Share

Be strong in order to get what you want

Saat Scarlet hendak pergi dengan motornya, lelaki yang mengikutinya berlari dan menghadangnya dengan nafas yang tersengal-sengal. Ia bahkan tidak mempercayai apa yang dilihatnya. Bagaimana mungkin seorang wanita bisa mengalahakan semua pria itu.

    “No-nona, apa kau yang melakukan hal itu kepada mereka?” tanya lelaki itu keheranan.

    “Berhentilah mengikutiku jika kau tidak ingin menjadi salah satu dari mereka!” ucap Scarlet sambil memainkan gas motornya, memaksa lelaki itu untuk menghindar dari hadapannya.

    Scarlet pergi meninggalkan lelaki itu dengan motornya yang melaju. Di tengah keramaian kendaraan di jalanan, dia berhenti di tepi jalan jembatan gantung dan turun dari motornya sambil memperhatikan cahaya lampu dari bangunan-bangunan yang menjadi penerang di tengah gelapnya malam. Baru kali ini Scarlet menikmati gemerlap malam dengan santai tanpa misi-misi berdarah yang selama ini dia lakukan.

    “Hmm ....” Scarlet menarik nafasnya dalam seolah ada kejenuhan yang ingin dia keluarkan.

    Di besarkan dengan cara yang keras dan di latih menjadi mesin pembunuh sejak kecil membuatnya tidak bisa mengekspresikan wajahnya sendiri selain wajah datar dan tatapan membunuh yang terlihat. Adapun senyuman yang pernah ditunjukkannya hanya sandiwara semata untuk membantunya menjalankan misinya. Hari-harinya di penuhi dengan bayangan-bayangan wajah orang yang dibunuhnya. Adakalanya untuk tertidur saja ia tak bisa tertidur dengan nyaman, karena bayangan-bayangan masa lalunya selalu menghantuinya.

    Scarlet kembali menyusuri kegelapan malam dengan motor besarnya, ia berhenti di depan toko dan masuk ke dalamnya mencari sebotol minuman keras. Begitu mendapatkan apa yang diinginkannya dia berjalan ke arah kasir hendak membayar minuman yang ada di tangannya.

    “Kamu tidak boleh mengambilnya jika tidak memiliki uang, pergi! Minta uang pada orang tuamu baru bisa mengambil apa yang kamu inginkan,” ucap seorang lelaki yang bertugas sebagai kasir kepada seorang anak perempuan yang mengantre di depannya.

    Scarlet merogoh sakunya untuk mengambil uang, tapi tatapannya tiba-tiba terpaku pada lelaki itu.

    “Nona, berikan minumannya padaku,” ucap kasir itu mengulurkan tangannya untuk mengambil minuman yang di pegang Scarlet.

    “Ini milikku, kenapa harus di berikan padamu?” tanya Scralet datar.

    “Dasar wanita aneh! Cepat berikan minumannya. Jangan menghambat pekerjaanku!”

    Tatapan Scarlet berubah menjadi tajam melihat pria itu. Ia mengambil mainan yang di inginkan seorang anak perempuan yang ada di atas meja kasir lalu memberikannya dengan cepat kepada anak perempuan yang ada di depannya.

    “Hei! Apa yang kau lakukan?” teriak kasir lelaki itu dengan lantang.

    “Kau harus menjadi kuat agar bisa mendapatkan apa yang kau inginkan. Pergilah,” ucap Scarlet dengan wajah datar melihat anak perempuan itu.

    Dengan acuh Scarlet berjalan menjauhi kasir tanpa membayar apa yang dia ambil. Sementara itu kasir mengejarnya dan menahan pundaknya dari belakang sehingga membuat langkah kakinya terhenti. Scarlet dengan cepat menahan tangan lelaki itu dan menjatuhkannya ke lantai hanya dengan satu tangannya.

    Kasir lelaki itu berteriak menahan sakit di tangannya, “le-lepaskan aku, kau boleh mengambil minumannya.”

    “Nona, tenanglah. Lepaskan dulu tangan lelaki itu,” ucap seorang lelaki yang tak lain adalah lelaki yang mengikutinya sejak berada di Club.

    Scarlet melepaskan tangannya dari lelaki itu dan kembali terdiam menatap lelaki yang sejak tadi mengikutinya.

    “Ini uang untuk membayar apa yang diambil oleh wanita ini. Apa itu cukup?” ucap lelaki itu memberikan selembar uang kepada kasirnya.

    “Terima kasih, Tuan.”

    Sementara mereka berdua sedang berbicara, Scarlet telah pergi keluar dari toko tersebut sambil meneguk sebotol minuman yang ada di tangannya.  

    “Nona, tunggu,” panggil lelaki yang mengikutinya, berjalan mendekatinya dari arah belakang.

    Merasa curiga dan kesal dengan kehadiran lelaki itu yang selalu membuntutinya, ia dengan cepat berbalik dan mencengkeram batang leher lelaki yang memiliki tubuh lebih tinggi darinya. Scarlet mendorongnya sampai tubuh lelaki itu tersandar pada tiang beton yang sangat besar.

    “Siapa kau? Siapa yang menyuruhmu membuntutiku?” tanya Scarlet dengan tatapan tajam, mencengkeram leher lelaki itu dengan kuat.

    Tidak terbiasa dengan dunia luar membuatnya merasa curiga dengan lelaki yang tidak dia kenal yang selalu mengikutinya. 

    “Seorang wanita sepertimu yang sangat berhati-hati dengan orang pasti memiliki kehidupan yang sulit,” ucap lelaki itu dengan santai tanpa adanya rasa takut akan hawa membunuh yang terpancar dari pandangan Scarlet.

    “Hentikan omong kosongmu! Katakan, siapa yang menyuruhmu?”

    Sepasang mata berwarna biru layaknya lautan menatap Scarlet dengan tenang. Bahkan cengkeraman jemari Scarlet yang begitu kuat tidak membuatnya gentar ataupun merasa kesakitan.

    Lelaki itu menahan tangan Scarlet dan dengan kuatnya dia menjauhkan jemari Scarlet yang mencengkeram lehernya.

    “Aku sama sekali tidak mengenalmu, dan pertemuan kita hanya kebetulan saja. Sejak awal aku yang lebih dulu datang ke tempat ini sebelum kamu. Dan jika aku tau kau bisa berkelahi melawan lima pria sekaligus, aku tidak akan membantumu saat berada di dalam Club,” ucap lelaki itu dengan wajah datar sambil melepaskan tangan Scarlet secara kasar.

    “Dalam kehidupanku, aku sama sekali tidak membutuhkan bantuan orang lain untuk menangani masalahku sendiri.”

    “Baik! Aku harap kita tidak akan pernah bertemu lagi,” lagi kata lelaki itu dengan wajah datar.

    “Jika aku sampai melihatmu lagi, aku akan membunuhmu!” balas Scarlet dengan tatapan yang tajam, tak mau kalah dari lelaki yang ada di depannya.

    Scarlet menahan kegeramannya sambil memperhatikan lelaki itu berjalan menjauh dan mendekati sebuah mobil dengan dua orang pengawal yang membukakan pintu agar lelaki itu bisa masuk ke dalam mobilnya.

    Malam yang seharusnya dia nikmati dengan santai menjadi malam yang membuatnya ingin membunuh seseorang. Ia segera kembali ke hotel dan menikmati malam panjang yang menurutnya sangat menyiksa jika harus tertidur.

    Seperti biasanya, Scarlet harus mengalami mimpi yang sangat buruk setiap kali dia tertidur. Mimpi dimana dia membunuh temannya yang tumbuh besar bersamanya. Setiap potongan-potongan mimpi itu kembali menguasai tidurnya, ia selalu terbangun dengan keringat yang banyak di dahinya.

    Scarlet duduk di tepi ranjangnya dengan deru nafas yang tak beraturan. Perlahan dia berdiri lalu mengambil alat pendengar yang berbentuk seperti headsed bluetooth di atas meja. Begitu alatnya di pasangkan ke telinga, suara lelaki terdengar dengan lantang seperti sedang memarahinya.

    “Aku tertidur, bos.”

    “Misinya sudah lama aku selesaikan.”

    “Baik, aku akan segera kembali.”

    Ucap Scarlet dengan santainya menjawab semua pertanyaan yang di ajukan oleh seorang lelaki, yang tak lain adalah bosnya sendiri.

    Scarlet segera mempersiapkan kepulangannya dengan membereskan semua barang-barang yang di bawanya. Rasa tidak sabar untuk kembali dan memulai misi barunya lagi membuatnya bersemangat, apalagi kepulangannya kali ini sangat memuaskan hatinya karena telah berhasil menyelesaikan misi yang di anggap sangat sulit bagi bosnya.

    

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status