Share

A pair of beautiful eyes

    Setelah menyelesaikan misinya, Scarlet kembali ke hotel. Telinganya yang sejak tadi berdengung membuatnya sulit mendengarkan suara-suara yang ada di sekitarnya. Bahkan dering panggilan masuk di Hpnya tidak di hiraukannya karena semakin lama telinganya merasakan kesakitan.

    Dia membasuh wajahnya di dalam kamar mandi dan membersihkan dirinya dari semua kotoran yang menempel pada tubuhnya. Kebiasaan yang sering di lakukan Scarlet saat menyelesaikan misinya adalah dengan merendam tubuhnya di dalam bathup sampai akhirnya dia tertidur sendiri.

    Belum lama dia tertidur, keringat mulai keluar dari pori-pori kulitnya. Mimpi yang membuatnya tersiksa setiap kali dia tertidur adalah kenyataan yang dia bawa sampai ke alam bawa sadarnya. Memimpikan bagaimana dia besarkan dan dilatih dengan cara yang kejam, memimpikan bagaimana dia membunuh sahabat yang tumbuh besar bersamanya. Begitu potongan-potongan mimpi itu menunjukkan Scarlet membunuh seorang wanita dengan tangannya sendiri, dia segera terbangun dengan teriakan.

    Keringat yang mengalir di seluruh tubuh yang terendam air di dalam bathup membuatnya tidak nyaman lagi. Scarlet segera keluar dari bathup dan berpakaian. Telinganya juga sudah tidak berdegung dan sakit lagi.

    Suara dering Hp kini bisa dia dengar, tapi tetap saja dia merasa resah dengan gangguan Hpnya yang berdering. Dia segera mematikan Hpnya agar tidak menambah kekesalannya.

    Langit malam yang gelap tanpa sinar bintang dan bulan membawa dirinya menjelajahi pusat kota yang sangat ramai. Begitu sampai di depan gedung Club malam, Scarlet segera menghentikan motornya dan memasuki Club itu.

    Di dalam Club dia segera menuju ke meja bartender dan duduk disana. Tatapan mata lelaki yang memandangnya seakan ingin memangsa tidak di pedulikannya. Scarlet hanya menikmati minuman yang baru saja dia pesan.

    “Hai cantik, apa aku boleh menemanimu minum,” sapa seorang lelaki dengan senyuman nakal berdiri di samping Scarlet.

    “....” Scarlet hanya terdiam meliriknya lalu kembali meneguk minumannya.

    “Baiklah, aku harap kau setuju. Lagipula kursi di sampingmu kosong,” lagi kata lelaki itu duduk di sampingnya.

    Scarlet dengan cepat menghabiskan minumannya dan berdiri dari kursinya, tapi saat dia hendak pergi, lelaki yang duduk di sampingnya menahan tangannya.

    “Hei, tidak sopan meninggalkan orang yang menemanimu minum. Ayo minum lagi.”

    “Kamu, berikan segelas minuman yang dia minum padanya,” ucap lelaki itu melihat ke bartender yang ada di depannya.

    Scarlet melepaskan tangannya dengan menatap tajam lelaki itu. Dia segera meneguk segelas minuman yang di berikan padanya tanpa berkata-kata.

    “Aku suka tatapanmu itu, membuatku ingin sekali menggigitmu,” ucap lelaki itu tersenyum nakal.

    “Lagi, berikan minumannya pada wanita cantik ini.”

    Scarlet berbalik dengan kesal menjauhi lelaki itu, tapi sekali lagi lelaki itu menahan tangannya. Wajah Scarlet memerah, bukan karena pengaruh alkohol yang diminumnya tapi karena menahan emosi yang sudah meluap-luap, tangannya bahkan terasa semakin gatal ingin mematahkan tangan lelaki itu. Dia mengepalkan jemari tangannya dengan kuat, bersiap untuk melayangkan satu pukulan ke wajah lelaki itu.

    “Apa yang kau lakukan? Lepaskan tangan gadis ini!” ucap seorang pria yang lain sehingga membuatnya menggagalkan rencananya.

    Seorang pria bertubuh besar, tinggi, dan juga berwajah tampan dan mapan berdiri di tengah-tengah mereka dengan wajah yang datar.

    “Kau tidak tau siapa aku? Jangan mencampuri urusanku, pergi sana!” 

    Dengan cepat lelaki yang membela Scarlet melepaskan tangan lelaki itu sehingga Scarlet bisa terlepas dari cengkeraman lelaki yang mengganggunya.

    Terjadi argumen diantara kedua lelaki yang berada di depan Scarlet hingga akhirnya menyebabkan mereka berdua berkelahi. Scarlet hanya terdiam memangku tangannya, menikmati pertunjukan yang menarik baginya.

    Saat selesai berkelahi, lelaki yang menggagalkan rencana Scarlet menghampirinya. Lelaki berwajah tampan dan mapan, dengan sepasang mata berwarna biru terang bagaikan lautan yang indah membuat Scarlet terpaku menatapnya. Seakan terhipnotis dengan mata indahnya, Scarlet menunggu lelaki itu mendekatinya agar bisa memperhatikan matanya lebih dekat lagi.

    “Apa kau baik-baik saja?” tanya lelaki itu, memperhatikan wajah Scarlet yang terdiam.

    “....” Scarlet hanya terdiam mematung, menikmati sepasang mata indah yang berada di depannya.

    “Nona ... hei, apa kau baik-baik saja?” 

    Scarlet segera tersadar saat suara bas dari lelaki itu mengetuk pendengarannya. Dengan wajah datar Scarlet mengangguk meninggalkan lelaki yang masih berdiri dengan wajah kebingungan.

     Malam masih panjang, jarang sekali Scarlet menikmati waktunya tanpa misi yang mengikutinya setiap menyelesaikan misi yang lain. Tak ingin kembali ke hotel Scarlet berjalan di sepanjang jalan, meninggalkan motornya yang masih terparkir.

    Saat berjalan melewati gang sempit yang sunyi, terdengar suara lelaki yang bercakap-cakap. Beberapa lelaki yang sedang berkumpul memperhatikan Scarlet yang berjalan melewati mereka dengan santai. Para lelaki itu melirik bentuk tubuh Scarlet sambil bersiul, mereka berjalan mengikutinya bahkan menggodanya.

    “Kau mau kemana gadis cantik?”

    “Ayo temani kami bermain.”

    Ucap beberapa lelaki yang mengikutinya dari belakang. Setiap godaan yang di ucapkan beberapa lelaki itu tidak di gubrisnya. Dia hanya meneruskan langkahnya dengan santai dan mengacuhkan mereka.

    Beberapa lelaki itu segera menghadangnya dari depan karena sikap acuh Scarlet yang membuat mereka semakin tertarik dengannya.

    “Jangan jual mahal, kami akan membayarmu dengan uang yang sangat banyak jika kau melakukan perintah kami dengan baik.”

    Scarlet menatap mereka satu persatu dengan wajah datar, “Kalian ingin membayarku? Untuk melakukan apa? Membunuh? Mencuri?”

    “Aku semakin suka dengan gadis liar sepertimu. Tenang saja, kau tidak perlu melakukan semua hal yang kau katakan. Kau hanya perlu mengikuti semua perkataan kami, ayo ikuti kami. Kita cari tempat yang lebih nyaman untuk berbicara,” ucap salah satu dari lelaki yang menghadangnya.

    Mereka memegang tangan Scarlet dan membawanya masuk di gang sempit yang gelap dan sunyi. Sementara Scarlet sendiri hanya terdiam mengikuti kemana mereka membawanya.

    Pemandangan Scarlet di bawa oleh beberapa lelaki sempat dilihat oleh lelaki bermata biru terang yang menggagalkan rencananya saat di dalam Club. Lelaki itu mengikuti mereka untuk menolong Scarlet.

    Saat sampai di lorong gang yang gelap dan sunyi, semua lelaki berkerumun mendekati Scarlet dengan tatapan yang kelaparan ingin menikmatinya. Scarlet masih terdiam menunggu mereka beraksi.

    “Oh, wajah yang manis ini membuatku ingin sekali melahapmu,” ucap lelaki itu mendekatkan wajahnya ke depan wajah Scarlet.

    Tangan lelaki itu perlahan menyentuh bahu Scarlet dan bersiap untuk mengecupnya.

    “Aarrrgghhh!” teriak histeris lelaki itu.

    Satu tendangan yang kuat dengan lutut Scarlet tepat mengenai bagian kebanggaan lelaki itu. Beberapa lelaki yang melihat aksi Scarlet sempat terkejut, mereka mendekati Scarlet secara bersamaan untuk menahannya agar tidak memberontak. Namun Scarlet dengan cepatnya mematahkan batang leher semua pria yang mendekatinya. Kini yang tersisa hanyalah lelaki yang sedang menahan rasa sakit di kebanggaannya.

    “Tidak ... jangan ... aku mohon, maafkan aku,” ucap lelaki itu dengan suara yang bergetar ketakutan saat melihat teman-temannya sudah tidak bernyawa lagi.

    “Ulurkan tanganmu,” ucap Scarlet dengan wajah datar, melihat lelaki yang ada di depannya.

    Lelaki itu mengulurkan tangannya yang masih bergemetar ke hadapan Scarlet. Dengan cepat Scarlet memutar tangan lelaki itu dan menghajarnya dengan tangannya. 

    “Aarrgh!” lelaki itu berteriak semakin histeris dengan tangan yang sudah terurai lemas ke bawa karena di patahkan oleh Scarlet.

    “Bersyukurlah pada tanganmu karena sudah menyelamatkan nyawamu,” ucap Scarlet lalu segera berbalik dan berjalan meninggalkan lelaki itu.

    Saat Scarlet keluar dari gang yang sempit itu, dia berpapasan dengan lelaki yang menggagalkan rencananya saat berada di dalam Club. Lelaki itu menatapnya dengan wajah kebingungan dan keheranan karena melihat Scarlet yang keluar dengan selamat secepat itu.

    “Apa kau baik-baik saja?” tanya lelaki itu memperhatikan Scarlet sekali lagi dengan keheranan.

    “Berhenti mengikutiku jika kau tidak ingin berakhir seperti mereka!” ucap Scarlet datar menatapnya dengan tatapan yang tajam.

    Scarlet berjalan melewati lelaki itu yang masih kebingungan. Karena rasa penasaran lelaki itu pergi melihat apa yang sebenarnya terjadi dengan beberapa lelaki yang membawanya. Sementara Scarlet sendiri kembali ke Club itu untuk mengambil motornya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status