Share

Bab 2 : Pelindung.

Bandung, pukul 07.00 WIB.

Riski bangun dari tidurnya dan terkejut ketika melihat ia sudah ada di kamar miliknya. Padahal semalam dia kabur dari rumah dan kenapa dia bisa ada di kamar miliknya lagi? Pertanyaan memenuhi pikiran Riski. Adam masuk dan menutup kembali pintu kamar adiknya. Ia menghampiri sang Adik yang tengah duduk di atas kasur sambil mengigit kukunya.

"Riski, jika Ibu marah padamu jangan dimasukkan ke dalam hati ya," ucap Adam mengusap rambut adiknya.

Riski hanya diam dan masih tetap menggigit kukunya, tiba-tiba ayahnya masuk dan menarik pria itu keluar kamar.

"Ayah jangan kasar pada adikku!" teriak Adam sambil mengejar Riski yang ditarik ayahnya.

Ayahnya langsung mendorong Riski hingga terjatuh, lutut pria itu terluka. Riski memegang lututnya dan menunduk karena takut pada ayahnya, Ibu dari dua pria tampan itu datang dan menampar wajah Riski hingga menimbulkan memar.

"Beraninya kabur dari rumah! Kalau ada orang yang melihatmu bagaimana? Itu bisa merusak reputasi keluarga kita! Harusnya yang seperti kamu ini tetap di rumah!" bentak sang Ibu.

"Ibu cukup! Kasihan Riski! Ku mohon jangan siksa adikku lagi!" ucap Adam yang sudah muak dengan perilaku kedua orang tuanya pada Adik kesayangannya.

"Bawa Adam masuk ke dalam kamarnya. Kurung dia!" perintah sang Ayah.

Para pengawal Tuan Bima membawa Adam masuk ke dalam kamar dan mengunci pintu kamar. Ayah mereka membuka ikat pinggang dan mencambuk tubuh Riski dengan tali pinggang keras miliknya.

"Ayah sakit," ucap Riski yang menangis, karena dipukul oleh ayahnya.

"Ini hukuman untuk anak pembawa sial sepertimu!" bentak sang Ayah.

Baju Riski sudah dipenuhi darah, kedua orang tuanya masuk ke dalam kamar tanpa merasa iba pada anaknya. Riski terus menangis, karena kesakitan di ruang tamu. Asisten rumah tangga yang bekerja di rumahnya terkejut, melihat baju tuan-nya sudah dipenuhi darah.

"Astaga, Tuan Riski." ucap sang asisten menolongnya untuk berdiri.

Riski hanya bisa menangis terisak-isak sambil menggigit kuku tangan miliknya. Asisten rumah tangga itu pun membantu Riski masuk ke kamarnya dan mengobati luka yang ada di punggung anak majikan-nya.

'Tuan, kasihan sekali kamu,' batin Art.

"Bi, semalamkan aku kabur, tapi kenapa aku bisa kembali kerumah lagi?" tanyanya yang penasaran.

"Ah, Tuan Adam menjemput kamu di Minimarket karena jam yang Riski pakai berbunyi, makanya Tuan Adam mengetahui keberadaanmu," jelas wanita paruh baya yang bekerja di rumah keluarga Riski.

Flashback ~

"Hm, bagaimana mengabari keluarga pria tampan ini ya? Kasihan sekali kalau dia tidur disini.." gadis itu berpikir keras.

Ia kembali melihat memar yang ada di punggung Riski dan mengelus punggung tersebut, dengan lembut. Bukan modus, tapi ia hanya tidak tega melihat keadaan punggungnya yang di penuhi luka cambuk.

"Kamu pasti menderita," ucap gadis itu mengelus rambut Riski.

Gadis itu tidak sengaja melihat bibir tipis milik Riski dan mendekatkan wajahnya ke wajah Riski untuk mencium bibir tipis pria itu. Namun, terhenti dan gadis itu memukul kepalanya, lalu menjauh dari laki-laki yang tengah tertidur pulas.

"Kamu memang mesum! Jangan nodai pria polos ini..." ucapnya pada dirinya sendiri.

Lalu ia mengusap kembali rambut Riski dan ia melihat jam tangan yang ada di tangan kiri laki-laki tersebut.

"Ah, ini kan jam tangan canggih ya. Mungkin ini bisa menghubungi keluarganya," ucap gadis itu menekan tombol jam tangan, lalu terdengar suara pria yang membuat gadis itu sontak terkejut.

'Riski kamu dimana?' tanya Adam.

Gadis itu menarik tangan penjaga Minimarket dan menyuruh penjaga itu yang berbicara. Setelah selesai Adam langsung mematikan telepon-nya dan menjemput adik kesayangannya. Gadis yang tadi menyelamati Riski, memilih untuk bersembunyi di balik rak makanan dan melihat Riski yang sedang digendong oleh kakaknya.

Ia mendekati meja tempat Riski tertidur dan mengambil mainan robot kecil milik laki-laki tadi yang tertinggal di Minimarket.

"Dia meninggalkannya," ucap gadis itu dan keluar dari Minimarket sambil membawa robot milik pria itu.

**

"Berarti itu nyata. Soalnya semalam Riski melihat gadis cantik menyelamatkanku dari orang jahat," ucap Riski.

"Benarkah? Berarti Tuan sedang di lindungi oleh Tuhan," balas Bibi.

Riski tersenyum dan memainkan mainan-nya. Namun, ia merasa kehilangan robot kecil mainan kesayangannya. Ia mencari-cari robot tersebut tapi tetap tidak menemukannya. Riski hanya diam dan tidak ingin merepotkan orang banyak.

"Tuan jangan kabur lagi ya, Bibi tidak kuat melihat Tuan seperti ini," ucap Bibi.

Riski menghadap ke arah wanita paruh baya yang selalu mengobati lukanya, saat disiksa oleh kedua orang tua kandungnya. Ia menggenggam tangan wanita tersebut dan menghapus air mata yang membasahi wajah asisten rumah tangga yang sayang padanya.

"Riski janji tidak akan kabur lagi, tapi Bibi tidak boleh sedih ya, maafkan Riski." balas Riski sambil tersenyum.

Wanita paruh baya itu tersenyum dan mengusap rambut anak majikannya, lalu ia keluar kamar untuk kembali bekerja.

***

Tunangan Adam datang bersama adiknya ke rumah, keluarga Adam. Mereka tengah duduk bersama Adam dan kedua orang tuanya. Riski datang sambil menunduk dan duduk di sofa.

"Riski apa kabar?" ucap Indah yang berstatus tunangan Adam.

Ia adalah gadis yang baik, ia sangat menyayangi Riski. Bahkan dia sudah menganggap Riski sebagai Adik kandungnya, berbeda dengan Saskia adik dari gadis tersebut ia begitu membenci Riski.

"Baik kak," balas Riski.

Saskia berdiri dan pura-pura terjatuh, membuat kedua orang tua Riski kaget dan menuduh putranya yang sengaja mendorong Adik dari calon menantunya.

"Sakit Riski!" teriak Saskia.

"Aku tidak ngapa-ngapain kok," ucap Riski yang bingung.

"Sini kamu!" ucap Tuan Bima sambil menarik tangan putranya.

Indah dan Adam mengejar sang Ayah yang menarik tangan Riski, lalu menampar pria itu hingga terjatuh.

"Apa kamu tidak malu dengan calon Kakak ipar mu, ha!" bentak sang Ayah.

"Om, Riski benar-benar tidak mendorong adikku, Saskia jangan diam saja! Riski tidak pernah membuatmu terjatuh!" bentak Indah kepada adiknya.

"Kakak selalu membela Riski! Dia membuat kakiku luka Kak!" jawab Saskia dengan kesal.

"Sudah, jangan karena anak sialan ini kalian bertengkar," ucap Nyonya Putri.

Adam akan membantu Riski untuk berdiri. Namun, segera mungkin ayahnya menahan tangan putra pertamanya.

"Jangan menolong dia! Bawa tunanganmu pergi! Jika terlalu lama disini, anak ini akan membuat kita malu!" tegas sang Ayah.

"Tap--," ucapannya terpotong saat menatap ayahnya yang begitu marah.

Ia takut jika ayahnya semakin marah, akan berakibat fatal pada adiknya. Adam akan pergi membawa tunangan dan calon adik iparnya. Saskia hanya tertawa menatap Riski yang menderita.

Di luar rumah keluarga Bima.

"Kenapa ribut sekali, Bi Minah?" ucap seorang gadis.

Bibi segera masuk dan gadis itu akhirnya mengikuti ia dari belakang. Gadis itu terkejut melihat pria yang ia tolong semalam sedang terduduk dengan wajah memar.

"Kamu jahat Saskia! Aku tidak pernah membuatmu terluka!" teriak Riski.

Tuan Bima mendekati Riski dan akan menampar wajah anaknya kembali, tiba-tiba gadis yang bersama Bi Minah menggantikan posisi pria itu. Sehingga darah segar mengalir disudut bibirnya, Adam dan tunangannya terkejut bukan main. Bahkan Riski ikut terkejut dan langsung memeluk gadis itu sambil menangis.

"Ayah jahat! Kenapa Ayah memukul gadis baik ini! Riski benci Ayah!" ucapan pertama kebencian keluar dari mulut anak bungsu-nya.

Entah kenapa, hatinya begitu sakit melihat gadis yang menyelamatinya terluka akibat ulah ayahnya. Hati Tuan Bima seperti tertusuk duri saat mendengar ucapan anak bungsu-nya.

"Kamu sudah berani melawan, ha?! Kamu tau jika kamu tidak membuat Perawat mu mengundurkan diri, Ayah tidak akan berbuat kasar padamu! Sekarang kamu menyusahkan aku dan ibumu!" bentak Tuan Bima.

Bi Minah mendekati majikannya dan memberikan amplop coklat pada majikan. "Dia keponakan saya Tuan besar, namanya Cinta. Dia mau melamar menjadi perawat anak Tuan," ucap Bi Minah sambil menatap Riski yang masih memeluk keponakannya.

Ya, nama gadis yang menolong Riski semalam adalah Cinta. Anak yatim piatu yang harus mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Adam dan Indah menatap Cinta yang tampak menepuk pelan punggung Riski agar tenang, dan mendengar ucapan gadis itu. Membuat mereka percaya pada Cinta, bahwa ia bisa menjaga Adik mereka dengan baik.

"Jangan benci pada kedua orang tuamu. Minta maaf ya pada orang tuamu..." bisik Cinta yang menengangkan Riski. [.]

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Qeqe Sunarya
Kasian Riski huhuhu...
goodnovel comment avatar
Glow Peridote
duh kasihan riski, semoga ada yang mencintaimu dengan tulus nak
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status