Dara mengernyitkan dahi ketika mobil Dewa berbelok ke arah rumah. Tadinya, dia berpikir kalau mereka akan menjemput anak-anak setelah acara akad nikah Riri.
"Kita gak jemput anak-anak, Mas?" tanya wanita itu heran.
Dewa menjawab pertanyaan istrinya dengan gelengan dan bersiul sembari menyetir. Lelaki itu sudah mengatakan kepada mamanya bahwa mereka akan datang ke sana setelah Magrib. Jadi, masih ada beberapa jam untuk bisa berduaan.
"Kasihan Sarah, Mas. Nanti dia cari aku," ucap Dara.
Setiap ada undangan pernikahan, mereka memang jarang membawa anak-anak. Namun, Dara juga tak akan pergi lama. Setelah acara selesai dia akan menjemput mereka.
"Mas kenapa, sih? Kok aneh?" tanya Dara saat mobil sudah terparkir di halaman rumah.
Dewa menarik lengan istrinya saat mereka akan masuk. Suasana sepi siang ini karena tak banyak kendaraan yang berlalu lalang di sekitaran komplek. Apalagi cuaca agak mendung, sehingga membuat
Hai. Season kedua dari cerita Pengantin Pengganti sudah tamat sampai di sini ya. Terima kasih kepada kalian yang sudah membaca hingga akhir. Jika kalian berkenan, baca ceritaku yang lain juga. Me & My Ex, Masa Iddah yang Ternoda, Jalan Menuju Taubat. Untukk Selir Sang Pangeran dan A Date With Him, akan aku update secara rutin setelah ini. Follow akun IG aku di @ofthelionqueen
Brak!Tubuh mungil itu terlempar ke jalan raya dengan kepala mengucurkan darah. Sebelum ajal menjemput, tubuh itu sempat kejang untuk beberapa saat.Semua orang yang melihat berteriak dan menjadi panik, serta menunjuk ke arah sosok yang terbaring dengan mata melotot."Tabrak lari! Tabrak lari!" Begitu teriakan mereka.Lalu tak lama mobil ambulance dan sirine polisi terdengar. Tubuh itu diangkat dan dibawa ke rumah sakit terdekat untuk diselamatkan. Sayang, usaha para dokter di ruang operasi tak membuahkan hasil yang baik.Innalillahi wa inna ilaihi rojiun.Sosok itu kembali menghadap-Nya, kepada sang pencipta. Suara raungan dan tangis keluarga menyertai kepergiannya untuk selama-lamanya."Mama," lirih seorang gadis kecil yang menangis dalam pelukan seorang lelaki.Dia begitu kecewa dan mengamuk karena wanita yang akan menjadi calon ibunya itu berpulang ke rumah Tuhan.Padahal mereka sangat dekat dan saling m
Prang!Vas bunga yang terletak di nakas terjatuh saat Dara tak sengaja menyenggolnya. Wanita itu menjadi salah tingkah ketika melihat Dewa keluar dari kamar mandi dengan memakai handuk."Kamu kenapa?" Lelaki itu ikut berjongkok dan membantu istrinya membersihkan pecahan kaca."Itu tadi gak sengaja."Wajah Dara memerah apalagi tubuh mereka berdekatan sehingga aroma sabun yang dipakai lelaki itu menguar hingga ke inderanya."Hati-hati. Jangan buru-buru." Tangan besar itu dengan cekatan memasukkan bekas pecahan kaca ke dalam plastik dan membuangnya di tempat sampah yang terletak di sudut kamar."Iya, Mas," jawab Dara. Kemudian dia mengambil tissue basah dan membersihkan lantai, khawatir masih ada sisa pecahan.Mendengar Dara menyebutnya 'mas', senyum melengkung di bibir Dewa."Sana mandi. Gak gerah?" tanya lelaki itu sambil mencuri pandang."Udah." Dia berdiri. Bersamaan dengan itu Dewa juga melakukan hal yang sama sehin
Dara terbangun saat merasakan sesuatu melingkar di pinggang. Mata cantik itu mengerjap beberapa kali dan terkejut saat mendapati Ciara tertidur disampingnya.Kapan putrinya ini masuk ke kamar mereka? Mungkin tadi malam dia terlalu lelah sehingga tak menyadari saat si mungil itu masuk.Tapi, tunggu dulu! Tiba-tiba Dara menyadari sesuatu hal. Ada satu lengan lagi dengan posisi yang sama sedang memeluknya. Saat dia menoleh ke belakang, tampaklah wajah Dewa sedang terlelap.Dia menutup mulut, lalu pelan-pelan menggeser tangan besar itu. Bukannya melepaskan, Dewa malah semakin erat merengkuh istrinya. Kini posisi Dara terjebak di tengah dan tak bisa bergerak."Mas." Akhirnya dia menepuk lengan suaminya karena sudah tak tahan ingin ke kamar mandi."Apa, sih? Masih ngantuk juga," racau Dewa setengah sadar dengan mata yang masih enggan terbuka."Lepas!" Pinta Dara."Enak gini aja." Rengkuhan laki-laki itu semakin erat. Dia ba
"Mau kemana?" tanya Dewa saat melihat istrinya sudah berganti pakaian."Mau ke pasar. Beli sayur. Di kulkas cuma ada lauk," jawab Dara."Mas anter, ya.""Gak usah. Aku sama bibik. Cia juga mau ikut.""Cia gak usah pergi. Kan baru sembuh. Kamu sama bibik aja berdua," cegah Dewa."Kasian, Mas. Lagian aku cuma bentar. Dapat yang dicari langsung pulang," pinta Dara.Tak tega dia melihat anak itu saat memohon tadi. Dara juga sebenarnya sudah menolak halus, tapi Ciara merajuk dan menekuk bibir. Akhirnya dia luluh dan mengizinkan."Jadi mas sendirian di rumah?""Kami sebentar aja, kok. Itu di kulkas isinya makanan instan semua. Masa Cia makannya nugget sama sosis terus. Kurang bagus untuk pertumbuhan," jelasnya.Makanan siap saji memang disukai anak-anak dan praktis. Namun, jika dikonsumsi terlalu berlebihan tidak bagus juga buat kesehatan."Siap Bu Guru.""Kalau gitu aku jalan dulu," pamitnya."Kalian naik apa?"
Sudah satu minggu mereka menikah, dan selama itu juga Dara berada di kamar Ciara. Alasan Dara tetap sama, kasihan putrinya jika tidur sendirian sekalipun sudah sembuh.Itu membuat Dewa diam-diam menyimpan rasa kesal. Putrinya juga sama, lebih senang ditemani oleh Dara dari pada dirinya.Sudah satu minggu ini juga Dara mempelajari kebiasaan keluarga ini. Dari Dewa yang suka menyimpan handuk basah di kasur, meletakkan tas kerja atau ponsel di sembarang tempat, juga menarik baju sembarangan dari lemari.Ah, rasanya semua laki-laki memang begitu.Satu lagi, Ciara terlalu dituruti semua keinginannya sehingga anak itu sangat manja. Apa pun yang ingin dia minta untuk jajan, maka Dewa akan langsung membelikan, tak peduli itu baik untuk kesehatan atau tidak.Alhasil, hari ini anak itu mengeluh sakit gigi."Tadi beli apa waktu jalan sama papa?"Ciara memandang Dara deng
Sepanjang perjalanan menuju dokter gigi semua terdiam. Dara memilih duduk di kursi belakang, sementara Ciara duduk di depan bersama Dewa.Anak itu tidak mau dipangku. Katanya dia sudah besar, walaupun sikapnya masih manja sekali.Berkali-kali Dewa melirik istrinya melalui kaca spion dan mendapati Dara sedang melamun dengan pandangan menatap keluar.Tadi saat di mencuri ciuman, wanita itu terdiam sesaat, kemudian mendorong tubuhnya pelan. Lalu Dara keluar kamar begitu saja tanpa berucap sepatah katapun. Itu membuatnya bertanya-tanya dalam hati.Apa istrinya marah atau bagaimana? Wajah Dara tanpa ekspresi sama sekali. Dia juga hanya menyentuh sedikit dan belum punya nyali untuk melanjutkan.Dewa mengusap bibir dengan jari saat teringat akan kejadian tadi. Senyumnya melengkung indah sejak awal berangkat hingga sekarang.Tiba di tempat praktek, dia sibuk mencari tempat
Dara mundur ke belakang saat Dewa semakin mendekat. Posisinya terpojok di dinding dan tak bisa bergerak ke arah manapun."Mas udah janji!" teriak Dara."Iya benar. Tapi apa salahnya? Kita udah halal."Wanita itu menggeleng. Dengan bibir gemetaran dia berucap, "Kita udah sepakat. Apa mas mau memanfaatkan aku?"Dewa terdiam lalu tersenyum pahit. Mereka berdiri berhadapan dan saling menatap."Aku udah ngorbanin diri demi kebahagiaan Cia. Kenapa mas menuntut sesuatu yang udah kita bicarakan sejak awal. Kalau tau jadinya begini, lebih baik gak usah!" ucapnya lagi.Dewa tersentak. Ucapan Dara tadi benar-benar menohok hatinya. Dia tak membalas apa pun. Wanita jika sedang marah memang lebih baik didiamkan hingga reda dengan sendirinya."Mulai sekarang aku pindah ke kamar Cia."Dara mengambil buku-buku yang berserakan di lantai dan memasukkannya ke dalam tas
Gadis kecil itu menunggu dengan gelisah tapi mamanya belum datang."Cia belum dijemput?" tanya salah seorang guru saat melihat salah satu muridnya itu masih berada di kelas. Dia masih memeriksa pekerjaan rumah sehingga belum pulang."Mama belum datang.""Katanya tadi gimana?""Tunggu sampai mama datang.""Kalau gitu kita tunggu. Ibu temani."Ciara membuka kotak bekal yang tadi disiapkan bibik. Sebagian sudah habis, yang tersisa hanya sandwich isi ayam."Ibu mau?""Gak usah. Kamu makan aja."Ciara langsung melahapnya dan meminum air putih. Dia jarang jajan di kantin, hanya sesekali. Itu sudah dibiasakan sejak pertama kali masuk sekolah saat masih ada Laura."Maaf mama telat, ya." Dara tergesa-gesa masuk ke kelas, karena sempat tersasar ruangan."Ayok pulang, Ma. Katanya mau ke rumah nenek