Share

Bab 5 : Kekejaman manusia.

Setelah keluar dari rumah sakit, mereka pun langsung pulang ke rumah. Setelah menempuh 20 menit perjalanan, Adam memarkirkan mobil-nya di depan halaman rumah. Mereka masuk ke dalam rumah yang begitu mewah milik kedua orang tua 2 pria tampan itu.

"Cinta," panggil Adam.

"Iya Tuan? Ada yang bisa saya bantu?" tanya Cinta membalikkan badannya dan menatap Adam yang ada di belakangnya.

Riski ikut membalikkan badan dan tetap setia memeluk tangan Perawat-nya. "Riski, bisakah Kakak pinjam perawatmu sebentar saja? Nanti Kakak kembalikan lagi padamu, hanya sebentar," ucap Adam menatap adiknya.

Riski menatap Cinta dan saat melihat perawatnya mengangguk, ia langsung berjalan masuk ke dalam kamar. Adam membawa Cinta untuk ke teras rumah agar lebih nyaman berbicara di sana.

"Ada apa Tuan? Sepertinya ada hal penting yang ingin Tuan bicarakan..." tanya Cinta berdiri di belakang Adam.

"Apa kamu tulus merawat, Riski?" tanya Adam menatap serius ke arah Cinta.

"Saya tulus merawat Tuan Riski, karena dia memang butuh ketulusan untuk mencoba merubahnya menjadi pria dewasa," jawab Cinta dengan jujur.

Adam mengangguk dan memegang bahu Perawat sang Adik. "Maukah kamu berjanji untuk merubah Riski menjadi pria dewasa. Bagaimana pun caranya, lakukan lah asal tidak menyakiti tubuhnya," sambung Adam menatap sang Perawat.

"Saya akan berusaha sekuat tenaga untuk membantu Tuan Riski sembuh dari sindrom yang ia derita. Saya akan berusaha menjadikan Tuan Riski, seperti pria dewasa. Tapi butuh waktu lama, dan proses yang panjang. Karena tidak bisa langsung secara instan untuk menyembuhkan orang," jelas Cinta.

"Saya tau, akan membutuhkan banyak waktu untuk membuat Riski menjadi pria normal dan dewasa. Saya akan menunggu, dan saya percayakan padamu untuk menjaga Riski. Sayangi dia dan buat dia selalu tersenyum, saya sangat jarang bisa bersamanya, karena saya harus mengurus pekerjaan yang begitu banyak di kantor. Belum lagi pesta pernikahanku yang sebentar lagi akan diselenggarakan," balas Adam.

"Saya akan memegang kepercayaan dari, Tuan. Saya akan menjaga Tuan Riski dengan tulus, lakukan lah pekerjaan, Tuan. Jangan mencemaskan dia, karena dia akan aman di dekat saya," sambung Cinta meyakinkan Kakak laki-laki Riski.

Adam membalas dengan senyuman, ia berjalan menuju mobil yang terparkir di depan rumah, lalu masuk ke dalam mobil menuju rumah tunangannya. Cinta masuk ke dalam rumah dan menghampiri Riski yang sedang bermain di kamar. Gadis itu berjalan perlahan untuk menjahili Riski. Saat ia ingin membuat tuan-nya terkejut, tidak sengaja ia menginjak mobil mainan Riski. Sehingga.

Brukk!

Cinta terjatuh ke arah Riski, sehingga gadis itu menindih tubuh tuannya. Ia begitu terkejut melihat Riski yang ada di bawahnya, pria itu hanya menatap Cinta sambil tersenyum dan merapikan rambut perawatnya yang mengenai matanya.

"Cinta, kenapa kamu cantik sekali ha?"tanya Riski yang terpesona melihat aura kecantikan perawatnya.

Cinta langsung beranjak dari tubuh majikannya dan duduk di sofa kamar Riski. Sedangkan pria itu masih berbaring di lantai kamar miliknya.

"Apa sih Kak? Gak jelas banget. Muka aku biasa aja kali, gak ada cantik-cantiknya..." ungkap Cinta yang tidak sengaja meninggikan suaranya.

Riski hanya diam dan kedua matanya dipenuhi air mata, karena merasa sakit saat Cinta meninggikan suara padanya. Riski membalikkan tubuhnya dan memasukkan wajahnya ke dalam kolong tempat tidur miliknya.

"Kamu sama saja dengan yang lain! Terus memarahi Riski! Riski memang tidak seharusnya lahir ke dunia ini..." ucap Riski yang menangis.

"Cinta jahat!" sambung Riski.

Cinta merasa bersalah dan menghampiri majikannya yang masih terbaring di lantai kamar. Ia memegang punggung Riski dan membalikkan tubuh majikannya agar bisa melihat wajah Riski dengan jelas.

"Kak," sapa Cinta.

"Jangan sentuh Riski. Semua orang selalu membentak Riski, membully dan menyiksa Riski! Aku benci semua orang!" teriak Riski yang kembali membalikkan badannya.

***

Di dalam kamar kedua orang tua Riski, Ibu dan ayahnya sedang menutup kuping, karena mendengar teriak anak bungsu-nya.

"Heh! Ribut banget tuh anak sialan!" bentak ibunya.

"Tau nih ganggu aja, gak tau orang lagi kerja apa!" sambung sang Ayah yang berjalan menuju kamar anaknya.

Tap!

Tap!

Saat Cinta mendengar suara langkah kaki seseorang menuju kamar Riski. Ia secepat mungkin memeluk sambil menutup mulut Riski dan bersembunyi di samping kasur. Pintu pun terbuka dan tidak terlihat siapa pun di dalam kamar anaknya.

"Lah kok gak ada? Jadi tadi suara siapa?" tanya ibunya.

"Mungkin kita kelelahan dan berhalusinasi, ya sudah sayang kita lanjut kerja saja. Ayah masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan." balas Tuan Bima.

Mereka berdua pun menutup kembali pintu kamar anaknya. Riski melepas tangan perawatnya dan kembali menangis, karena masih merasa sedih saat dibentak oleh Cinta.

"Lah itu suaranya lagi!" Tuan Bima membuka kembali pintu kamar anaknya.

Karena Cinta tidak ingin melihat majikannya dikasari lagi oleh orang tuanya. Akhirnya ia mencium bibir Tuan mudanya agar suara tangisan tidak terdengar lagi oleh kedua orang tua Riski. Pria itu langsung terdiam dan memegang pinggang perawatnya sambil menatap ke arah gadis itu. Pintu pun kembali terbuka lebar.

"Lah gak ada, atau di kamar ini ada setannya?" tanya sang Ayah.

"Aish sayang jangan bicara gitu, kan aku jadi takut," balas istrinya.

"Kita pergi saja, tubuhku merinding ini," sambung Tuan Bima menarik istrinya menjauh dari kamar anak bungsunya.

Gadis itu lega saat pintu kamar sudah ditutup kembali, saat akan menjauhkan bibirnya dari bibir Riski. Pria itu malah menahannya dan melumat kecil bibir Cinta. Seketika gadis itu membulatkan matanya, karena begitu kaget dengan apa yang dilakukan, Tuan mudanya. Entah apa yang dipikirkannya sekarang ini, ia semakin menikmati lumatan Riski dan bahkan membalas lumatan tersebut.

Ting

Ting

Notifikasi pesan masuk dari ponsel Cinta, membuat gadis itu sadar dan mendorong pelan tubuh Riski agar tidak terjatuh.

"Maaf Tuan," ucapnya yang mulai canggung.

Ia mengambil ponsel-nya dan berlari dari kamar Riski. Pria itu hanya diam dan duduk di atas kasurnya, entah kenapa ia begitu menyukai bibir Perawat-nya.

"Bibir Cinta manis sekali seperti permen, lembut lagi," ucap Riski sambil memainkan mobil-mobilannya.

Cinta bersandar di luar kamar Riski dan memegang dadanya, sekarang jantungnya sedang berdetak sangat cepat. Gadis itu memukul kepalanya pelan, karena merasa bersalah dengan perbuatannya pada Riski.

"Kamu memang gadis bodoh! Kenapa kamu melakukan itu pada majikan mu! Jangan gila Cinta, kamu dan Riski jauh berbeda. Kamu hanya seorang pembantu dan biaya sehari-harimu bergantung pada keluarnya Riski, jangan pernah menyukai majikan mu sendiri," ujarnya menyalahkan dirinya sendiri.

Gadis itu menatap pintu kamar Riski dan berat rasanya saat ingin membuka kamar tersebut. Cinta memilih untuk tetap di luar dan menjaga majikannya di depan kamar. Namun, pria itu mulai bosan dan melempar mainan-nya, karena tidak ada yang menemaninya untuk bermain.

"Semua orang pergi! Riski bosan," ujar sambil menangis dan menggerakkan kakinya layaknya anak kecil.

Cinta yang mendengar suara teriakan Riski langsung masuk ke dalam kamar. Ia langsung saja menghampiri Riski dan memeluk pria tersebut agar tenang.

"Tenanglah Tuan," ucapnya sambil mengelus punggung Riski.

"Cinta kenapa lama sekali di luar, Riski bosan. Riski tidak suka sendirian..." balasnya yang menangis dipelukkan perawatnya.

"Sekarang'kan saya sudah ada di sini. Jadi, jangan menangis lagi ya," sambung Cinta.

"Panggil aku Kakak, katanya aku lebih tua dari Cinta. Jadi panggil aku dengan sebutan Kakak," tangis Riski semakin menjadi-jadi.

"Iya, Kak tenanglah," balas Cinta melepas pelukkannya dan menangkup wajah pria tampan itu.

"Nanti gantengnya hilang loh," sambung Cinta sambil tersenyum.

Riski pun diam dan naik ke atas kasur miliknya, lalu ia menarik tangan perawatnya agar ikut naik ke atas kasur. Cinta hanya mengikuti kemauan tuan-nya dan duduk di atas kasur.

"Mandi dulu baru tidur. Nanti badan kakak gatel-gatel loh..." ucap Cinta dengan lembut.

"Tapi tanganku masih perih," lirih Riski yang merengek, karena tidak mau mandi.

"Kalau gak mandi bau dong. Kakak harus mandi biar tidurnya nyenyak," sambung Cinta.

"Tidak mau," jawab Riski memajukan bibirnya.

"Ya sudah, aku bersihkan saja tubuh Kakak, biar bersih." balasnya yang memegang tangan Riski dan mereka masuk ke dalam kamar mandi.

Ia mengambil ember kecil dan handuk putih lalu mengisi air ke dalam ember tersebut. Ia langsung membuka baju Riski secara perlahan dan mulai mengelap tubuh kekar pria itu dengan lembut, karena memar yang ada di tubuh majikannya belum sepenuhnya boleh disentuh. Sedangkan pria itu hanya diam dan bermain air sambil tertawa.

***

Disisi lain,

Kedua orang tua Riski dan Adam mendapatkan panggilan penting dari sahabat mereka. 'Besok kita ada acara'kan, jadi semua anak kita harus datang loh. Bawa anak bungsu-mu aku sudah lama tidak bertemu dengannya,' ucap sahabat Ayah Riski dan Adam.

'Iya benar, pasti dia sudah dewasa sekarang. Aku benar-benar rindu dengan anak kalian. Bawa dia ya.' sambung wanita paruh baya yang berstatus istri sahabat kedua orang tua 2 pria tampan itu.

Kedua orang tua Riski hanya tersenyum kecil, karena di telepon oleh rekan kerja plus sahabat mereka. Ya sudah lama sekali mereka tidak berjumpa. Sahabatnya beserta istri sangat menyayangi Riski. Namun, kedua orang tuanya tidak ingin mengajak anaknya ke acara besar tersebut. Karena menurutnya banyak orang penting yang akan hadir ke acara itu, mereka akan malu jika membawa anak bungsu yang memiliki kelainan itu.

"Maaf dia tidak bisa datang," balas Ayah Riski.

'Tapi, kalau dia tidak datang, kalian tidak bisa masuk.' balas sahabat Ayahnya yang bernama Iqbal.

"Aish baiklah kami akan membawa dia," sambung Tuan Bima.

Lalu ia mematikan teleponnya dan mengepal tangannya. "Jangan sampai besok anak itu mempermalukan kita," ujar Tuan Bima yang mengepal tangannya sangat kuat.

***

Gedung Merpati, 09.00 WIB.

Riski dan keluarganya telah sampai di gedung tempat acara akan dimulai. Cinta ikut dan turun dari dalam mobil saat melihat keluarga majikannya sudah ada di luar.

"Kamu tunggu disini saja, pembantu tidak boleh masuk," ucap Ibu Riski dan Adam pada Cinta.

"Baik Nyonya," balas Cinta melepas tangan Riski yang sedang menggenggam tangannya.

"Riski mau masuk bersama Cinta," teriaknya.

Tuan Bima menarik tangan anak bungsu-nya ke dalam gedung dan saat sudah di dalam, ia berpura-pura layaknya seorang Ayah yang menyayangi anaknya. Cinta hanya bisa diam dan menunggu Riski di depan gedung.

'Semoga Tuan baik-baik saja...' batinnya.

Adam, Indah, dan Saskia menghampiri Riski yang bersama kedua orang tuanya. Tuan Iqbal dan istrinya pun ikut menghampiri pria itu.

"Apa kabar Riski? Lama tidak bertemu," sapa istri sahabat ayahnya.

"B--baik," balas Riski dengan gugup.

"Kamu semakin tampan saja, nak." sambung Ana Istri dari Iqbal.

Ada pria berkulit putih membungkuk hormat pada keluarga Bima. Ia adalah Yogi anak pertama dari keluarga Iqbal. Ia menghampiri Riski dan merangkul pria tersebut sambil tersenyum.

"Kamu sudah dewasa ternyata," ucap Yogi.

Riski hanya terdiam dan mulai gelisah saat melihat Saskia sedang tersenyum licik padanya. Tuan Bima melihat anaknya yang mulai aneh, langsung mencubit pinggang pria itu.

"Argh," rintihnya.

"Kenapa, Ki?" tanya Adam yang khawatir pada adiknya.

"Wah, pasti perutnya lagi sakit. Ayo aku antar ke toilet," sambung Saskia menarik kuat tangan Riski.

Riski mencoba menolak, namun tangan gadis itu sangat kuat memegang tangannya. Riski ditarik seperti binatang ke belakang gedung acara tersebut. Saat sampai di belakang Saskia melayangkan tamparannya ke wajah Riski.

Plak!

"Dasar kamu anak alien! Membuatku selalu muak melihat wajahmumu!" bentak Saskia.

"K--kamu kenapa membentak ku? Apa salah Riski?" tanya Riski yang memegang pipinya yang merah karena tamparan Saskia.

Saskia kembali menampar pipi Riski, hingga pria itu tersungkur ke tanah. Ia tersenyum licik dan menambah satu tamparan lagi ke wajah pria tampan itu.

Plak!

"Kamu j--jahat," teriak Riski yang menangis.

"Hah! Jahat?! Ini yang lebih jahat," balasnya.

Keluarlah dua pria tampan berbadan kekar dan menendang tubuh Riski hingga baju yang dikenakannya sudah penuh debu.

"Aish dasar orang stres!" ungkap Bayu yang menendang tubuh Riski.

"Haha alien bodoh, dih ada kelainan. Jijik sekali gue ngeliat dia!" sambung Vendra sambil tertawa.

Riski hanya bisa menangis dan wajahnya sudah dipenuhi banyak memar. Cinta terkejut saat mendengar suara tangisan majikannya terdengar dari arah belakang gedung. Gadis itu segera berlari dan menghampiri tuannya.

"Woi setan! Berani lo ye! Mau mati lo di tangan gue!" teriak Cinta yang berlari menghampiri Riski yang tengah di bully.

Dua pria itu terkejut saat melihat Cinta, mereka langsung kabur dan Saskia hanya mengikuti dua pria tampan itu.

"Rese banget dah! Dari dulu kagak pernah berubah tuh setan berdua!" ungkap Cinta yang begitu kesal.

Gadis itu langsung menghampiri Riski dan membantunya untuk duduk di kursi samping mereka. Ia membuka jas Riski dan berjongkok untuk membersihkan wajah pria itu dari debu dengan sebuah tisu. Setelah wajahnya bersih, Cinta membersihkan tangan majikan-nya dan pria itu hanya diam menatap ke arah perawatnya.

"Aku takut. Mereka jahat, padahal Riski tidak mengganggu mereka, Cinta." ucap Riski yang tampak ketakutan.

Saat mendengar perkataan Riski yang tengah ketakutan, gadis itu berdiri dan memeluk tuan-nya sangat erat. "Jangan takut, ada aku yang akan melindungi, Tuan. Mereka tidak akan berani menyentuh, Tuan. Percayalah padaku, Tuan akan aman berada di sampingku..." [.]

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status