Share

Bagian 3 - Pengajuan Diri ala Regina

Awas Typo:)

Happy Reading ....

***

"Kamu gay?!" 

Boom! Tubuh Raymond berbalik menatap ke arah belakang tubuhnya. Apa-apaan ini?! Regina ikut masuk ke dalam? Demi upin ipin si perawan semakin gila.

"Tidak dan keluar," jawab juga usir Raymond menatap Regina penuh peringatan.

Kepala gadis itu menggeleng, tanda ia tidak mau keluar. 

"Terus kalau nggak gay apa? Kenapa tidak tertarik dengan kaum hawa? Kamu masih perjaka ya?" Serobot terus, Regina tidak tahu diri.

Raymond diam, ia kehabisan cara lembut. Apa harus ia pakai cara kasar? Tapi dia tidak pernah mau mengkasari kaum hawa, karena apa? Jika ia mengkasari kaum hawa sama saja ia juga mengkasari mamanya secara tak langsung. "Saya mohon, keluar." Untuk itu dengan segenap kekesalan yang tertahan Raymond melisankan satu kata, mohon! O-wow sekali Regina bisa membuat seorang Raymond berada di posisi ini.

"Jawab pertanyaanku lalu aku keluar."

Oke deal, Raymond akan menurut untuk kesekian kalinya. Tadi ia sudah gagal menelantarkan gadis ini di pinggir tong sampah, maka sekarang ia tidak boleh gagal mengusir si gadis.

"Saya tidak gay, kaum hawa merepotkan, dan urusan keperjakaan saya bukan rana Anda, keluar." 

"Jadi kamu single?" Satu pertanyaan lagi, Regina pastikan ini yang terakhir.

Raymond tidak langsung menjawab, pria itu diam sejenak.

"Ya." 

Secepat yang dibisa Regina melangkah mendekat.

Cup.

Ia kecup rahang kanan Raymond. 

"Oke, aku mendaftarkan diri untuk mengisi kejombloan kamu. See you, Handsome."

Raymond ..., tidak akan tenang mulai hari ini.

*****

Benar saja, kalimat di atas memang benar adanya. Raymond baru saja selesai mandi dan ingin duduk di kursi kerja, eh tahu-tahu dia diharuskan menopang dahi detik mengangkat satu panggilan dari nomor tak dikenal namun suaranya bisa ia kenali. 

'Simpan ya, beri nama calon istri.'

Tidak mungkin Raymond tidak kenal suara ini, gendang telinganya baru tiga jam yang lalu masih mendengar ocehan dari suara si gadis.

Pertanyaannya, dari mana Regina mendapatkan nomor Raymond? Right! Itu Regina Adinda Putri yang menghubungi Raymond.

Menarik napas, si pria mencoba sabar. "Ya." Begitu saja, setelahnya pria itu memutuskan sambungan, meletakan ponsel ke atas meja kerjanya.

Raymond menyandarkan punggung ke badan kursi, hari ini dua kali lipat lebih berat dari kemarin karena kehadiran Regina yang berjiwa nekad nan barbar.

Drt, drt, drt.

Ponsel kembali bergetar, Raymond bisa menebak itu pasti lagi-lagi Regina. Dari suara getarannya saja sudah berbeda, hawa-hawa pengganggu sangat terasa.

"Hah!" Menghembuskan napas, Raymond jangkau si benda pipi. Tuh kan benar, Regina lagi. 

Raymond terima, ia dekatkan ponselnya ke daun telinga kanan.

'Kenapa dimatikan coba? Belum selesai tahu,' omel Regina dari seberang sana.

"Saya mau bekerja."

'Oh calon suami mau kerja, baiklah aku hubungi dua jam lagi dari detik ini. Selamat bekerja, semangat, Handsome.' 

Tut!

Sambungan terputus. Argh, seketika tengkuk Raymond sakit. Fix dia butuh bertemu mamanya, mencuci kaki wanita paruh baya itu agar terhindar dari kesialan seperti ini.

Jujur saja, Raymond pernah diincar gadis bar bar juga, namun detik aura dingin ia keluarkan maka si gadis mundur teratur. Lah yang satu ini? Semakin ditolak yang ada semakin menggebu.

Baiklah, Raymond akan mencari cara agar Regina mundur dengan sendirinya. Sekarang yang pria itu lakukan kembali meletakan ponsel ke atas meja lalu menghidupkan laptopnya.

Satu hal yang langsung Raymond lakukan saat laptop sudah hidup, membuka g****e, mengetikkan kata kunci -cara mengusir gadis bar bar. Oke sip, pria tampan pun bisa melakukan hal konyol dan ini sangat menggelikan. Raymond seterniat itu. Tapi, tunggu, jangan langsung mentertawakan Raymond. Dari adegan konyol inilah ia bisa tahu satu fakta, bahwa gadis bar bar tahu caranya mati yang bermartabat.

Sial, sial, sial! Bagaimana pula cara mati yang bermartabat? 

"Shit." Kalau isi blog-blognya sekacau itu maka hanya mengumpat yang bisa Raymond lakukan.

*****

Di sisi lain, Regina cekikikan sendiri. Gadis itu sedang berbaring di atas ranjang, menyiapkan segala recana jahil untuk mengganggu hari Raymond. Suer baru sehari saja sudah terasa asik, apalagi nanti dua atau tiga minggu. Sudah pasti serunya pangkat lima puluh. "Tampan, smart, kaya dan, tidak mudah ditaklukan, oh dia tipeku sekali," oceh Regina kegirangan sendiri. 

Rasanya sangat tidak sabar ingin menaklukan Raymond Arthur William. Jika itu terjadi, fix Regina menang lotre. Tapi tunggu, Regina suka Raymond atau hanya tertantang? "Hm ..., saat ini hanya tertantang sih, tapi kan bisa jadi besok suka," gumamnya menjawab pertanyaan batin sendiri. 

Bergerak duduk dari posisi berbaring, Regina berjalan mendekati balkon kamar apartemennya. Membuka pintu balkon yang tertutup, Regina langsung merasakan angin malam menerpa diri.

Menarik kedua sudut bibir bersamaan menarik napas. Sekarang Regina merasa kehidupan asmaranya mulai sangat menarik. "Aku akan mendapatkanmu, Handsome, pasti," bisik Regina penuh tekad. "Aku akan mendapatkan Raymond Arthur William!" Dan sekarang berteriak. Bagus, Regina Adinda Putri memang sangat luar biasa. Tidak salah Raymond memberikannya julukan gadis bar bar.

"Huh! Menikah dengannya pasti asik." 

No-no, sudahi kesintingan ini, Raymond .

"Hm, ide bagus." Tapi tidak bisa, Regina memang sudah gila saat satu ide muncul di dalam kepalanya.

Raymond, bersiap-siaplah. Gadis bar bar itu tahu caranya mati bermartabat.

Di lain tempat.

"Ya, aku memang harus bersiap." 

Seperti mempunyai firasat tak baik, Raymond baru saja mencari semua tentang Regina, dan yang ia temukan tidak banyak. Gadis itu terkenal namun identitas pribadi tidak terlalu diekspos.

Hanya nama, umur, tanggal lahir, jurusan dan, biodata formal lainnya yang Raymond dapat, perihal seluk beluk tidak ia temukan. Namun membaca nama, umur juga buntut-buntut kecil lainnya itu saja sudah membuat Raymond meringis membayangkan tingkah pola Regina selanjutnya. Persetanlah.

Drt, drt.

Ada satu pesan masuk, langsung saja Raymond lirik layar ponselnya. Itu dari Regina yang nomornya belum disimpan oleh si pria namun hanya butuh dua kali lihat sudah dihapal.

Raymond buka pesan itu, ia memang merasa terganggu tapi tak ayal Ray akui ia pun penasaran akan aksi-aksi gila Regina.

'Warning, Handsome, besok aku menginap di apartemenmu xixi, sampai jumpa besok. Istirahat yang cukup ya.'

"Besok saya tidak akan keluar dari sini," gumam Raymond tanpa sadar membalas pesan Regina dengan mulut.

Lihat-lihat, semakin gila bukan? Iya, gila sekali. Tapi, siapa yang tidak suka kisah penuh kegilaan? Maaf dan selamat menikmati waktu-waktu indah, karena Regina menjanjikan satu hal. Alur yang menarik, perawan itu pastikan ..., Raymond tidak akan bosan dengannya yang cantik nan menarik. 

Kalau sudah begini, apalagi selanjutnya? Apakah Raymond akan takluk? Atau justru Regina yang semakin takluk dengan pria itu? Coba tebak.

.

.

To Be Continued

Terbit: -04/Februari-2k21

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status