Share

Get into a trap

    Dengan kekesalannya, Scarlet berjalan menuju toilet untuk menenangkan dirinya sebentar dan juga tentu saja untuk memasang alat pelacak yang telah di tempelkan di kerah kemeja Don Carlos. Ia mengeluarkan alat pendengar kecil dan memasangkannya di telinganya untuk mendengar apa yang dilakukan oleh Don Carlos. Tebakannya benar kalau Don Carlos pasti akan menemui Alexander untuk bernegosiasi lagi.

   Melalui alat pendengar itu Scarlet bisa mendengar apa yang mereka bicarakan, dan sepertinya kedua lelaki itu sudah tidak berada di dalam ruangan yang bising dengan suara musik. Dari percakapan mereka Don Carlos menawarkan kebebasan anaknya untuk di tukarkan dengan kekayaan miliknya, tapi Alexander menolaknya dengan serius. Melalui perkataan Alexander yang terdengar sedikit samar-samar membuat Scarlet tertegun saat menyadari suara Alexander sedikit tak asing di telinganya. Dia segera keluar dari toilet dan mencari keberadaan Alexander yang sebenarnya. Scarlet berjalan memasuki ruangan-ruangan yang sepi untuk mencari mereka.

    Di halaman samping rumah besar itu Scarlet melihat Kedua Alexander dan Don Carlos yang sedang berjalan masuk kembali ke dalam ruangan. Pembicaraan mereka telah selesai dan Alexander menolak dengan tegas tawaran yang di berikan Don Carlos.

    Scarlet yang begitu ingin menghabisi Alexander, mengikuti kedua lelaki itu yang berjalan keluar rumah meninggalkan acara yang masih ramai. Dengan menjaga jarak diantara mereka, ia berjalan pelan mengikuti kedua lelaki itu sampai mereka masuk ke dalam satu mobil dan pergi dari sana. Agen khusus yang bertugas menjadi sopirnya untuk malam itu segera menjemputnya di depan rumah begitu Scarlet keluar.

    Scarlet memerintahkan agen wanita itu untuk mengikuti mobil yang ada di depan mereka dan menjaga jarak agar tidak membuat target waspada. Di dalam mobil, Scarlet melepaskan topeng pengganggu wajahnya dan menukar dress yang di pakainya dengan setelan hitam yang sering dia pakai saat menjalankan misi.    

    Topeng penutup wajah yang dia minta sediakan oleh bos telah berada bersama-sama dengan setelannya, lengkap dengan senjata miliknya. Bukanlah hal yang biasa bagi Scarlet jika ingin membunuh dengan menutupi wajahnya, tapi karena kali ini musuhnya sendiri tidak pernah menunjukkan wajahnya maka Scarlet pun harus menyembunyikan wajahnya sendiri sebelum mengetahui bagaimana wajah dari Alexander yang asli.

    Di persimpangan jalan, mobil yang mereka ikuti berhenti dan keluar salah satu lelaki yang di duga sebagai Alexander. Namun lelaki yang keluar dari mobil bukanlah lelaki yang memiliki sepasang mata hijau tosca yang tajam. 

   “Terus ikuti mobil itu dan menjaga jarak darinya,” ucap Scarlet memerintahkan agen wanita yang menyetir.

    “Misiku hanya mengantarmu ke acara bukan menemanimu mengikuti sebuah mobil.”

    “Kau hanya perlu menurunkanku saat orang terakhir di dalam mobil itu keluar, lalu kau boleh meninggalkan aku.”

    “Baik. Anggap saja kali ini aku membantumu.”

    “Berhenti!” ucap Scarlet saat melihat mobil yang tak jauh di depannya memasuki pintu gerbang rumah.

    Begitu mobil di hentikan, Scarlet segera keluar dan berjalan menyembunyikan dirinya di bawah pohon yang tidak terkena cahaya lampu. Ia memperhatikan rumah yang baru saja dimasuki Alexander, menunggu waktu yang tepat agar rencananya bisa sempurna.

    Lampu yang berada di dalam rumah itu telah di padamkan. Saat yang tepat untuk memulai aksinya. Ia berjalan ke samping rumah yang memiliki pagar beton sebagai pembatas antara halaman rumah dan jalanan raya. Bagi Scarlet, pagar beton adalah hal yang mudah untuk di lewatinya. Tubuhnya yang kecil dan ringan memudahkannya untuk memanjat. 

    Ia mengambil beberapa langkah ke belakang untuk memberikannya jarak yang bagus agar bisa melompat dan melewati penghalang yang ada di depannya. Dengan cepatnya kaki Scarlet berjalan tiga langkah di dinding beton itu dan membuatnya berhasil meraih puncak pagar beton itu. Tak menunggu lama, ia bergerak cepat, memindahkan tubuhnya ke seberang dan mendaratkan kakinya di halaman rumah.

    Merasa ada hal yang aneh dengan suasana di sekitar rumah itu, Scarlet berjalan mengendap-ngendap sambil mencari jalan agar ia bisa masuk ke dalam rumah itu. Beberapa pintu dan jendela di rumah itu tertutup rapat dan terkunci, tapi bukanlah Scarlet namanya jika tidak bisa membobol pintu rumah itu.

    Ia menggunakan keahliannya dalam membuka pintu rumah di bagian belakang dengan mematikan alarmnya terlebih dahulu menggunakan sebuah alat yang sudah disiapkan. Dengan pelan ia membuka pintu yang sudah tidak terkunci lagi dan masuk ke dalam rumah itu. 

    Ruangan gelap yang ia masuki membuatnya semakin berhati-hati berjalan agar tidak menjatuhkan beberapa barang yang ada. Ia mengeluarkan senjata yang di selipkan di samping pangkal kakinya dan mengarahkan ke depan. Setiap ruangan yang dia periksa tidak ada siapapun disana. Di lantai dua rumah itu, ia menaiki anak tangga dengan perlahan dan mendapati pintu kamar yang sedikit terbuka. 

    Melihat pintu kamar yang saat itu terbuka, Scarlet semakin berhati-hati berjalan masuk ke dalam kamar itu. Di dalam kamar yang hanya memiliki cahaya lampu yang redup membuatnya melihat seseorang yang terbaring di atas ranjang dengan selimut yang menutupi semua tubuhnya. Saat ia hendak menembakkan pelurunya ke arah orang tersebut kepalanya di sentuh oleh sesuatu benda kecil yang keras dari belakang.

    “Jika kau bergerak sedikitpun, aku akan membuat otakmu terpancar keluar,” ucap seorang lelaki yang entah bagaimana telah berdiri di belakang sambil membidikkan pistol ke kepalanya.

    Scarlet terdiam. Ia mengangkat ke dua tangannya ke atas dengan perlahan.

    “Berikan pistolmu padaku,” pintah lelaki itu lagi.

    Scarlet membalikkan badannya untuk melihat wajah lelaki yang ada di belakangnya. Lelaki yang kini berada di depannya bukanlah lelaki bermata biru laut yang diincarnya. Ternyata kedua lelaki itu sudah mengetahui keberadaan Scarlet yang mengikutinya. Mereka dari awal sudah menukar pakaian dan berpindah posisi tempat duduk sebelum salah satunya keluar dari dalam mobil. Lelaki yang bermata biru laut yang di incar Scarlet telah turun dari mobil tanpa membuka topeng yang di pakainya agar Scarlet masuk ke dalam jebakan mereka. 

    Saat lelaki yang menodongkan pistol ke kepalanya hendak mengambil pistol dari tangan Scarlet, dengan cepat Scarlet melepaskan pistolnya dan menahan tangan lelaki yang memegang pistolnya. Ia menendang dengan kuat ke bagian perut lelaki itu dan memutar tangan lelaki itu sehingga membuat pistolnya terjatuh. Lelaki itu memukul dengan keras ke bagian perut Scarlet sehingga membuatnya terlempar ke belakang.

    Keduanya kini saling berhadapan tanpa memegang pistol di tangan mereka masing-masing. Sementara kedua pistol mereka terjatuh di lantai di tengah-tengah jarak mereka berdiri. Lelaki itu berusaha untuk mengambil pistolnya di lantai, tapi Scarlet dengan cepat menendang pistol itu agar menjauh dari jangkauannya.

    Satu tangan lelaki itu bergerak cepat dan menarik kaki Scarlet dengan kuat sehingga membuatnya terjatuh di lantai. Kepala Scarlet terbentur di lantai dan membuatnya terdiam sejenak karena benturan di kepalanya. Lelaki tersebut mengambil kesempatan itu dengan duduk di atas tubuh Scarlet sambil memukul wajahnya. Satu pukulan yang keras di wajah Scarlet membuat wajahnya terlempar ke samping. Sedangkan penutup wajahnya telah berhasil di lepaskan lelaki itu.

    “Hanya seorang wanita ingin membunuhku? Kau terlalu bodoh!”

    “Apa seorang jenderal tidak pernah membunuh wanita?”

    “Belum, tapi akan aku lakukan sekarang,” ucap lelaki itu dengan mencekik leher Scarlet begitu kuat.

    Berat badan lelaki itu membuatnya kesulitan bergerak, di tambah lagi cengkeraman jemarinya membuat Scarlet kesulitan bernafas. Tangannya yang menahan kedua tangan lelaki itu tidak bisa melepaskan cengkeraman yang setiap detiknya menekan tulang lehernya.

   Ia mengambil sebuah pisau kecil di samping pahanya yang sudah dia siapkan dan menusukkannya ke perut lelaki itu beberapa kali sehingga membuat cengkeraman di lehernya terlepas. Darah mengalir sangat banyak di perut lelaki itu, ia berdiri dari tubuh Scarlet dan menjauhinya sambil menahan bagian perutnya yang telah di basahi dengan darah akibat luka tusukkan pisau.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status