Share

Bagian 8 - Tantangan Seminggu

Awas Typo:)

Happy Reading ....

***

Regina membuka matanya pelan-pelan, rasa di kepala lumayan pusing. Dapat dipastikan itu karena jam tidurnya berlebihan, pasti. Maka meregangkan tubuh dan bersiap memeriksa jam adalah incaran Regina. Well, ia membawa tubuh duduk terlebih dulu, wait, kenapa apartemennya mendadak berbeda? Perasaan tidak begini.

Satu ..., dua, dahi Regina mengerut, otak berputar dan indera penciuman menangkap aroma masakan. 

Tik, tok.

Regina masih berusaha memutar otaknya. Sampai. "Raymond!" Dia ingat ini apartemen dan ranjang Raymond Arthur William. Di mana pria itu? Segera menuruni ranjang, Regina dengan rambut khas singa betina berlari kecil menuju kichen. 

"Ray!" panggilnya menemukan punggung mister William yang sedang mengambil sesuatu di lemari piring.

Pria itu tidak terkejut, tidak juga menyahut. Ya dia tetap melakukan kegiatannya, sampai tiba-tiba Regina menarik satu tangannya, menarik tubuh besar yang pasrah menjauh dari lemari piring. "Kamu ngapain? Ya ampun duduk, kenapa nggak bangunin aku coba? Duduk, oh my god kamu keramas lagi?!" memerintah lalu terkejut, Regina berkacak pinggang menatap si pria yang menghembuskan napas.

"Aku lapar," ucap Raymond berniatkembali berdiri, itu satu piring sudah ada di tangan kanannya.

"Iya aku yang siapkan," balas Regina menahan bahu si pria agar tetap stay duduk di atas kursi makan.

"Siniin piringnya, kamu keringkan rambut kamu lagi dengan handuk. Besok-besok aku beliin hair dryer deh, kamu kaya tapi beli pengering rambut aja nggak mampu," mengomel, Regina yang cantik seantreo universitas of Melbourne baru saja mengatai mister William. 

"Hah." Hembus napas lagi. Keturunan William itu berdiri dari duduknya, menuruti perintah Regina saja. Namun, sebelum ia benar-benar menuju kamar mandi, kedua netranya sempat menangkap adegan Regina mencepol rambut asal sambil mengulum bibir sendiri. 

Baik, tidak bisa Raymond bohongi bahwa gadis itu memang cantik, manis dan ..., seksi. Point paling penting, melihat ada Regina di sana seketika Raymond merasa dapurnya hidup, sangat hidup. Ah ..., sebuah rumah memang butuh kehadiran kaum hawa sesekali. 

"Ngapain berdiri di sana? Cepetan rambutnya dikeringkan." Regina memergoki Raymond, dan gadis itu menatap si pria seperti seorang ibu yang siap mengancam anaknya agar segera mandi sebelum matahari terbenam.

Raymond tidak membalas apapun, langsung melongos pergi saja daripada cari ribut dengan Regina yang menatap daging masakannya kemarin malam.

"Besok-besok aku harus lebih cepat bangun dari dia," gumam Regina hembus napas pelan. Bisa pula Raymond bangun dia tidak terusik sama sekali, pria itu bergerak atau melayang?! 

Lupakan, sekarang yang Regina lakukan memindahkan daging ke atas piring, menyiapkan sarapan mereka berdua. Tapi tolong ingatkan gadis cantik itu sebelum mereka sarapan dia harus memijat bahu Raymond terlebih dulu. 

*****

"Jangan sarapan dulu, Handsome." Regina menahan gerakan tangan Raymond yang ingin menjangkau garpu dan pisau guna segera melaksanakan sarapan paginya dengan kalimat singkat.

Kepala Raymond mendunga, menatap Regina yang masih berdiri menuangkan air mineral ke dalam gelas mereka.

"Lima menit lagi," ucap si gadis tahu betul tatapan itu artinya bertanya.

Well, setelah mengatakan kalimat di atas, Regina langsung meletakan teko kaca yang sudah pasti mahal ke atas meja makan kecil ini. 

"Aku pijat dulu bahunya, pasti kemarin tegang banyak duduk." Regina berjalan, ambil posisi ke belakang tubuh Raymond yang mengerutkan dahi, maksudnya bagaimana? Dan bagus, hanya dalam hitungan detik Regina menjawab kebingungan Raymond. Kedua telapak tangan gadis itu sudah jatuh ke atas bahu si pria yang menunggu aksi selanjutnya. "Hari ini kerja ya?" bertanya, Regina mulai menggerakkan jari-jarinya. 

Tidak munafik mata Raymond langsung terpejam menikmati itu, wah ..., terasa sangat baik membelai otot-otot bahu.

"Aku ada kelas jam sebelas ini," jawab Raymond entah kenapa menginfokan itu. Ow, agaknya ini tak akan sulit untuk Regina mendapatkan mister William.

"Masih tiga jam lagi, anterin aku ke apartemenku mau, 'kan? Sebentar aja kok, mau ya ya ya?"

Mata Raymond terbuka, kepalanya mendunga dan mendapati Regina pun menunduk. Membuat tatapan mereka saling bertemu.

"Mau ambil pakaian hehe, aku di sini ya sampai kamu takluk."

"Tidak."

"Kenapa? Kamu hidup nggak beraturan ih, perlu aku urusin." 

"Tidak."

"Iya!"

"Tidak."

"Iya iya iya! Fix iya no debat titik." 

Cup.

Bibir Regina singgah ke atas dahi Raymond dua detik dengan tangan yang terus memijat bahu si pria.

"Udah jangan tatap aku terus, nanti terpesona." Setelah itu ia dorong kepala mendunga Raymond yang terus menatapnya.

Si pria lagi, lagi, dan lagi seribu kali! Pasrah, hanya pasrah.

"Nunduk bentar ya." Masih suara Regina yang terdengar, gadis itu beralih mendorong kepala Raymond agar sedikit menunduk karena ia mau mengincar tengkuk si pria.

"Satu minggu." Oke, akhirnya Raymond buka pita suara setelah hanya diam beberapa menit. "Kamu hanya boleh berusaha satu minggu, lebih dari itu tetap tidak berhasil, tolong berhenti," melanjutkan. 

"Aku pastikan sebelum seminggu, Handsome, lihat saja," bisik si gadis tepat di depan tengkuk Raymond.

Cup, yang diberi kecupan singkat sebelum mulai dibelai dengan pijatan. 

Raymond diam saja, dia hanya akan melihat dan menikmati nyaman tidak nyamannya menjadi mangsa Regina Adinda Putri.

Sejauh ini sih, yang baru hari ketiga. Raymond akan jujur bahwa masih banyak nyamannya, gadis ini tahu cara memperlakukan Raymond dengan baik, walau juga banyak sekali tuntutan yang gadis itu lontarkan.

"Aku kerja ya hari ini, pulangnya jam sepuluh malam karna aku dapat bagian closing." Regina menginfokan sambil terus memijat. "Nanti aku siapkan makan malam kamu sebelum berangkat, selamat sarapan, Handsome." Selesai.

Cup.

Regina mengakhiri aksi pijat memijat dengan satu kecupan lagi, namun mengincar rambut belakang Raymond yang mengangkat kepala, meregangkan tubuh. Lumayan juga pijatan singa betina.

"Kamu tidak sarapan?" tanya Raymond saat Regina ingin melangkah meninggalkan kichen.

"Mandi dulu, kamu duluan saja. Jangan lupa minumnya yang banyak," jawab gadis itu mengedipkan mata dengan senyum manis.

Hening, Raymond masih menatap ke arah punggung Regina. Gadis itu sebenarnya baik, sangat baik. Namun ..., Raymond belum tertarik untuk sebuah hubungan asmara. 

Hela napas, mister William menoleh menatap masakan Regina. Dia akan menunggu gadis itu untuk sarapan bersama.

.

.

To Be Continued

Terbit: -05/Februari-2k21

Komen (1)
goodnovel comment avatar
iiccaaa
pindah lapak ??? 🤭
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status