"Baiklah kamu boleh bekerja hari ini," ucap Tuan Bima.
Cinta menganggukkan kepalanya dan membantu Riski untuk berdiri. Tuan Bima mendekati Riski, namun pria itu malah langsung bersembunyi di belakang punggung, Cinta. Gadis itu menggenggam tangan Riski agar tidak takut dan akhirnya pria itu keluar dari persembunyian sambil menatap sang Ayah."Awas kalau sampai kamu membuat perawatmu tidak betah! Akan Ayah siksa kamu sampai mati!" bentak Tuan Bima.Riski menunduk, karena takut dan langsung menggenggam tangan Cinta dengan kuat. Kedua orang tua Riski keluar dari rumah menuju kantor, sedangkan Adam dan Indah memilih menghampiri adiknya."Aku percaya padamu, untuk menjaga adikku," ucap Adam pada Cinta."Jaga dia dengan baik," sambung Indah mengusap rambut Riski."Saya akan menjaganya dengan baik Tuan, Nyonya," balas Cinta.Mereka tersenyum manis ke arah Cinta, lalu keluar dari rumah menuju mobil yang terparkir di depan. Saskia menatap tajam ke arah Cinta yang sedang membalas tatapannya. Cinta tiba-tiba menggepal tangan kirinya dan menggerakkan mulutnya, seperti sedang berbicara, tapi tidak mengeluarkan suara sedikit pun ke arah Saskia. Cinta kesal kesal melihat drama yang di buat oleh Adik ipar majikannya itu.Riski hanya diam dan menatap mulut Cinta yang sedari tadi bergerak, lalu ia menjepit mulut gadis itu dengan jepit jemuran. Cinta menatap tajam Riski dan membuka jepitan tersebut dari mulutnya."Tuan nanti bibirku bengkak loh, nanti aku gak cantik lagi," ucap Cinta yang mengacak pelan rambut Riski."Rambutku kusut Kak," balas Riski sambil memanyunkan bibirnya.Cinta tersenyum dan membawa Tuannya masuk ke dalam kamar. Ia sangat terkejut saat melihat kamar Riski yang begitu besar, bahkan lebih besar dari rumah sewanya. Riski menarik tangan Cinta dan duduk di atas kasur miliknya, lalu ia menggigit kukunya sendiri."Tidak Tuan, tidak boleh gigit kuku. Banyak bakteri di kuku ini. Nanti Tuan sakit loh." ucap Cinta yang memegang tangan Riski."Saya tidak mau melihat Tuan menggigit kuku ya, kalau masih menggigit kuku, saya akan marah. Ingat ucapan saya." tegas Cinta menatap intens ke arah majikannya.Riski mengangguk dan tersenyum, Cinta pun mengusap rambut majikannya dan mengeluarkan robot kecil mainan Riski yang sempat ia tinggalkan di Mini market."Ini 'kan punya Riski loh Kak, kenapa ada sama Kakak?" tanya Riski menatap Cinta dengan tatapan polos miliknya."Kemarin Tuan tinggalkan di Minimarket tempat kita bertemu," jawab Cinta.Pria itu mengangguk dan memainkan mainan miliknya, Cinta menatap majikannya yang tengah tersenyum bahagia dan ikut bermain dengan Riski."Oh iya saya obati luka Tuan ya," ucap Cinta.Riski mengangguk dan mengambilkan kotak P3K di dalam laci lemari-nya. Ia memberikan pada Cinta dan langsung membuka bajunya. Secara refleks ia membulatkan mata dengan sempurna, saat melihat otot perut Riski yang berbentuk kotak. Ia menelan ludahnya dengan susah payah dan menyentuh otot itu tanpa sadar.'Buset menggoda bener, bisa mampus gue ini,' batin Cinta."Kak, geli." ujar Riski sambil tertawa geli, saat perutnya di sentuh oleh Cinta.Cinta langsung sadar dan memalingkan wajahnya ke arah lain. Riski menatap Cinta dan membalikkan tubuhnya, untuk membelakangi gadis itu, agar mempermudah Cinta mengobatinya.'Astaga sadar Cinta, jangan mesum ya Tuhan,' batin.Gadis itu terkejut saat melihat punggung majikannya yang memiliki luka yang masih basah, bahkan dagingnya terlihat. Cinta mengobati luka tersebut dengan perlahan agar Riski tidak merasakan sakit. Riski memainkan mainan-nya dan sesekali menatap Cinta. Gadis itu selalu tersenyum, walau ia sangat sedih melihat Riski yang begitu menderita. Ia merasakan bagaimana penderitaan pria itu selama ini, walau ia baru mengenal majikannya."Istirahatlah Tuan, tapi jangan pakai bajumu ya. Agar punggung Tuan cepat pulih," jelas Cinta.Riski mengangguk dan berbaring di kasur-nya sambil memegang tangan Cinta.Karena kepribadiannya yang begitu lembut membuat Riski begitu nyaman saat berada di dekatnya."Berapa umur, Tuan?" tanya Cinta."23 tahun Kak," balas Riski sambil memejamkan matanya."Wah berarti Tuan lebih tua dariku 2 tahun," ujarnya sambil mengusap rambut Riski."Benarkah? Jadi, kamu panggil aku Kak Riski ya," sambung Riski sambil tersenyum."Hm baiklah tapi hanya saat kita berdua saja ya, kalau di dekat kedua orang tua dan Kakak Tuan, saya akan memanggil Kakak dengan sebutan Tuan," jelasnya sambil tersenyum.Riski mengangguk dan memejamkan matanya, mencoba untuk tidur. Cinta setia menemani Riski yang sedang tertidur di kasur sambil memeluk tangannya.***Adam mengetuk pintu kamar adiknya dan masuk ke dalam kamar. Cinta langsung berdiri, dan membungkuk pada Adam yang berstatus sebagai Kakak kandung Riski."Sudah berapa lama dia tertidur?" tanya Adam yang duduk di atas kasur adiknya."Sekitar 1 jam yang lalu Tuan," balas Cinta yang menatap wajah majikannya yang sedang tertidur."Nyenyak sekali dia tidur. Baiklah, ini sudah jam 8 malam sebaiknya kamu pulang, dan besok jam 7 pagi datang lagi karena Riski biasanya bangun jam 7 pagi," jelas Adam yang menatap Cinta."Baiklah Tuan, saya pamit dulu," balas Cinta sambil mengambil tas dan keluar dari kamar majikannya.Adam merapikan selimut Riski dan keluar dari kamar sang Adik. Tak lupa ia mematikan lampu kamar Riski, agar adiknya bisa tidur dengan nyenyak. Cinta berpamitan pada kedua orang tua Riski dan bibinya untuk pulang ke rumah.***Saat sudah tiba di rumah, gadis itu langsung rebahan di atas kasur dan menatap langit-langit atap kamar tidurnya."Huh, aku harus menjaga Tuan Riski dengan baik. Semoga ia bisa berprilaku sesuai dengan pria yang seumuran dengannya. Aku akan berusaha merubahnya agar tidak direndahkan oleh kedua orang tuanya dan orang lain," tekat Cinta yang begitu semangat.Gadis itu memilih untuk tidur, karena sudah mengantuk. Besok ia harus kembali bekerja di rumah orang tua Riski, dan menjaga pria tampan itu. Sebelum tidur, ia malah senyum-senyum mengingat otot perut Riski yang berbentuk kotak. Ia memeluk bantal guling sambil mencium-nya."Aish tubuhnya sangat sexy. Membuat aku ingin menerkamnya..." ucapnya tanpa dasar."Ya Tuhan, Cinta bodoh jangan mesum," sambungnya memukul pelan kepalanya dan senyum-senyum sendiri.Ia pun tertidur pulas di kasur sederhana miliknya, menambah tenaganya untuk merawat Riski si pria tampan bagaikan pangeran berkuda putih baginya.***Di rumah sewa.Matahari sudah menyinari langit, jam pun sudah menunjukkan pukul 06.30 WIB. Cinta bersiap-siap untuk kembali bekerja, di perjalanan dia hanya tersenyum dan sangat ingin secepat mungkin bertemu dengan majikannya. Setelah sampai di tempat kerja, Cinta langsung masuk dan terkejut melihat Riski sudah ditendang oleh Ayah kandungnya sendiri. Cinta berlari dan menghentikan siksaan majikannya pada Riski yang sudah melemah."Kenapa Tuan menendangnya?" tanya Cinta yang memegang wajah Riski yang terluka parah."Anak sial ini selalu membuatku kesal!" bentak Tuan Bima.Flashback ~Riski bangun lebih awal, ia keluar kamar untuk mengambil minum di dapur, dan tanpa sengaja pria itu menjatuh'kan mangkuk yang baru dibeli oleh sang Ibu. Segera Riski membersihkan kepingan mangkuk yang pecah, agar tidak dimarahi oleh kedua orang tuanya. Namun, sudah terlambat, sang Ibu sudah melihat mangkuk-nya yang sudah pecah dan menarik rambut anak laki-lakinya dengan kuat."Sakit Bu!" ucap Riski yang menangis layaknya anak kecil yang kesakitan."Kamu tau sakit! Tapi kamu masih saja membuatku kesal! Jangan panggil aku Ibu! Aku tidak pernah mempunyai anak sepertimu!" bentak sang Ibu."Lepaskan Bu sakit," sambungnya sambil memeluk kaki ibunya.Namun, sang Ibu melepaskan tangan Riski dan menginjak tangan anaknya tersebut. Membuat ia semakin kesakitan dan terus menangis. Saat mendengar suara tangisan dari arah dapur, Ayah Riski segera datang dan melihat istrinya sedang menginjak tangan anak bungsu-nya."Kenapa lagi anak tidak tau diri ini?! Apalagi yang dia lakukan, sampai kamu marah Bu?" tanya sang Ayah dengan nada suara yang tinggi."Dia memecahkan mangkuk yang baru saja ku beli sayang! Anak sialan ini bikin aku naik darah! Hidupku tidak tenang, karena anak sialan ini!" jawab sang Ibu.Tuan Bima menghampiri Riski dan menarik tangan anaknya, lalu mendorong Riski hingga terjatuh. Ia menendang tubuh anaknya hingga di penuhi banyak memar, wajah tampan milik Riski sudah dipenuhi banyak luka, tangannya pun sudah membiru karena ulah sang Ibu. Sedangkan Adam ditugaskan semalam untuk ke luar kota mengurus cabang perusahaan nya.***"Maafkan, Tuan Riski. Dia tidak sengaja, Tuan, Nyonya." ucap Cinta yang meminta maaf pada majikannya."Urus anak sialan itu! Jika perlu kamu tinggal disini dan jaga dia 24 jam! Aku sudah muak melihat tingkahnya yang kekanakan itu! Menyusahkan saja." tegas Ibu Riski.Cinta menganggukkan kepalanya dan melihat kepergian kedua orang tua Riski. Gadis itu menatap Riski yang masih menangis menahan rasa sakit karena di tendang sang Ayah. Cinta membantu Riski untuk berdiri, dan menuju kamar, lalu mengobati luka yang ada di wajah dan mengobati memar di tangan Tuan mudanya."Saya tau ini sakit, tapi Kakak harus kuat ya," ucap Cinta menenangkan Riski yang masih menangis.Melihat Riski yang masih bersedih, Cinta langsung memeluk pria itu agar ia berhenti menangis. Ia memberikan kenyamanan untuk majikannya, saat berada dipelukkan perawatnya, ia ingin mengigit kukunya tangan. Namun, terhenti saat ia mengingat ucapan Cinta. Riski menahan kebiasaannya dan membalas pelukkan perawatnya."Ini sakit," balas Riski mengeratkan pelukkannya.Gadis itu meneteskan air matanya, saat mendengar pengakuan Riski yang merasa kesakitan, akibat siksaan dan ikut mengeratkan pelukkan pada Tuan mudanya. Ia menahan suara tangisnya dan menepuk pelan punggung Riski."Bertahanlah Kak, aku akan selalu ada untuk Kakak. Tidak akan aku biarkan, ada orang yang menyakiti Kakak. Pokoknya Kakak harus kuat, aku akan melin Kakak..." ujar Cinta yang dadanya begitu sakit setelah melihat kejadian tadi.Riski menganggukkan kepalanya, "iya kak, Riski akan jadi pria kuat..." balas Riski yang menangis dipelukan Cinta. [.]Saat sampai di dalam kamar, Cinta langsung membuka baju Riski dan mengobati memar yang ada di dada majikannya. Riski menggigit bahu Cinta, karena merasa perih saat diobati oleh perawatnya. Cinta sontak terkejut dan memilih tetap diam saat bahunya digigit oleh Riski. Ia tetap fokus mengobati memar di dada Riski, sambil menahan sakit di bahu karena gigitan sang Majikan.Riski tiba-tiba melepaskan gigitan tersebut dan mengelus bahu Cinta sambil menangis. Ia merasa bersalah telah melukai perawat yang melindunginya dari segala siksaan tadi."Sakit ya? Maaf," ucap Riski memeluk Cinta dengan erat."Tidak apa, jangan menangis," balas Cinta yang tiba-tiba membalas pelukkan majikannya dan menenangkan Riski yang tengah menangis.Pria tersebut melepas pelukkan dan menghapus air matanya, lalu ia membuka sedikit baju gadis itu untuk melihat keadaan bahu perawatnya. Terlihat bekas gigitan yang cukup dalam dan memerah di bahu Cinta. Ia mencoba untuk mengobati bekas gigitan itu, namun perawatnya malah
Setelah keluar dari rumah sakit, mereka pun langsung pulang ke rumah. Setelah menempuh 20 menit perjalanan, Adam memarkirkan mobil-nya di depan halaman rumah. Mereka masuk ke dalam rumah yang begitu mewah milik kedua orang tua 2 pria tampan itu."Cinta," panggil Adam."Iya Tuan? Ada yang bisa saya bantu?" tanya Cinta membalikkan badannya dan menatap Adam yang ada di belakangnya.Riski ikut membalikkan badan dan tetap setia memeluk tangan Perawat-nya. "Riski, bisakah Kakak pinjam perawatmu sebentar saja? Nanti Kakak kembalikan lagi padamu, hanya sebentar," ucap Adam menatap adiknya.Riski menatap Cinta dan saat melihat perawatnya mengangguk, ia langsung berjalan masuk ke dalam kamar. Adam membawa Cinta untuk ke teras rumah agar lebih nyaman berbicara di sana."Ada apa Tuan? Sepertinya ada hal penting yang ingin Tuan bicarakan..." tanya Cinta berdiri di belakang Adam."Apa kamu tulus merawat, Riski?" tanya Adam menatap serius ke arah Cinta."Saya tulus merawat Tuan Riski, karena dia mema
Cinta masih setia menemani Riski di belakang gedung acara tersebut. Pria itu mainkan kukunya, karena masih takut untuk masuk ke dalam gedung dengan keadaan wajah yang dipenuhi memar."Kak, coba tatap aku deh." ucap Cinta jongkok di depan Riski.Ia pun langsung menatap perawatnya dengan ekspresi sendu. Cinta mengambil tas makeup-nya dan mengeluarkan foundation miliknya. Ia melihat mainan yang sering ia mainkan saat masih berumur 5 tahun. Cinta memberikan mainan tersebut pada Riski dan menggenggam tangan majikannya."Simpan mainan ini, semoga Kakak suka dengan mainanku," sambung Cinta menatap Riski."Ini cuma bunga mainan sih, tapi aku yakin mainan ini bisa membuat Kakak tenang," sambungnya."Wah, mainan ini bagus sekali." jawab Riski yang melihat mainan tersebut."Kakak suka dengan mainan itu?" tanya Cinta.Riski merespon dengan senyuman manis dan mengusap mainan bunga tersebut. Cinta ikut tersenyum dan merapikan rambut Riski yang berantakan. "Kak Riski semakin lama, semakin tampan ya,"
Kamar Riski, pukul 21.00 WIB.Riski sudah tertidur pulas di atas kasur, setelah wajahnya diobati oleh perawatnya. Cinta menyelimuti Riski dan berjongkok di bawah kasur. Ia terus memperhatikan wajah pria lugu yang ada di hadapannya, terkadang ia tersenyum karena wajah lucu Riski ketika tidur."Padahal dia anak yang baik, lucu dan pintar. Tapi kenapa keluarganya selalu menyiksa pria baik ini ya. Ah ralat! Ibu dan ayahnya saja, karena kalau Tuan Adam, sangat menyayangi Tuan Riski." ungkap Cinta mengusap rambut Riski."Cepat pulih, dan tunjukkan pada semua orang kamu adalah pria normal yang membutuhkan kebahagian. Tentunya membutuhkan kasih sayang," sambungnya sambil tersenyum.Cinta tiba-tiba merasakan perih di bagian punggungnya. Ia langsung berdiri dan keluar dari kamar Riski. Cinta mematikan lampu kamar dan menutup pintu kamar Riski, setelah itu ia masuk ke dalam kamarnya sambil membawa kotak P3K, untuk mengobati luka yang ada di punggungnya. Gadis itu membuka baju kemeja-nya dan berdi
Gang sempit,Bayu dan Vendra berjalan mundur untuk menjauhi pria yang menendang punggung mereka. Namun, sudah terlambat, dua pria tampan dan seorang gadis menghadang jalan mereka sambil membawa kayu di tangan."Nah, hari ini kalian bakal mati dengan kami berempat," sambung pria yang menendang punggung Bayu dan Vendra.Riski memeluk lututnya, karena ketakutan. Tubuhnya pun mulai gemetar. Ia menggigit kuku tangannya dan berkeringat dingin, wajah sedikit pucat."Cinta, biar mereka kami yang urus," ucap pria yang ada di samping Cinta.Gadis itu mengangguk dan menatap tajam pada dua pria yang telah memukul majikan-nya. Ia langsung berlari menghampiri Riski dan memeluknya. Riski membalas pelukkan Cinta sambil menenggelamkan wajahnya di dada milik Cinta. Tubuhnya benar-benar gemetar, Cinta menggengam tangan Riski agar pria itu tenang."Kakak, tatap aku. Jangan pernah tatap kemana pun, fokus padaku saja. Mengerti?" ucap Cinta menggenggam tangan Riski.Pria yang menendang Bayu dan Vendra menata
Riski dan Cinta sudah berada di dalam kamar. Pria itu mengambil kotak P3K dan duduk di depan perawatnya, sambil menuangkan obat merah ke atas kapas yang ia pegang. Cinta hanya diam sambil menatap ke arah Riski, yang sedang menuangkan obat merah. Riski mulai mengobati bibir Cinta yang berdarah, akibat tamparan tadi dengan perlahan, agar gadis itu tidak merasa perih saat diobati."Sakit ya?" tanya Riski.Cinta hanya mengangguk dan memegang tangan majikannya, sambil menatap manik mata, Tuan mudanya. Riski membalas tatapan tersebut dan tersenyum manis pada Cinta."Kenapa?" tanya Riski."Tidak kenapa-napa Kak," balas Cinta dengan senyum tipisnya.Riski mengusap rambut Cinta dengan lembut membuat gadis itu menjadi gugup. Cinta mengambil kapas dan menuangkan obat merah, lalu mengobati kepala Riski, untuk mencoba menghilangkan rasa gugupnya."Kita saling mengobati ya," ujar Cinta sambil tersenyum."Cinta mau jadi kekasih Riski gak? Riski sudah lihat di internet, dan sekarang Rizki tahu artinya
Riski dan Cinta sudah berada di belakang gedung pernikahan. Riski mengobati bibir Cinta yang robek, karena tamparan ayahnya. Gadis itu memegang tangan Riski dan memuntahkan darah dari mulutnya. "Cinta baik-baik saja'kan? Tamparan Ayah sangat menyakitkan ya?" tanya Riski yang panik saat kekasihnya memuntahkan darah."Aku baik-baik saja, itu hanya darah bekas bibirku yang masih di ada dalam mulut," balas Cinta tersenyum.Riski menghela napas lega dan melanjutkan mengobati bibir Cinta. Ia hanya bisa diam dan menatap Riski dengan tatapan sendu, ia menganggam erat tangan kekasihnya sambil tersenyum kecil."Ada apa Cinta?" tanya Riski yang menatap Cinta dengan tatapan bingung."Tidak kenapa-napa, memangnya gak boleh pegang tangan kekasihku sendiri?" tanya Cinta sambil tersenyum tipis."Boleh. Pegang saja sepuasnya, hehe." balas Riski yang ikut tersenyum.Yogi yang sedari tadi melihat kedekatan mereka berdua sedikit kesal. Ia memilih untuk masuk menghadiri acara pernikahan Adam dan Indah.'S
Namun Saskia secepat mungkin menarik lengan Riski. Ia mengambil kotak P3K untuk mengobati luka di tangan Riski. Kedua orang tua pria itu begitu bahagia, melihat Saskia begitu perhatian pada anak bungsu mereka. Adam dan Indah juga ikut bahagia, saat melihat Saskia yang cekatan melihat tangan calon suaminya yang terluka. Padahal Saskia hanya berakting agar pernikahan dan rencana untuk menyiksa Riski berhasil.Taman belakang rumah, pukul 12.00 WIB.Riski dan keluarga duduk bersama di taman belakang rumah mereka. Semua keluarga tertawa bahagia, seperti tidak ada beban atau pun kesalahan. Riski hanya diam karena tidak nyaman di dekat keluarga. Ia merasa seperti orang asing dalam keluarganya sendiri, karena tidak terbiasa melihat orang tuanya tersenyum dan tertawa padanya."Eh, aku mau ke toilet dulu ya. Kebelet pipis, ehehehe." ucap Saskia yang berjalan masuk ke dalam rumah dengan alasan ke toilet. Namun, malah dia memutar arah dan menghampiri Cinta yang tengah bekerja membersihkan gudang.