Satu minggu kemudian.Semua persiapan sudah Hampir semua selesai. Kesempatan bagi Riski, Cinta dan kawan-kawan berlibur ke puncak, Bogor. Mereka tengah asik mempersiapkan keperluan untuk selama 3 hari disana."Celana dalam udah, hand body udah, parfum udah, skincare udah, ini udah, itu udah, oke udah semua." Gumam Alex."Eh buruan tai, lama banget jadi cowok. Ngapain lo di dalem kamar, cukur bulu!" teriak Kenzo yang sudah sedari tadi menunggu Alex.James dan Cinta hanya diam sambil menunggu sahabatnya. Entah kenapa perasaan Cinta tentang kepergiannya untuk berlibur tidak enak. Ingin menolak, tapi dia tidak ingin melihat sahabatnya kecewa. Apalagi ini kesempatan mereka untuk bersama, karena setelah menikah tentunya dia dan Riski fokus ke rumah tangga mereka yang telah mereka bangun."Sabar ngapa?" ketus Alex."Buju buset, setan salto sampe planet pluto. Lo mau liburan atau pindah rumah, banyak banget bawaan lo. Mabok alkohol lo?" tegas Kenzo yang bingung melihat barang bawaan Alex."Jel
Dua tahun kemudian.Riski tengah berada di ruang kerjanya, sambil menanda tangani dokumen yang dibawa oleh sekretarisnya. Terpasang di jari manisnya, sebuah cincin pernikahan. "Siang, Tuan." sapa sekretaris cantik yang bekerja dengan Riski."Iya, ada apa?" tanya Riski dengan ramah."Ada beberapa dokumen lagi, yang harus Tuan tanda tangani..." sambungnya.Riski menganggukkan kepalanya dan sekretaris itu pun meletakkan dokumen yang ia bawa di meja kerja Riski. Ia dengan sengaja memegang tangan Riski dengan lembut."Apa maksudmu?" tanya Riski yang langsung menatap datar sekretarisnya.Sekretaris itu pun malah mengelus punggung tangan atasannya. Riski mulai kesal dan menepis tangan sekretarisnya dengan kasar."Jangan sentuh tanganku! Ingat aku sudah menikah! Kau pikir aku akan tertarik denganmu ha!" tegas Riski.Sekretarisnya pun langsung tertunduk saat mendengar bentakan dari atasannya. "Maaf, Tuan." ucapnya dengan gugup."Pergi dari ruanganku sekarang!" perintah Riski dengan nada yang c
Di sebuah rumah megah yang ada di Kota Bandung.Ada seorang laki-laki tampan sedang asik memainkan mainan baru yang baru dibeli oleh sang Kakak. Ia sangat bahagia, saat bisa bermain bersama kakaknya. Namun, saat tengah asik bermain tiba-tiba sang Kakak menerima telepon penting dari klien bisnis. Sesegera mungkin sang Kakak langsung meninggalkan adiknya di rumah seorang diri, karena asisten rumah tangga sedang pergi ke pasar membeli keperluan rumah mereka. Sang adik sedari kecil sudah memiliki sindrom peter pan. Adiknya sudah berumur 23 tahun, namun sikapnya masih seperti anak yang baru berusia 5 tahun.Kedua orang tuanya bahkan kakaknya sudah mencari seseorang untuk merawat pria tampan ini. Namun, setiap sudah menemukan orang yang mau merawatnya, mereka tidak bisa bertahan selama sebulan. Ada saja yang dilakukan pria tersebut agar orang-orang yang merawatnya menjadi takut dan membuat mereka tidak betah untuk merawat pria tampan tersebut.***Malam hari pun tiba, semua orang sudah pulan
Bandung, pukul 07.00 WIB.Riski bangun dari tidurnya dan terkejut ketika melihat ia sudah ada di kamar miliknya. Padahal semalam dia kabur dari rumah dan kenapa dia bisa ada di kamar miliknya lagi? Pertanyaan memenuhi pikiran Riski. Adam masuk dan menutup kembali pintu kamar adiknya. Ia menghampiri sang Adik yang tengah duduk di atas kasur sambil mengigit kukunya."Riski, jika Ibu marah padamu jangan dimasukkan ke dalam hati ya," ucap Adam mengusap rambut adiknya.Riski hanya diam dan masih tetap menggigit kukunya, tiba-tiba ayahnya masuk dan menarik pria itu keluar kamar. "Ayah jangan kasar pada adikku!" teriak Adam sambil mengejar Riski yang ditarik ayahnya.Ayahnya langsung mendorong Riski hingga terjatuh, lutut pria itu terluka. Riski memegang lututnya dan menunduk karena takut pada ayahnya, Ibu dari dua pria tampan itu datang dan menampar wajah Riski hingga menimbulkan memar."Beraninya kabur dari rumah! Kalau ada orang yang melihatmu bagaimana? Itu bisa merusak reputasi keluarga
"Baiklah kamu boleh bekerja hari ini," ucap Tuan Bima.Cinta menganggukkan kepalanya dan membantu Riski untuk berdiri. Tuan Bima mendekati Riski, namun pria itu malah langsung bersembunyi di belakang punggung, Cinta. Gadis itu menggenggam tangan Riski agar tidak takut dan akhirnya pria itu keluar dari persembunyian sambil menatap sang Ayah."Awas kalau sampai kamu membuat perawatmu tidak betah! Akan Ayah siksa kamu sampai mati!" bentak Tuan Bima.Riski menunduk, karena takut dan langsung menggenggam tangan Cinta dengan kuat. Kedua orang tua Riski keluar dari rumah menuju kantor, sedangkan Adam dan Indah memilih menghampiri adiknya."Aku percaya padamu, untuk menjaga adikku," ucap Adam pada Cinta."Jaga dia dengan baik," sambung Indah mengusap rambut Riski."Saya akan menjaganya dengan baik Tuan, Nyonya," balas Cinta.Mereka tersenyum manis ke arah Cinta, lalu keluar dari rumah menuju mobil yang terparkir di depan. Saskia menatap tajam ke arah Cinta yang sedang membalas tatapannya. Cint
Saat sampai di dalam kamar, Cinta langsung membuka baju Riski dan mengobati memar yang ada di dada majikannya. Riski menggigit bahu Cinta, karena merasa perih saat diobati oleh perawatnya. Cinta sontak terkejut dan memilih tetap diam saat bahunya digigit oleh Riski. Ia tetap fokus mengobati memar di dada Riski, sambil menahan sakit di bahu karena gigitan sang Majikan.Riski tiba-tiba melepaskan gigitan tersebut dan mengelus bahu Cinta sambil menangis. Ia merasa bersalah telah melukai perawat yang melindunginya dari segala siksaan tadi."Sakit ya? Maaf," ucap Riski memeluk Cinta dengan erat."Tidak apa, jangan menangis," balas Cinta yang tiba-tiba membalas pelukkan majikannya dan menenangkan Riski yang tengah menangis.Pria tersebut melepas pelukkan dan menghapus air matanya, lalu ia membuka sedikit baju gadis itu untuk melihat keadaan bahu perawatnya. Terlihat bekas gigitan yang cukup dalam dan memerah di bahu Cinta. Ia mencoba untuk mengobati bekas gigitan itu, namun perawatnya malah
Setelah keluar dari rumah sakit, mereka pun langsung pulang ke rumah. Setelah menempuh 20 menit perjalanan, Adam memarkirkan mobil-nya di depan halaman rumah. Mereka masuk ke dalam rumah yang begitu mewah milik kedua orang tua 2 pria tampan itu."Cinta," panggil Adam."Iya Tuan? Ada yang bisa saya bantu?" tanya Cinta membalikkan badannya dan menatap Adam yang ada di belakangnya.Riski ikut membalikkan badan dan tetap setia memeluk tangan Perawat-nya. "Riski, bisakah Kakak pinjam perawatmu sebentar saja? Nanti Kakak kembalikan lagi padamu, hanya sebentar," ucap Adam menatap adiknya.Riski menatap Cinta dan saat melihat perawatnya mengangguk, ia langsung berjalan masuk ke dalam kamar. Adam membawa Cinta untuk ke teras rumah agar lebih nyaman berbicara di sana."Ada apa Tuan? Sepertinya ada hal penting yang ingin Tuan bicarakan..." tanya Cinta berdiri di belakang Adam."Apa kamu tulus merawat, Riski?" tanya Adam menatap serius ke arah Cinta."Saya tulus merawat Tuan Riski, karena dia mema
Cinta masih setia menemani Riski di belakang gedung acara tersebut. Pria itu mainkan kukunya, karena masih takut untuk masuk ke dalam gedung dengan keadaan wajah yang dipenuhi memar."Kak, coba tatap aku deh." ucap Cinta jongkok di depan Riski.Ia pun langsung menatap perawatnya dengan ekspresi sendu. Cinta mengambil tas makeup-nya dan mengeluarkan foundation miliknya. Ia melihat mainan yang sering ia mainkan saat masih berumur 5 tahun. Cinta memberikan mainan tersebut pada Riski dan menggenggam tangan majikannya."Simpan mainan ini, semoga Kakak suka dengan mainanku," sambung Cinta menatap Riski."Ini cuma bunga mainan sih, tapi aku yakin mainan ini bisa membuat Kakak tenang," sambungnya."Wah, mainan ini bagus sekali." jawab Riski yang melihat mainan tersebut."Kakak suka dengan mainan itu?" tanya Cinta.Riski merespon dengan senyuman manis dan mengusap mainan bunga tersebut. Cinta ikut tersenyum dan merapikan rambut Riski yang berantakan. "Kak Riski semakin lama, semakin tampan ya,"