Share

Party

 “Baiklah, aku mengerti,” ucap Scarlet singkat lalu segera meninggalkan wanita itu sendirian.

    Selama beberapa hari tidak sadarkan diri membuat tubuh Scarlet semakin berenergi. Dia berjalan memasuki ruangan bosnya untuk melaporkan kembali misinya, karena saat bosnya mengoceh, pendengarannya sedang terganggu. Jadi tidak ada satu pun perkataan bosnya bisa dia mengerti.

    Saat Scarlet masuk ke dalam ruangan itu, bosnya sudah menunggunya dengan duduk bersandar di sandaran kursi.

    “Kau sudah sadar?” 

    “Terima kasih, Bos. Berkat bos aku masih baik-baik saja sampai sekarang,” ucap Scarlet menjatuhkan dirinya di sofa yang empuk.

   Ia menggerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan, membunyikan tulang lehernya yang telah lama tertidur kaku di atas ranjang.

    “Sikap santaimu ini membuatku semakin kesal, Scar. Bagaimana kau bisa bersantai sedangkan aku yang kena imbasnya dari bos besar,” ucap bosnya melihat Scarlet kesal.

    “Itu bukan urusanku, bos. Masalahmu harus kau selesaikan sendiri. Atau aku bisa membantu menyelesaikan masalahmu dengan bos besar jika bos mau. Lagipula misiku telah selesai, dan belum ada misi yang baru untukku,” balas Scarlet dengan santainya sambil merentangkan tangannya dan menarik tubuhnya, merilekskan tulang belakangnya.

    “Bukan urusanku katamu? ... semua ini adalah ulahmu! Kalau kau tidak melakukan kebiasaanmu itu, menonaktifkan alat komunikasi kita, kau pasti akan mengerti masalah yang aku alami adalah masalahmu juga.”

    “Apa maksudmu, bos?”

    “Kedua lelaki yang kau bunuh itu bukanlah orang yang seharusnya kau bunuh.”

    “Tapi aku melihat mereka berdua di dalam mobil itu.”

    “Jenderal yang kau bunuh itu, bukanlah jenderal yang sebenarnya.”

    “Bos, aku yakin dengan apa yang kulihat sendiri. Kedua lelaki yang aku bunuh sangat persis seperti di foto yang bos tunjukkan padaku.”

    “Kamu benar. Tapi masalahnya bukan itu. Agen penyelidik kita keliru dalam mengumpulkan data-data. Jenderal yang kau bunuh bukanlah Alexander yang sebenarnya.”

    “Kalau begitu, itu bukanlah salahku. Itu salah agen penyelidik. Aku hanya melakukan tugasku sesuai dengan apa yang bos perintahkan,” ucap Scarlet santai.

    “Aku sudah menghukum agen itu atas kelalaiannya. Tapi kamu harus menyelesaikan misi ini.”

    “Bagaimana dengan buronan itu?”

    “Dia juga palsu. Kalau memang benar itu dia, bos besar mafia pasti sudah memulai pergerakannya.”

    “Bos, aku rasa ada yang aneh dengan hal ini.”

    “Aneh? Apanya yang aneh?”

    “Apa markas besar yang menyimpan semua data-data penting bisa di palsukan?”

    “Apa maksudmu, Scar?”

    “Data-data tentang Alexander aku ambil di ruang penyimpanan. Apa mungkin ada orang yang tau kedatanganku dan membiarkan aku mencurinya dengan mudah? Pantas saja waktu itu tidak ada halangan saat aku mencurinya,” ucap Scarlet bingung.

    “Entahlah ... aku akan menyelidiki hal ini, pasti ada penghianat di dalam markasku.”

    “Mengenai masalah ini akan aku urus. Tugasmu sekarang adalah pergi ke pesta.”

    “Bos, apa kau bercanda? Kenapa aku harus ke pesta?” tanya Scarlet tersenyum sinis.

    “Ini bukan pesta biasa. Pesta ini diadakan untuk perayaan hari ulang tahun cucu presiden. Di acaranya banyak sekali orang-orang penting yang akan hadir. Agen penyelidik sudah mencari informasi kalau bos besar mafia akan hadir dalam acara itu, dan tentu saja dia pasti akan mendekati Alexander untuk bernegosiasi dengannya.”

    “Kapan acaranya?”

    “Besok.”

    “Baik. Aku harap informasi kali ini benar.”

    “Jadi, apa gaun yang akan kupakai sudah di siapkan?”

    “Tentu saja. Semuanya sudah di persiapkan. Gaun yang indah untukmu sudah menunggumu, Scar.”

    “Asalkan tidak merepotkanku dalam berkelahi itu sudah cukup.”

    “Aku harap kau berhasil kali ini.”

    “Sudah pasti.”

    “Aku serius, Scar. Alexander bukanlah orang yang mudah di pahami, dia sangat licik.”

    “Aku juga serius, bos. Kali ini misi yang kau berikan padaku benar-benar membuatku merasa tertantang. Aku akan menghabisi Alexander jika bertemu dengannya.”

    ***

    Malam hari yang dinantikan Scarlet tiba. Ia telah siap dengan penampilannya untuk ke pesta. Gaun panjang berwarna hitam dengan belahan yang terbela di samping, menunjukkan betis dan pangkal kakinya yang mulus. Di tangannya memegang tas pesta kecil berwarna hitam.

    Scarlet berdiri di depan gedung besar yang merupakan markas rahasia mereka yang berkedok perusahaan, menunggu jemputan mobil dari agen yang lain yang bertugas sebagai sopirnya untuk mengantarnya ke pesta besar itu.

    Tak lama kemudian mobil hitam mewah terparkir di depannya. Scarlet segera masuk ke dalam mobil itu. Saat berada di dalam mobil, ia membuka tas yang di pegangnya dan mengeluarkan tempat bedak padat. Di bukanya penutup bedak itu dan layar cermin yang memantulkan wajahnya berkedip dan menunjukkan wajah bosnya.

    “Scar ... apa kau sudah sampai?” tanya bosnya melalui layar cermin bedaknya yang telah berubah menjadi layar HP.

    “Dalam perjalanan, bos.”

    “Baik. Semua yang kau perlukan sudah aku siapkan di dalam tas pestamu. Selamat bersenang-senang Scar.”

    Setelah pembicaraan mereka selesai, Scarlet menutup kembali bedaknya dan menyimpannya di dalam tas pestanya. Ia kembali duduk dengan santai sambil menunggu mobil yang membawanya berhenti di tempat tujuan.

    Di keramaian jalan menuju rumah presiden banyak sekali anggota kepolisian yang berjaga dan mengawasi semua mobil yang akan lewat. Mobil yang di naiki Scarlet harus melewati tiga kali pemeriksaan untuk memastikan tidak ada benda-benda berbahaya di dalam mobil mereka.

    Sesampainya juga di depan rumah besar Presiden, mereka harus melewati pos pemeriksaan di depan gerbangnya. Pemeriksaan berjalan lancar, mobil yang dinaikinya juga masuk ke dalam halaman rumah Presiden tanpa hambatan.

    Scarlet segera keluar dari mobilnya dan berjalan mendekati pintu rumah yang besar bak istana. Di depan pintu itu berdiri dua orang pengawal yang sedang bertugas memeriksa setiap tamu undangan yang masuk. Scarlet berdiri di jalur antrean untuk menunggu gilirannya.

    Saat sampai di depan kedua pengawal itu, mereka menghentikannya dengan sopan. Scarlet memandang kedua lelaki itu dengan mencoba menunjukkan senyuman paksanya.

   “Sebutkan namamu, Nyonya,” ucap salah satu pengawal yang ada di depannya.

   Scarlet terdiam. Ia membuka tas pestanya, mengeluarkan tanda pengenalnya dan memperlihatkannya kepada pengawal itu.

   “Nyonya Pattinson?”

   “Benar. Itu namaku,” ucap Scarlet dengan senyuman paksa yang dikeluarkannya.

   “Maaf Nyonya Pattinson, boleh aku melihat kartu undanganmu?”

   "Kartu undangan?" tanya Scarlet seperti kebingungan.

    Ia bahkan tidak berpikir kalau pemeriksaan kali ini akan berjalan lancar. Hanya berharap pada perkataaan bosnya kalau semuanya telah di siapkan untuk misinya kali ini.

    Kedua lelaki itu mulai menatap Scarlet dengan wajah yang mencurigai, karena Scarlet masih melihat ke arah mereka dan belum memberikan kartu undangannya ke pada mereka.

    "Maaf Nyonya Pattinson, kau harus memberikan kartu undangannya sebelum masuk. Aku mohon cepatlah, karena di belakangmu masih banyak para tamu yang mengantre."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status