Share

Bab 3 : Perawat Berhati Malaikat.

"Baiklah kamu boleh bekerja hari ini," ucap Tuan Bima.

Cinta menganggukkan kepalanya dan membantu Riski untuk berdiri. Tuan Bima mendekati Riski, namun pria itu malah langsung bersembunyi di belakang punggung, Cinta. Gadis itu menggenggam tangan Riski agar tidak takut dan akhirnya pria itu keluar dari persembunyian sambil menatap sang Ayah.

"Awas kalau sampai kamu membuat perawatmu tidak betah! Akan Ayah siksa kamu sampai mati!" bentak Tuan Bima.

Riski menunduk, karena takut dan langsung menggenggam tangan Cinta dengan kuat. Kedua orang tua Riski keluar dari rumah menuju kantor, sedangkan Adam dan Indah memilih menghampiri adiknya.

"Aku percaya padamu, untuk menjaga adikku," ucap Adam pada Cinta.

"Jaga dia dengan baik," sambung Indah mengusap rambut Riski.

"Saya akan menjaganya dengan baik Tuan, Nyonya," balas Cinta.

Mereka tersenyum manis ke arah Cinta, lalu keluar dari rumah menuju mobil yang terparkir di depan. Saskia menatap tajam ke arah Cinta yang sedang membalas tatapannya. Cinta tiba-tiba menggepal tangan kirinya dan menggerakkan mulutnya, seperti sedang berbicara, tapi tidak mengeluarkan suara sedikit pun ke arah Saskia. Cinta kesal kesal melihat drama yang di buat oleh Adik ipar majikannya itu.

Riski hanya diam dan menatap mulut Cinta yang sedari tadi bergerak, lalu ia menjepit mulut gadis itu dengan jepit jemuran. Cinta menatap tajam Riski dan membuka jepitan tersebut dari mulutnya.

"Tuan nanti bibirku bengkak loh, nanti aku gak cantik lagi," ucap Cinta yang mengacak pelan rambut Riski.

"Rambutku kusut Kak," balas Riski sambil memanyunkan bibirnya.

Cinta tersenyum dan membawa Tuannya masuk ke dalam kamar. Ia sangat terkejut saat melihat kamar Riski yang begitu besar, bahkan lebih besar dari rumah sewanya. Riski menarik tangan Cinta dan duduk di atas kasur miliknya, lalu ia menggigit kukunya sendiri.

"Tidak Tuan, tidak boleh gigit kuku. Banyak bakteri di kuku ini. Nanti Tuan sakit loh." ucap Cinta yang memegang tangan Riski.

"Saya tidak mau melihat Tuan menggigit kuku ya, kalau masih menggigit kuku, saya akan marah. Ingat ucapan saya." tegas Cinta menatap intens ke arah majikannya.

Riski mengangguk dan tersenyum, Cinta pun mengusap rambut majikannya dan mengeluarkan robot kecil mainan Riski yang sempat ia tinggalkan di Mini market.

"Ini 'kan punya Riski loh Kak, kenapa ada sama Kakak?" tanya Riski menatap Cinta dengan tatapan polos miliknya.

"Kemarin Tuan tinggalkan di Minimarket tempat kita bertemu," jawab Cinta.

Pria itu mengangguk dan memainkan mainan miliknya, Cinta menatap majikannya yang tengah tersenyum bahagia dan ikut bermain dengan Riski.

"Oh iya saya obati luka Tuan ya," ucap Cinta.

Riski mengangguk dan mengambilkan kotak P3K di dalam laci lemari-nya. Ia memberikan pada Cinta dan langsung membuka bajunya. Secara refleks ia membulatkan mata dengan sempurna, saat melihat otot perut Riski yang berbentuk kotak. Ia menelan ludahnya dengan susah payah dan menyentuh otot itu tanpa sadar.

'Buset menggoda bener, bisa mampus gue ini,' batin Cinta.

"Kak, geli." ujar Riski sambil tertawa geli, saat perutnya di sentuh oleh Cinta.

Cinta langsung sadar dan memalingkan wajahnya ke arah lain. Riski menatap Cinta dan membalikkan tubuhnya, untuk membelakangi gadis itu, agar mempermudah Cinta mengobatinya.

'Astaga sadar Cinta, jangan mesum ya Tuhan,' batin.

Gadis itu terkejut saat melihat punggung majikannya yang memiliki luka yang masih basah, bahkan dagingnya terlihat. Cinta mengobati luka tersebut dengan perlahan agar Riski tidak merasakan sakit. Riski memainkan mainan-nya dan sesekali menatap Cinta. Gadis itu selalu tersenyum, walau ia sangat sedih melihat Riski yang begitu menderita. Ia merasakan bagaimana penderitaan pria itu selama ini, walau ia baru mengenal majikannya.

"Istirahatlah Tuan, tapi jangan pakai bajumu ya. Agar punggung Tuan cepat pulih," jelas Cinta.

Riski mengangguk dan berbaring di kasur-nya sambil memegang tangan Cinta.

Karena kepribadiannya yang begitu lembut membuat Riski begitu nyaman saat berada di dekatnya.

"Berapa umur, Tuan?" tanya Cinta.

"23 tahun Kak," balas Riski sambil memejamkan matanya.

"Wah berarti Tuan lebih tua dariku 2 tahun," ujarnya sambil mengusap rambut Riski.

"Benarkah? Jadi, kamu panggil aku Kak Riski ya," sambung Riski sambil tersenyum.

"Hm baiklah tapi hanya saat kita berdua saja ya, kalau di dekat kedua orang tua dan Kakak Tuan, saya akan memanggil Kakak dengan sebutan Tuan," jelasnya sambil tersenyum.

Riski mengangguk dan memejamkan matanya, mencoba untuk tidur. Cinta setia menemani Riski yang sedang tertidur di kasur sambil memeluk tangannya.

***

Adam mengetuk pintu kamar adiknya dan masuk ke dalam kamar. Cinta langsung berdiri, dan membungkuk pada Adam yang berstatus sebagai Kakak kandung Riski.

"Sudah berapa lama dia tertidur?" tanya Adam yang duduk di atas kasur adiknya.

"Sekitar 1 jam yang lalu Tuan," balas Cinta yang menatap wajah majikannya yang sedang tertidur.

"Nyenyak sekali dia tidur. Baiklah, ini sudah jam 8 malam sebaiknya kamu pulang, dan besok jam 7 pagi datang lagi karena Riski biasanya bangun jam 7 pagi," jelas Adam yang menatap Cinta.

"Baiklah Tuan, saya pamit dulu," balas Cinta sambil mengambil tas dan keluar dari kamar majikannya.

Adam merapikan selimut Riski dan keluar dari kamar sang Adik. Tak lupa ia mematikan lampu kamar Riski, agar adiknya bisa tidur dengan nyenyak. Cinta berpamitan pada kedua orang tua Riski dan bibinya untuk pulang ke rumah.

***

Saat sudah tiba di rumah, gadis itu langsung rebahan di atas kasur dan menatap langit-langit atap kamar tidurnya.

"Huh, aku harus menjaga Tuan Riski dengan baik. Semoga ia bisa berprilaku sesuai dengan pria yang seumuran dengannya. Aku akan berusaha merubahnya agar tidak direndahkan oleh kedua orang tuanya dan orang lain," tekat Cinta yang begitu semangat.

Gadis itu memilih untuk tidur, karena sudah mengantuk. Besok ia harus kembali bekerja di rumah orang tua Riski, dan menjaga pria tampan itu. Sebelum tidur, ia malah senyum-senyum mengingat otot perut Riski yang berbentuk kotak. Ia memeluk bantal guling sambil mencium-nya.

"Aish tubuhnya sangat sexy. Membuat aku ingin menerkamnya..." ucapnya tanpa dasar.

"Ya Tuhan, Cinta bodoh jangan mesum," sambungnya memukul pelan kepalanya dan senyum-senyum sendiri.

Ia pun tertidur pulas di kasur sederhana miliknya, menambah tenaganya untuk merawat Riski si pria tampan bagaikan pangeran berkuda putih baginya.

***

Di rumah sewa.

Matahari sudah menyinari langit, jam pun sudah menunjukkan pukul 06.30 WIB. Cinta bersiap-siap untuk kembali bekerja, di perjalanan dia hanya tersenyum dan sangat ingin secepat mungkin bertemu dengan majikannya. Setelah sampai di tempat kerja, Cinta langsung masuk dan terkejut melihat Riski sudah ditendang oleh Ayah kandungnya sendiri. Cinta berlari dan menghentikan siksaan majikannya pada Riski yang sudah melemah.

"Kenapa Tuan menendangnya?" tanya Cinta yang memegang wajah Riski yang terluka parah.

"Anak sial ini selalu membuatku kesal!" bentak Tuan Bima.

Flashback ~

Riski bangun lebih awal, ia keluar kamar untuk mengambil minum di dapur, dan tanpa sengaja pria itu menjatuh'kan mangkuk yang baru dibeli oleh sang Ibu. Segera Riski membersihkan kepingan mangkuk yang pecah, agar tidak dimarahi oleh kedua orang tuanya. Namun, sudah terlambat, sang Ibu sudah melihat mangkuk-nya yang sudah pecah dan menarik rambut anak laki-lakinya dengan kuat.

"Sakit Bu!" ucap Riski yang menangis layaknya anak kecil yang kesakitan.

"Kamu tau sakit! Tapi kamu masih saja membuatku kesal! Jangan panggil aku Ibu! Aku tidak pernah mempunyai anak sepertimu!" bentak sang Ibu.

"Lepaskan Bu sakit," sambungnya sambil memeluk kaki ibunya.

Namun, sang Ibu melepaskan tangan Riski dan menginjak tangan anaknya tersebut. Membuat ia semakin kesakitan dan terus menangis. Saat mendengar suara tangisan dari arah dapur, Ayah Riski segera datang dan melihat istrinya sedang menginjak tangan anak bungsu-nya.

"Kenapa lagi anak tidak tau diri ini?! Apalagi yang dia lakukan, sampai kamu marah Bu?" tanya sang Ayah dengan nada suara yang tinggi.

"Dia memecahkan mangkuk yang baru saja ku beli sayang! Anak sialan ini bikin aku naik darah! Hidupku tidak tenang, karena anak sialan ini!" jawab sang Ibu.

Tuan Bima menghampiri Riski dan menarik tangan anaknya, lalu mendorong Riski hingga terjatuh. Ia menendang tubuh anaknya hingga di penuhi banyak memar, wajah tampan milik Riski sudah dipenuhi banyak luka, tangannya pun sudah membiru karena ulah sang Ibu. Sedangkan Adam ditugaskan semalam untuk ke luar kota mengurus cabang perusahaan nya.

***

"Maafkan, Tuan Riski. Dia tidak sengaja, Tuan, Nyonya." ucap Cinta yang meminta maaf pada majikannya.

"Urus anak sialan itu! Jika perlu kamu tinggal disini dan jaga dia 24 jam! Aku sudah muak melihat tingkahnya yang kekanakan itu! Menyusahkan saja." tegas Ibu Riski.

Cinta menganggukkan kepalanya dan melihat kepergian kedua orang tua Riski. Gadis itu menatap Riski yang masih menangis menahan rasa sakit karena di tendang sang Ayah. Cinta membantu Riski untuk berdiri, dan menuju kamar, lalu mengobati luka yang ada di wajah dan mengobati memar di tangan Tuan mudanya.

"Saya tau ini sakit, tapi Kakak harus kuat ya," ucap Cinta menenangkan Riski yang masih menangis.

Melihat Riski yang masih bersedih, Cinta langsung memeluk pria itu agar ia berhenti menangis. Ia memberikan kenyamanan untuk majikannya, saat berada dipelukkan perawatnya, ia ingin mengigit kukunya tangan. Namun, terhenti saat ia mengingat ucapan Cinta. Riski menahan kebiasaannya dan membalas pelukkan perawatnya.

"Ini sakit," balas Riski mengeratkan pelukkannya.

Gadis itu meneteskan air matanya, saat mendengar pengakuan Riski yang merasa kesakitan, akibat siksaan dan ikut mengeratkan pelukkan pada Tuan mudanya. Ia menahan suara tangisnya dan menepuk pelan punggung Riski.

"Bertahanlah Kak, aku akan selalu ada untuk Kakak. Tidak akan aku biarkan, ada orang yang menyakiti Kakak. Pokoknya Kakak harus kuat, aku akan melin Kakak..." ujar Cinta yang dadanya begitu sakit setelah melihat kejadian tadi.

Riski menganggukkan kepalanya, "iya kak, Riski akan jadi pria kuat..." balas Riski yang menangis dipelukan Cinta. [.]

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status