Gang sempit,Bayu dan Vendra berjalan mundur untuk menjauhi pria yang menendang punggung mereka. Namun, sudah terlambat, dua pria tampan dan seorang gadis menghadang jalan mereka sambil membawa kayu di tangan."Nah, hari ini kalian bakal mati dengan kami berempat," sambung pria yang menendang punggung Bayu dan Vendra.Riski memeluk lututnya, karena ketakutan. Tubuhnya pun mulai gemetar. Ia menggigit kuku tangannya dan berkeringat dingin, wajah sedikit pucat."Cinta, biar mereka kami yang urus," ucap pria yang ada di samping Cinta.Gadis itu mengangguk dan menatap tajam pada dua pria yang telah memukul majikan-nya. Ia langsung berlari menghampiri Riski dan memeluknya. Riski membalas pelukkan Cinta sambil menenggelamkan wajahnya di dada milik Cinta. Tubuhnya benar-benar gemetar, Cinta menggengam tangan Riski agar pria itu tenang."Kakak, tatap aku. Jangan pernah tatap kemana pun, fokus padaku saja. Mengerti?" ucap Cinta menggenggam tangan Riski.Pria yang menendang Bayu dan Vendra menata
Riski dan Cinta sudah berada di dalam kamar. Pria itu mengambil kotak P3K dan duduk di depan perawatnya, sambil menuangkan obat merah ke atas kapas yang ia pegang. Cinta hanya diam sambil menatap ke arah Riski, yang sedang menuangkan obat merah. Riski mulai mengobati bibir Cinta yang berdarah, akibat tamparan tadi dengan perlahan, agar gadis itu tidak merasa perih saat diobati."Sakit ya?" tanya Riski.Cinta hanya mengangguk dan memegang tangan majikannya, sambil menatap manik mata, Tuan mudanya. Riski membalas tatapan tersebut dan tersenyum manis pada Cinta."Kenapa?" tanya Riski."Tidak kenapa-napa Kak," balas Cinta dengan senyum tipisnya.Riski mengusap rambut Cinta dengan lembut membuat gadis itu menjadi gugup. Cinta mengambil kapas dan menuangkan obat merah, lalu mengobati kepala Riski, untuk mencoba menghilangkan rasa gugupnya."Kita saling mengobati ya," ujar Cinta sambil tersenyum."Cinta mau jadi kekasih Riski gak? Riski sudah lihat di internet, dan sekarang Rizki tahu artinya
Riski dan Cinta sudah berada di belakang gedung pernikahan. Riski mengobati bibir Cinta yang robek, karena tamparan ayahnya. Gadis itu memegang tangan Riski dan memuntahkan darah dari mulutnya. "Cinta baik-baik saja'kan? Tamparan Ayah sangat menyakitkan ya?" tanya Riski yang panik saat kekasihnya memuntahkan darah."Aku baik-baik saja, itu hanya darah bekas bibirku yang masih di ada dalam mulut," balas Cinta tersenyum.Riski menghela napas lega dan melanjutkan mengobati bibir Cinta. Ia hanya bisa diam dan menatap Riski dengan tatapan sendu, ia menganggam erat tangan kekasihnya sambil tersenyum kecil."Ada apa Cinta?" tanya Riski yang menatap Cinta dengan tatapan bingung."Tidak kenapa-napa, memangnya gak boleh pegang tangan kekasihku sendiri?" tanya Cinta sambil tersenyum tipis."Boleh. Pegang saja sepuasnya, hehe." balas Riski yang ikut tersenyum.Yogi yang sedari tadi melihat kedekatan mereka berdua sedikit kesal. Ia memilih untuk masuk menghadiri acara pernikahan Adam dan Indah.'S
Namun Saskia secepat mungkin menarik lengan Riski. Ia mengambil kotak P3K untuk mengobati luka di tangan Riski. Kedua orang tua pria itu begitu bahagia, melihat Saskia begitu perhatian pada anak bungsu mereka. Adam dan Indah juga ikut bahagia, saat melihat Saskia yang cekatan melihat tangan calon suaminya yang terluka. Padahal Saskia hanya berakting agar pernikahan dan rencana untuk menyiksa Riski berhasil.Taman belakang rumah, pukul 12.00 WIB.Riski dan keluarga duduk bersama di taman belakang rumah mereka. Semua keluarga tertawa bahagia, seperti tidak ada beban atau pun kesalahan. Riski hanya diam karena tidak nyaman di dekat keluarga. Ia merasa seperti orang asing dalam keluarganya sendiri, karena tidak terbiasa melihat orang tuanya tersenyum dan tertawa padanya."Eh, aku mau ke toilet dulu ya. Kebelet pipis, ehehehe." ucap Saskia yang berjalan masuk ke dalam rumah dengan alasan ke toilet. Namun, malah dia memutar arah dan menghampiri Cinta yang tengah bekerja membersihkan gudang.
Cinta berjalan masuk ke dalam rumah secara perlahan, karena perutnya terasa sakit akibat pukulan Saskia tadi. Ia berjalan ke arah kamar Riski dan masuk ke dalam kamar Tuan mudanya. Cinta duduk di tepi kasur sambil membenarkan selimut Riski yang hampir terjatuh ke lantai."Bagaimana pun, aku akan melindungi mu, Riski. Walaupun nyawaku taruhannya..." ujar Cinta sambil mengecup lembut kening pria yang tengah tertidur pulas.Ia keluar dari kamar Riski dan masuk ke dalam kamarnya, untuk mengobati memar yang ada di wajahnya. Cinta mengatur napasnya, karena kesulitan untuk bernapas. Cinta memijat kakinya yang sakit, karena ditendang oleh Bayu, setelah itu dia mengobati memar yang ada di wajah dan tubuhnya."Bagaimana cara menyembunyikan memar di wajah ini, kalau di dekat badan bisa ditutupi dengan baju. Kalau wajah gimana caranya? Perlukah aku pakai make up setebal tembok China? Ya gak mungkin lah," ucap Cinta sambil menatap wajahnya dikaca.Ceklek!Suara pintu terbuka membuat Cinta kaget, te
Setelah cukup jauh dari kediaman Tuan Bima, Cinta menghentikan langkahnya. Riski membalikkan badannya dan menatap kekasihnya dengan tatapan polos. Cinta memanyunkan bibirnya dan membelakangi Riski, karena kesal."Kakak kenapa seperti tadi, membentak keluarga sendiri? Mereka kedua orang tua kakak loh," tanya Cinta."Aku tidak ingin Cinta disakiti oleh mereka. Riski juga tidak mau menikah dengan gadis jahat itu, bisa mati Riski jika bersama Saskia. Riski hanya mau menikahi cinta seorang." jawab Riski."Kakak harus tau, tidak baik berbicara kasar atau membentak orang lebih tua dari Kakak. Bisa-bisa mereka membenci Kakak loh, jadi jangan pernah membentak atau berbicara kasar pada orang-orang yang Kakak temui, paham? Terutama pada kedua orang tua kakak dan saudara kakak." Jelas Cinta memberikan pelajaran pada Riski, harus berkata sopan pada siapapun agar disukai oleh orang lain.Riski mengangguk dan memeluk erat kekasihnya, tentunya Cinta membalas pelukkan kekasihnya dan mengusap surai Risk
Kenzo kagetnya bukan main, pria itu bertepuk tangan sambil tertawa bahagia. James dan Alex yang sedari tadi bersembunyi akhirnya keluar dari persembunyian mereka."Lah, kalian di sini juga?" tanya Cinta kebingungan melihat kedua sahabatnya ternyata berada di rumah, Kenzo."Nah dari dulu kek ngakunya," ujar James yang duduk di sofa sebelah Kenzo."Tau nih kabar bahagia disembunyikan, sahabat macam apa itu," sambung Alex yang duduk di sebelah Riski."Aish kalian tidak pernah berubah." Balas Cinta sambil menggeleng.Riski hanya tersenyum dan melihat ketiga pria yang ada di dekatnya sekarang. James menatap ke arah tas milik Riski dan terkejut saat melihat isi tas yang dipenuhi uang."Kalian bisa dirampok kalau bawa uang sebanyak ini. Ya ampun, ini uang banyak banget lagi. Bahaya mah ini," ucap James."Kakak mau berinvestasi?" tanya Alex menatap Riski yang sedari tadi tersenyum."Iya, dari dulu aku ingin sekali berinvestasi. Tapi orang-orang menolaknya, karena Riski berbeda dari yang lain.
Bandung, di kediaman Kenzo.Jam sudah menujukkan pukul 6 pagi, Kenzo berjalan menuju kamar Cinta untuk membangunkan sahabatnya. Saat Kenzo mengetuk pintu kamar, tiba-tiba pintu-nya terbuka sendiri."Eh, njirr kok ke buka sendiri? Rumah gue ada hantu'kah? Eh, wah gue jadi merinding," ujar Kenzo yang memegang tengkuknya.Kenzo membuka pintu dan masuk ke dalam kamar Cinta. Ia membulatkan mata dengan sempurna, bahkan mematung saat melihat Riski dan Cinta tidur dalam posisi saling berpelukkan."Oh my eyes, shit!" teriak Kenzo sambil menutup matanya dan sesekali mengintip.Cinta dan Riski terbangun, karena mendengar teriakan Kenzo, mereka menatap ke arah laki-laki tampan yang berdiri di depan pintu kamar. Alex dan James datang, mereka terkejut melihat Riski tidur satu kamar dengan Cinta."Keluar Kenzo, kamu mengganggu saja," ujar Alex tersenyum sambil mengedipkan mata pada Riski dan menarik Kenzo keluar kamar."Maaf menganggu, lanjutkan saja kegiatan kalian, ehem," sambung James tersenyum na