Ia berjalan kembali ke dapur menemui Nathania dan membereskan piring makanannya. Scarlet menariknya keluar dari rumahnya dan mengunci pintu rumahnya. Ia keluar dari bagasi di samping rumahnya dengan motor hitam besarnya. Ia keluar dari halaman rumahnya diikuti dengan Nathania yang membawa mobilnya dari belakang. Scarlet dengan cepat membawa motornya, menyelip di antara mobil-mobil yang berada di jalanan. Ia berusaha menjauhi mobil Nathania agar tidak sampai bersamaan dengannya di depan gedung besar yang merupakan samaran dari markas mereka. Namun keahliannya Nathania dalam membawa mobil dan mengetahui jalur-jalur jalan membuatnya bisa mengejar motor Scarlet.
Keduanya sampai di depan gedung besar secara bersamaan. Scarlet mengacuhkannya dan berjalan memasuki gedung itu sampai menuju ke dalam markas mereka. Saat mereka berdua masuk, bos sudah menunggu kedatangan mereka dengan wajahnya yang datar.
“Scar ... apa kau sudah menem
Di dalam tong sampah Scarlet mulai merasakan kalau tong yang ia masuki sedang bergerak. Seorang petugas kebersihan mulai mendorong tong sampah yang di masuki Scarlet dan membawanya ke bagian belakang dapur untuk membuang semua sampah ke saluran pembuangan. Saat petugas sampah membuka penutup tong, Scarlet dengan cepat berdiri sehingga membuat petugas kebersihan itu terkejut. Ia memegang kepalanya dan memutar dengan kuat sehingga petugas tersebut segera meninggal. Scarlet keluar dari dalam tong itu dan membersihkan kotoran yang menempel di pakaiannya. Ia mengangkat petugas kebersihan itu dan melemparkannya ke dalam saluran pembuangan sampah agar tidak diketahui orang lain. Di atas dinding terdapat sebuah lorong kecil tempat saluran udara yang menghubungkan ke beberapa ruangan di dalam penjara itu. Ia mendorong tong sampah yang ada di sampingnya dan menaikinya. Melalui saluran udara itu Scarlet masuk dan merayap di dala
“Jangan bercanda! Tembak mereka,” teriak Scarlet dengan suara lantang. Richard segera mengambil pistol yang berada di samping paha Scarlet dan mulai menembak mobil di belakang mereka. Namun tak ada satupun mobil yang terhalang karena tembakannya selalu meleset saat Scarlet membelokkan motornya untuk menghindari hujan peluru dari belakang. Merasa kesal dengan kemampuan menembak Richard, Scarlet memerintahkan Richard untuk memegang kemudi motor dari belakang. “Apa yang akan kau lakukan?” tanya Richard yang bingung dengan posisi mereka saat itu. “Berikan pistolnya padaku dan bawa motornya,” ucap Scarlet mengambil pistolnya. Richard dengan cepat membungkukkan badannya ke samping untuk meraih pegangan setir motor yang ada di depan. Sedangkan Scarlet yang telah melepaskan tangannya dari setir m
“Em, Nona ... kau membawaku di hotel?” Scarlet tak punya pilihan lain selain menempatkan Richard di sampingnya dan membiarkan lelaki itu hidup sedikit lama agar bisa mendapatkan apa yang dia inginkan. Apalagi berita tentang masalah yang dia sebabkan di penjara Colorida sudah tersebar di seluruh media masa. Ia terpaksa harus ekstra hati-hati dalam menunjukkan dirinya di depan publik jangan sampai dikenali oleh orang lain. Ia melepaskan borgol di pergelangan tangannya dan mengaitkannya di tiang besi ranjang, membiarkan Richard duduk di atas ranjang dengan nyaman. “Hubungi Don Carlos dan minta dia menemuiku sendirian,” ucapnya melirik ke arah telepon yang terletak di atas meja kecil yang tak jauh dari Richard. “Apa kau tak takut Don Carlos akan menemukan lokasi kita berdua.” “Aku hanya ingin dia tau kalau kau masih hidup dan bersama dengan or
Tap ... tap ... tap ... Langkah kaki yang anggun, lekukan badan yang indah berbalut gaun mini berwarna hitam yang menonjolkan lekukan tubuh mungil yang berbentuk layaknya gitar spanyol, berjalan dengan gemulainya di sepanjang koridor kamar hotel. Wajah yang cantik dengan bibir merah yang terbentuk sempurna tersenyum saat langkah kakinya berjalan dengan anggun. Tsst ... tssstt ... “Scar? Apa kau mendengarku?” “Diamlah bos, aku bisa bekerja sendiri,” ucap Scarlet memegang alat pendengar yang di selipkan di telinganya. “Scar, aku ini bosmu kau harus mendengarkan perintahku. Setelah kau membunuhnya kau harus cepat keluar dari sana.” “Maaf bos suaramu seperti lebah, aku tidak bisa mendengarmu. Tenang saja, aku bisa menyelesaikan semuanya, sampai jumpa,” Scarlet tersenyum
Scarlet menarik tangannya ketika mendengar perkataan lelaki itu. Dia membalikkan badannya, dan berjalan mendekati lemari pakaian yang sangat besar. Di bukanya lemari pakaian itu, dan di dalamnya terdapat setelan pakaian hitam berbahan lateks dengan model yang sama. Scarlet segera berpakaian dan menekan tombol yang ada di dalam lemari itu sehingga membuka suatu ruangan kecil di dalam lemari yang di penuhi dengan berbagai macam alat-alat canggih dan senjata-senjata yang tertata rapi menempel di dinding-dinding lemari itu. Scarlet mengambil dua buah senjata lalu menyelipkannya di samping pahanya. Dia segera keluar dari ruangan itu dan menutup kembali lemarinya. Sementara alat kecil di atas meja dengan suara seorang lelaki tidak berhenti mengoceh dan memanggil-manggil namanya. “Scar? Jika kau tidak menjawabnya, aku sendiri yang akan menjemputmu!” “Maaf bos, aku baru selesai mandi,” ucap Scarlet berjalan santai merapikan pakaian
Di atas ranjang Scarlet membuka pelan matanya dengan tubuh yang tertidur menyamping. Di pergelangan tangannya terpasang selang infus yang mentransferkan sekantong darah yang masuk melalui nadi besar di tangannya. Scarlet berdiri dari ranjang, menggerakkan seluruh badannya. Luka di bagian belakang seakan tidak di rasakannya, dia melepaskan selang infus yang menancap di pergelangan tangannya dan berjalan mendekati pintu. Namun sebelum dia mendekati pintu, seorang wanita masuk dan melihatnya dengan cemas. Wanita yang bertugas sebagai dokter untuk semua agen, memastikan kesehatan dan mengobati agen yang terluka, berjalan menghampirinya. “Sudahku duga, kau bisa pulih secepat ini. Bagaimana perasaanmu? Apa kau merasakan kesakitan?” tanya wanita itu memperhatikan seluruh bagian tubuh Scarlet. “Apa yang kau lakukan padaku?” tanya Scarlet datar. “Aku merawatmu, aku
Dengan cepat Scarlet meluncur di seutas tali besi itu. Dia melayang di udara dengan berpegangan pada tali yang membawanya ke gedung yang ada di depannya. Saat Scarlet berada di depan gedung itu, dia melepaskan pegangannya dan mendaratkan kakinya di atas gedung. Bagaikan seorang yang ahli dalam segala hal, dia membuka pintu dan mematikan alarm pengaman dengan sebuah alat kecil yang di hubungkan ke mesin alarm. Pintu terbuka tanpa mengaktifkan alarm pengaman. Scarlet memakai kacamata inframerah agar bisa melihat di dalam kegelapan. Cahaya merah yang berad,a di sudut atas dinding itu membuat langkahnya terhenti. Dia mengatur langkahnya agar CCTV tidak dapat menjangkau dirinya. Setelah berhasil lolos, dengan cepatnya Scarlet menuju ke ruangan tempat penyimpanan file sesuai dengan denah lokasi yang diingatnya. Tak ada sesuatu yang terjadi dengan misinya kali ini,
Setelah menyelesaikan misinya, Scarlet kembali ke hotel. Telinganya yang sejak tadi berdengung membuatnya sulit mendengarkan suara-suara yang ada di sekitarnya. Bahkan dering panggilan masuk di Hpnya tidak di hiraukannya karena semakin lama telinganya merasakan kesakitan. Dia membasuh wajahnya di dalam kamar mandi dan membersihkan dirinya dari semua kotoran yang menempel pada tubuhnya. Kebiasaan yang sering di lakukan Scarlet saat menyelesaikan misinya adalah dengan merendam tubuhnya di dalam bathup sampai akhirnya dia tertidur sendiri. Belum lama dia tertidur, keringat mulai keluar dari pori-pori kulitnya. Mimpi yang membuatnya tersiksa setiap kali dia tertidur adalah kenyataan yang dia bawa sampai ke alam bawa sadarnya. Memimpikan bagaimana dia besarkan dan dilatih dengan cara yang kejam, memimpikan bagaimana dia membunuh sahabat yang tumbuh besar bersamanya. Begitu potongan-potongan mimpi itu menunjukkan Scarlet membunuh seora