lantai atas sudah ramai dengan para kru film, pemain film, dan lain-lainnya. Mereka terlihat begitu cantik dan tampan dengan gaun mewah dan jas mengkilap. Kebetulan ini adalah pesta topeng sehingga semua orang memakai topeng di pesta ini dan saling berbicara satu sama lain tanpa menyebutkan identitas dirinya agar semua orang bisa bergabung bersama yang lain tanpa canggung karena tak tahu siapa yang sedang diajak bicara.Sutradara dan produser pun mengundang beberapa rekan kerja mereka atau teman mereka, pihak artis pun boleh melakukan itu agar meriahkan suasana pesta, sehingga yang berada di pesta ini tak hanya orang film, tapi dari berbagai kalangan mulai dari pengusaha, investor, direktur, dan lain-lainnya.Tama sedari tadi sudah turun dengan topeng yang menutupi bagian matanya, ia memakai jas abu-abu, kemeja putih, dan celana bahan abu-abu. Rambutnya sudah rapi disisir, dan berusaha membaur dengan yang lain, mencari pasanga
"Bagi kalian semua yang sudah menemukan pasangan dansa, silahkan naik ke panggung dan tunjukkan kemampuan dansa kalian di depan semuanya!""Woah!"Semua orang begitu antusias hingga berteriak riang menyambut ucapan sang pembaca acara. Sudah banyak yang naik ke panggung dan berdansa di sana, Nandini menatap mata pria asing ini yang juga sedang menatap ke arahnya. Sepertinya pemikirannya dan pria ini sama karena saat ia mengangguk, pria itu juga mengangguk.Mereka pun naik ke atas panggung dan mulai berdansa mengikuti irama lagu yang masih lambat dan akan berubah menjadi sangat cepat nantinya untuk menyeleksi kemampuan dansa para tamu. Jika ada yang berhenti dansa atau terjatuh maka harus turun dari panggung dan dianggap sudah kalah.Nandini dan pria asing ini terus saja berdansa, terkadang mereka berpelukan, berbalik badan lalu merentangkan tangan berdua. Nandini yang memang pernah ikut kelas tari pada saat SMA
Pesta masih berlangsung dengan meriah bahkan semakin heboh saat waktunya orang pesta bebas melakukan apapun, sudah ada yang mabuk dengan tiga botol minuman, ada yang bergoyang dengan begitu bersemangat mengikuti irama DJ. Beberapa pun sudah berpindah ke kamar untuk melakukan hubungan badan karena sudah tak dapat menahan nafsu.Sedangkan Tama masih menyendiri duduk di kursi depan meja bar, meneguk wine di gelasnya sambil terus memperhatikan istrinya yang tengah tertawa dan berbicara dengan dokter sialan itu. Entah siapa yang mengundang dokter itu ke sini, bukankah seorang dokter harusnya menjauhi kegiatan maksiat seperti ini namun dokter itu malah menikmati acara ini. Bartender yang sedari tadi menuangkan minuman ke gelasnya pun menjadi khawatir akan kondisi Tama yang sudah tak terkendali, bahkan untuk berdiri tegak saja tak bisa."Tuan, sudah minumnya. Lebih baik kau kembali ke kamarmu, minuman ini sudah membuatmu sangat mabuk.""Tuangkan saja.""Tapi Tuan, k
Pagi harinya, Tama bangun dalam kebingungan karena ia merasa ada yang berbeda dengan sikap orang-orang di sekitarnya. Ia memang tidak cukup dekat dengan para pemain film lainnya namun ia tak sampai dijauhi seperti ini, mereka semua bahkan langsung diam saat ia datang, beberapa memutuskan untuk berdiri dan pergi saat ia bergabung untuk bicara.Bahkan empat pekerja pribadinya yang biasanya masih ramah padanya, telihat canggung dan takut untuk menyapa dan bertanya. Dan yang lebih terlihat berbeda adalah Nandini yang biasanya cerewet dan suka cari masalah sekarang menjadi pendiam. Apa semalam ada sesuatu yang terjadi? Ia melupakan apa yang terjadi padanya semalam, namun ia ingat jika ia mabuk berat malam itu karena tak suka melihat kemenangan dan kedekatan Nandini dengan temannya, lalu setelahnya ia lupa, sepertinya ia harus menemukan jawabannya dari satu orang yang ia bisa percaya ucapannya sekarang yaitu Nandini.Ia memperhatikan wanita itu yang sedang berdiri di samping m
Seorang wanita cantik dengan celana panjang dan kemeja polos dibalut blazer berjalan masuk ke dalam restoran. Wanita itu adalah Nandini yang akan menemui temannya setelah beberapa bulan tak bertemu, ia pun langsung menghampiri temannya sambil membalas lambaian tangan temannya. Ia sangat senang bisa bertemu dengannya, begitu pun dengan temannya yang langsung bersemangat dan memeluknya saat sudah berada di hadapan temannya."Akhirnya kau datang juga, aku pikir Bu Nandini yang terhormat tak akan datang karena sibuk dengan bisnisnya.""Tak mungkin aku tidak datang saat aku punya kabar baik untukmu dan untukku."Nandini menatap temannya dengan binar kebahagiaan, inilah tujuannya menemui temannya untuk berbagi kabar baik yang baru saja ia dapat tadi pagi. Kabar baik ini tak akan bisa ia dapat tanpa bantuan temannya ini yaitu Laura Xeniata.Tak ada yang tahu jika Nandini dan Laura adalah teman semasa sekolah. Laura memang sudah senior di dunia artis walaupun umurnya
Hari yang ditunggu-tunggu pun telah tiba. Saat ini Nandini dan Tama sedang berada di mobil yang sama yang akan membawa mereka ke tempat promosi film baru Tama. Tama pun sedari tadi menggenggam tangan istrinya dengan lembut, hal itu membuat Nandini merasa risih namun tak bisa menolak karena tak mau membuat pria itu curiga."Kau sampai berkeringat, pasti gugup kan? Tenang saja, ada aku di sana yang akan terus menemanimu."Tama bahkan sampai mengambil tisu dan mengusap keringat di kening istrinya dengan tisu saat tahu istrinya berkeringat sedangkan Nandini menjadi diam membatu karena sikap romantis pria ini yang mendebarkan jantungnya."Kau yakin akan melakukan ini?""Yakin.""Kenapa kau sampai mau melakukan ini?""Karena kau yang meminta. Aku ingin memperbaiki kesalahanku di masa lalu."Nandini hanya mengangguk sebagai jawaban lalu memilih memandang ke luar jendela mobil dari pada ia menatap ke arah suaminya yang terus menatap penuh cinta deng