Share

Bagian 1 - Singa Jantan

Awas Typo:)

Happy Reading ....

***

Langsung saja, kisah klasik ini dimulai dengan. "Shit!" Satu umpatan suara serak-serak berat.

"Oh my god, Mister i'm sorry, sorry." Lalu disambung suara meminta maaf dari kaum hawa.

Bagaimana adegannya? Tahan, sebelum memasuki adegan, mari berkenalan terlebih dulu dengan itu, si pemilik suara serak-serak berat, dia adalah ..., Raymond Arthur William, pria, dua puluh tujuh tahun, dosen psikolog sekaligus psikiater. Tampan? Sudah pasti. Gagah? Jangan tanya. Seksi? Oh ya perfect itu Raymond. Cukup? Cukup, segitu saja dulu. Kalian akan mengenal Raymond lebih dalam jika terus mengikuti kisah ini.

So, mari beralih pada si pemilik suara yang melisankan kata sorry. Dia adalah Regina Adinda Putri, Mahasiswa music, dua puluh tiga tahun, sukanya ngemil, hobbynya menolak semua pernyataan cinta seorang pria. Cantik? Banget pangkat tiga! Manis? Banget pangkat sepuluh! Regina adalah primadona khas asia.

Selesai, sekarang mari lanjut ke adegan. 

"Jangan sentuh saya."

Seketika Regina dibuat berkedip-kedip detik ia ingin membersihkan telapak tangan Raymond menggunakan tisu namun ditolak mentah-mentah.

Hal paling mengejutkan Regina adalah suara serak-serak berat itu begitu datar! Dingin! Sialan betul, ini serius ada yang memakai nada begitu kepada Regina? Sumpah jika gendang telinga Regina tak salah dengar maka Raymond adalah pria pertama yang menggunakan nada datar kepada gadis perawan ini.

Menarik napas, Regina berdiri tegak. Meletakan nampan yang ia bawa ke atas meja Raymond, si pria masih duduk namun tak menatapnya sama sekali. 

Tadi itu, seperti adegan dinovel lainnya, Regina tidak sengaja menumpahkan minuman yang Raymond pesan, sumpah tidak sengaja.

Hening, semua pengunjung caffe menatap ke arah meja Raymond. 

Jelas para kaum adam menatap Raymond tidak senang karena memperlakukan Regina seperti itu. Sedang para kaum hawa tidak heran, apalagi mereka yang memang mengidolakan ketampanan Raymond, sudah pasti tahu sekali bagaimana kharakter pria itu.

Beberapa detik bergerak, Raymond sibuk mengeringkan tangan yang basah karena kopi dingin pesanannya sendiri dengan tisu. Sedang Regina yang tadi berdiri saat ini justru penuh keberanian mendudukan diri di kursi depan Raymond.

Tahu apa yang perawan satu itu lakukan setelah tadi sangat terkejut? Menopang dagu sambil tersenyum manis, ow apa-apaan ini?

Raymond melirik gadis itu dua detik, lalu, kembali menyibukan diri.

"What's your name, Handsome?" tanya Regina pelan, berusaha membuat suaranya hanya bisa didengar oleh gendang telinga Raymond.

Sayang buah sayang si pria justru berdiri dari duduk tanpa menatap Regina. Jangankan menatap, melirik pun enggan.

Gila, ini sih mengaktifkan jiwa penasaran Regina Adinda Putri yang biasanya selalu dipuja-puja kaum adam.

Tanpa kata apalagi kalimat, Raymond meletakan tisu bekas tangannya ke atas meja, lalu beranjak pergi.

Regina tidak memaksa, gadis perawan itu masih duduk di tempat dengan pose yang sama, menopang dagu, menatap punggung gagah Raymond.

"Ugh punggungnya aja gagah," gumamnya menyipitkan mata detik Raymond keluar dari caffe tempat Regina bekerja. "I got you singa jantan." 

Bagus, Regina akan segera memulai kisah sesungguhnya.

*****

Cara Regina memulai adalah dengan mencari tahu tentang Raymond terlebih dulu. Si perawan satu ini sudah menjadikan pria yang belum ia kenal sebagai mangsa pertama setelah dua puluh tiga tahun hidup.

Selamat Raymond, fakta itu sangat membanggakan. Well, sekarang Regina tengah berdiri di samping mobil mahal yang entah milik siapa.

Gadis itu memakai celana jeans panjang dengan kemeja putih yang bagian depannya dimasukan ke dalam celana sedang bagian belakang tidak. Jangan lupa rambut hitam panjang nan lebat milik Regina saat ini sedang diikat ekor kuda oleh gadis itu. Satu lagi, Regina sedang memainkan ponsel sambil menikmati permen tangkai.

"Ah dia dosen sekaligus psikiater," gumam Regina angguk-angguk kepala membaca apa yang ia cari tahu. "Damn! Dia kaya tujuh turunan!" Kagum, Regina sangat tidak menyangka ada pria berumur dua puluh tujuh tahun sudah sekaya itu, sejak kapan menabungnya coba? "Hm ini sangat menarik, dia belum pernah dekat dengan satu kaum hawa pun." 

Jika ada yang memperhatikan Regina sedari tadi, sudah pasti gadis itu diberi stempel human gila. Bicara sendiri, angguk-angguk sendiri, tersenyum sendiri, terkejut sendiri. Ah Regina memang gila membaca fakta-fakta Raymond Arthur William yang sangat mudah ia dapatkan.

Si pria seterkenal itu sampai tidak perlu effort lebih dari Regina untuk mencari tahu.

Tit-tit.

Suara mobil dibuka dengan remote tiba-tiba terdengar, sudah pasti kepala Regina yang menunduk auto mendunga. "It's so time!" gumamnya mendapati wajah tampan Raymond.

Pria itu semakin dan semakin mendekat, bersama kemeja hitam dan tas kerja di tangan sungguh membuat Raymond terlihat seribu kali lebih tampan daripada siang tadi yang hanya dengan kemeja.

Tap.

Raymond sampai, pria itu menatap Regina yang tersenyum manis sambil berdiri di depan pintu mobil yang ternyata milik Raymond.

"Hi!" sapa Regina ceria, tak lupa masih pasang senyum manis.

"Minggir." Namun dibalas begini, eiyyy ini semakin menantang bagi Regina.

"Regina Adinda Putri." Memperkenalkan diri, tangan kanan Regina terangkat, terjulur ke depan dada Raymond yang memasang mimik sangat datar. 

Argh, kenapa bisa sebetah itu tanpa ekspresi? Regina berani sumpah dia semakin gemas ingin menaklukan.

Krik, krik.

Tidak ada sahutan apapun.

"Huh!" Regina menghembuskan napas. "Pelit, kamu Raymond Arthur William, 'kan?" ujar dan tanya Regina setelah menghembuskan napas.

"Minggir," balas Raymond dengan jumlah dan kata yang sama. Minggir! Bagus, singa jantan ini seperti tak mau diusik, tapi sayangnya Regina mau mengusik.

"Aku mau meminta tumpangan." Modus, Regina benar-benar tidak kenal menyerah apalagi takut.

"Tidak," balas Raymond akhirnya mengangkat tangan kiri yang tidak memegang apapun guna mendorong geser tubuh kecil namun seksi milik Regina.

Gadis itu menyingkir, bahkan belum didorong oleh Raymond pun sudah menyingkir sendiri. Berlari kecil memutari mobil, Regina Adinda Putri,

"Sial." Berhasil membuat Raymond mengumpat karena si gadis memasuki mobil dari pintu kursi sisi supir dengan seenak jidat. 

Ya Tuhan, Raymond yakin ini akan sulit. Menarik napas, keturunan William itu membuka pintu mobil, masuk ke dalam dan mendapati Regina sudah duduk cantik dengan sabuk pengaman yang terpasang baik dan benar.

Brak.

Pintu mobil Raymond tutup, hal pertama yang pria itu lakukan adalah meletakan tas kerjanya ke kursi belakang, membuat indera penciuman Regina dibelai manja oleh harum tubuh Raymond, sangat maskulin! Ya ampun.

Selesai dengan tasnya, barulah Raymond menatap Regina yang pun menatapnya.

"Saya tidak tertarik," ujar Raymond to the point. Oke, dahi Regina mengerut, dia tidak paham sama sekali.

"Tidak tertarik dengan apa?" tanya Regina polos.

"Anda dan semua aksi Anda ke depannya."

Mampus! Kedua Netra Regina membulat kecil mendengar itu. Wah ..., fix banget ini pasti sangat menarik.

.

.

To Be Continued

Terbit: -04/Februari-2k21

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Aililea (din din)
Regina gila bener, nekat beh,🤣🤣🤣
goodnovel comment avatar
ara~>125
aduh... sama2 psikolog, aku sampek salfok buknnya tadi yg ku baca willy, ya ampun ternyata aku yg slah itukn yg disebrang jlan 😂😂✌
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status