Share

Bertemu lagi

Alisya sampai di tempat kompetisi dengan selamat. Tempat itu sudah ramai oleh para peserta kompetisi. Alisya mencari teman-temannya di antara kerumunan orang-orang itu. 

"Pada kemana sih, tu orang? Apa aku kepagian?" gumamnya seraya melirik pergelangan tangannya. Pukul 07.20. Memang terlalu pagi karena acaranya baru akan dimulai empat puluh menit lagi.

Alisya mendengkus. Matanya terus menjelajah, berharap melihat salah satu anggota grup bandnya di sana. 

Diambilnya smartphone dari dalam tas sambil terus melihat ke kanan dan ke kiri. 

Dug!

"Aduh!" Alisya berteriak sambil mengusap hidungnya yang tidak sengaja menabrak punggung seorang lelaki.

"Ma-maaf ... aku nggak sengaja," katanya cepat pada lelaki itu. 

Lelaki itu berbalik. "Kamu!"

"Lho, Kak Reno?"

"Ya ampun, Alisya. Pertama kita ketemu, kamu tabrak aku. Sekarang kamu tabrak aku lagi. Hobi banget sih, nabrak orang," ujar Reno dengan terbahak.

"Maaf, aku bener-bener nggak sengaja, Kak," cicit Alisya.

"Dulu juga kamu bilang nggak sengaja," cibir Reno.

"Beneran nggak sengaja! Tadi aku lagi nelpon, sambil nyariin temen-temenku, terus ...."

"Iya ... iya ... aku percaya," potong Reno sambil tersenyum.

Dada Alisya berdebar kencang melihat senyum yang menawan itu. 

"Ganteng banget!" lirihnya dalam hati.

"Jadi, udah ketemu belum temenmu?" pertanyaan Reno membuyarkan lamunan Alisya. 

"Belum, Kak."

"Kalau gitu, aku bantuin kamu cari mereka." Reno langsung menggandeng tangan Alisya dan memaksa gadis itu untuk berjalan bersamanya.

Jantung Alisya seperti hendak melompat dari tempatnya. Ada rasa yang aneh yang ia rasakan kini.

"Kak," panggil Alisya.

"Apa?"

"Kakak lagi apa di sini?" Alisya bertanya karena ini adalah event untuk anak Sekolah Menengah Atas, sedangkan Reno adalah seorang mahasiswa.

"Diajakin temen buat nyuporterin pacarnya," jawab Reno santai.

"Kamu sendiri? Oh iya, aku lupa. Suara kamu kan bagus banget, kamu pasti jadi perwakilan dari sekolah, ya?" Reno balik bertanya.

"Nggak. Aku jadi band pembukanya."

Reno menghentikan langkahnya. 

"Serius?"

Alisya mengangguk.

"Wow! Itu keren banget, Lisya!" seru Reno kagum.

Wajah Alisya memerah, ia tersipu. Antara malu dan senang. 

"Berarti kamu cari temen bandmu? Aku liat salah satunya tadi."

"Oh, ya? Di mana, Kak?" 

"Di belakang panggung. Yuk!" Reno kembali menarik tangan Alisya agar ikut dengannya.

Alisya hanya bisa mengikuti langkah Reno. Benar saja, Reno membawa Alisya ke belakang panggung di mana teman-temannya berkumpul.

"Kirain lu belum dateng," kata Ridwan begitu Alisya sampai di sana.

"Tadi gue udah nelpon Desi, tapi nggak diangkat-angkat," sungut Alisya.

"Sorry, sorry. Handphone gue di dalem tas, jadi nggak kedengeran. Di sini bising banget."

"Ya udah kalau gitu. Karena kamu udah ketemu sama temen-temnmu, aku ke depan lagi, ya," pamit Reno pada Alisya.

"Terima kasih, Kak," ujar Alisya dengan debaran di hatinya.

Reno tersenyum kecil. "Sama-sama."

Reno pun berlalu pergi.

"Hei, itu mata kondisikan. Inget, lu udah ada yang punya," sarkas Aryo.

"Ish! Sirik aja, lu!" balas Alisya dengan mengerucutkan bibir. 

"Udah, udah. Kita check sound aja, yuk," lerai Ridwan.

Akhirnya mereka naik panggung setelah check sound dan melakukan gladi bersih.

Mereka berusaha menampilkan kemampuan terbaiknya. Penontonnya pun sangat antusias melihat penampilan mereka. Alisya dan teman-temannya sukses besar!

"Ya ampun, gue nggak nyangka besok kita bakal masuk koran. Meskipun cuma koran lokal, gue bangga," ujar Desi dengan semangat. "Mama gue juga pasti bangga!"

Alisya menghela napas panjang. Kalau dia, siapa yang akan bangga padanya? Apakah nenek dan kakeknya akan bangga? Sepertinya tidak. Mereka hanya akan bangga bila ia bisa masuk universitas terbaik tanpa saringan masuk. Kalau Aura? Ya, mungkin hanya dia yang akan bangga memiliki kakak seperti dirinya.

"Hei, ngelamun," Desi menyenggol lengannya. "Tuh ada yang nyamperin."

Alisya menaikkan wajahnya. Jantungnya kembali berdebar ketika melihat siapa yang mendatanginya.

"Udahan wawancaranya? Kalian hebat, masih muda udah berbakat," puji Reno pada mereka semua.

"Terima kasih, Kak," jawab mereka serempak. Mereka semua sudah cukup mengenal Reno, karena hampir tiap minggu Reno nongkrong di cafe milik paman Ridwan.

"Hemm, Lisya udah mau langsung pulang?" basa-basi Reno.

"Belom tau, Kak," jawab Alisya. 

"Gimana kalau aku anter pulang?"

"Aku bawa mobil sendiri," jawab Alisya.

"Oh ...." Terlihat raut kecewa di wajah Reno.

Semua teman Alisya saling melempar pandang satu sama lain. Tidak enak hati.

"Ya udah kalau gitu, nggak apa-apa. Kalau gitu, aku duluan, ya," Reno pamit. 

"Iya, Kak," kata mereka kompak.

"Kayaknya dia suka deh, sama elu, Sya," bisik Desi.

"Lu jangan bikin gue ge er, Des," balas Alisya dengan berbisik juga.

"Lumayan Sya, nggak cuma ganteng, kayaknya dia tajir juga."

Alisya memutar bola matanya malas.

"Kalau gue jadi elo, gue bakal susulin tuh cowok," lanjutnya. "Seenggaknya dia lebih keren daripada si Yogi."

Alisya jadi ingat pada Yogi, kekasihnya yang hanya status itu. Ya benar, Reno lebih menarik daripada Yogi. Namun entah mengapa mendiang orang tuanya, juga kakek dan neneknya menyukai lelaki itu. Mungkin karena Yogi anak yang sopan dan tidak macam-macam.

"Heh, malah ngelamun." Desi menyenggol lengan Alisya dengan sikunya.

"Ya udah, deh. Kalau gitu gue pulang dulu," gagap Alisya.

"Ngapain pulang? Tar aja, sekalian kita makan siang," cegah Ridwan.

"Ehm ... aku ... aku ada yang harus dikerjain dulu," alibi Alisya.

"Ngejar Kak Reno, ya?" sindir Desi dengan sudut bibir terangkat.

"Nggak, ih! Ya udah, ya. Sampe ketemu besok di sekolah." Alisya segera mengambil langkah seribu tanpa mendengar jawaban teman-temannya.

Mata Alisya kembali menjelajahi tempat yang masih ramai itu. Namun sosok yang ia cari tidak ia temukan di sana.

"Eh, bukannya tadi Kak Reno bilang mau pulang? Kalau gitu sekarang pasti ada di tempat parkir," lirih Alisya pada dirinya sendiri. 

Ia berlari ke arah tempat mobil-mobil terparkir. Benar saja, ada Reno di sana, baru saja hendak memasukkan kunci ke tempatnya.

"Kak Reno!" teriak Alisya. 

"Lho, Lisya? Mau kemana?" tanya Reno.

"Eh, nggak ... anu ... itu ...." Alisya bingung memberikan alibi. Ia tidak sempat memikirkannya tadi.

"Mau pulang?" tanya Reno.

"Nggak, sih." Alisya menggaruk puncak kepalanya sambil menunduk.

Reno tertawa kecil. 

"Kalau nggak mau ke mana-mana, gimana kalau aku traktir makan siang?" tawar Reno.

Mata Alisya membulat.

"Mau?" tawar Reno lagi. 

"Iya," jawab Alisya tanpa ragu.

Lagi-lagi Reno terkekeh. Untuknya, gadis polos seperti Alisya benar-benar menggemaskan.

"Ayo kalau gitu. Mau pake mobil siapa, nih?"

"Pake mobilku aja, Kak," ajak Alisya sambil berjalan ke arah mobilnya yang berjarak lumayan jauh dari mobil Reno. 

Reno hanya bisa mengikuti langkah Alisya dari belakang. Bibirnya tersenyum lebar melihat gadis bertubuh mungil di depannya itu berjalan dengan penuh semangat.

"Mana kuncinya?" tanya Reno sambil mengadahkan telapak tangannya ketika mereka sampai di depan mobil Alisya.

Alisya terlihat bingung. 

"Maksudku, biar aku yang jadi sopirnya. Tuan Putri cukup duduk manis di sampingku," lanjutnya.

Wajah Alisya merona. Ini bukan pertama kali untuknya seorang lelaki menggombalinya, tapi entah kenapa hatinya berbunga-bunga.

Alisya mengeluarkan kunci dari tasnya dan memberikan benda kecil itu pada Reno. Dengan cepat Reno menerima kunci itu dan membukakan pintu sebelah kiri untuk gadis itu.

"Makasih," lirih Alisya.

"Sama-sama, Tuan Putri." Reno pun berjalan dengan cepat, mengitari bagian depan mobil untuk masuk ke belakang kemudi.

Sepanjang jalan mereka berbincang-bincang ringan. Sesekali terdengar Alisya tertawa kecil karena mendengar lelucon-lelucon yang Reno lemparkan.

"Ni cowok, udah ganteng, baik, lucu lagi," puji Alisya dalam hati.

Akhirnya Reno menghentikan mobil Alisya di pelataran sebuah bangunan yang menjulang tinggi. 

"Kita sampai," celetuk Reno dengan senyum yang sejak tadi tak pernah lepas dari bibirnya.

"Lho, Kak, ini kan hotel, bukan rumah makan," cerca Alisya.

"Ngajakin makan siang, kok malah ke hotel?" Alisya mulai berpikiran buruk.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status