Share

7

Bab 7: Zafril

"Sudahlah, Fiya. Sekarang, kita harus fokus dengan persidangan ini. Dan kau jangan berkeliaran tak tentu arah di sini tanpaku. Di sini, kau akan bertemu dengan lelaki bajingan yang suka mengincar gadis perawan sepertimu dan kau juga akan bertemu dengan ramai pewaris perusahaan yang tampan dan berkeperibadian baik. Jadi, pastikan kau sentiasa berada di sisiku agar lelaki hidung belang tidak akan berani untuk menghampirimu," bisik Vivian dengan suara yang tegas. 

"Iya, aku tau. Mereka tidak akan pernah berani untuk mengusik apa pun yang menjadi kepunyaaan Dato' Vivian Adrienne Loh, pemilik perusahaan manufaktur tekstil ternama di Malaysia dan China sepertimu, sahabat," ujar Safiyya sambil tersenyum manis memandang wajah Vivian. 

"Bagus. Aku akan melindungi dirimu atas permintaan Abang Mikail. Tidak, jujur saja aku memang ingin melindungimu kerana kau terlalu mudah mempercayai orang. Jadi, mari kita memasang wajah penuh arogan dan dingin supaya lelaki-lelaki itu tidak akan mengerumuni kita seperti hyena yang kelaparan," bisik Vivian perlahan. 

"Alright, my dear. Let's go." ajak Safiyya. 

Langkah kaki dua wanita itu penuh rasa percaya diri saat memasuki aula hotel yang mewah itu. Tatapan mata mereka dingin dan penuh berkuasa sehingga setiap lelaki yang ada di aula itu melirik penuh minat ke arah mereka. Namun, tatapan dan aura berkuasa yang ditunjukan Safiyya sirna saat dia melihat hiasan, dekorasi dan susunan meja dalam aula itu. Hasil dekorasi itu berjaya menimbulkan rasa kagum dalam hati Safiyya. Tiba-tiba ada seorang lelaki menghampiri dan menyapa mereka. 

"Hai, maafkan aku. Kamu  Vivian, kan?" sapa seorang lelaki. 

"Hey, Zaf. Apa yang kau lakukan di sini?" balas Vivian dengan nada terkejut. 

Safiyya tidak kenal dengan lelaki itu. Jadi, dia hanya menatap wajah lelaki itu dan tersenyum nipis tanda hormat. Namun wajah Vivian sudah bertukar dari wajah serius menjadi wajah yang sangat ramah. Jadi, itu bermakna Vivian dan lelaki itu memang saling mengenal. Bisa Safiyya katakan bahwa Vivian sangat gembira bertemu dengan lelaki asing itu. Yah, menurut Safiyya lelaki itu juga kelihatan sangat tampan. Dengan wajah tampan, senyuman yang manis, kulit sawo matang yang menguarkan daya tarik yang menggoda, garis jambang yang kemas serta tubuh yang kekar dengan tinggi tubuhnya 185 sentimeter sememangnya mampu mencairkan hati makhluk lawan jenis bernama wanita. Malah lelaki itu juga bisa di bilang lebih tampan dan maskulin berbanding pria misterius yang dia bertemu semalam. Tapi entah mengapa, Safiyya merasakan lelaki misterius yang dia bertemu semalam itu lebih menarik rasa ingin tahunya. Dalam arti kata lain, Safiyya lebih tertarik untuk mengenal lelaki misterius itu. Mungkin karena mereka sudah memiliki momen 'buruk' bersama. Atau mungkin karena mereka sudah berbagi kehangatan? 

'Apa aku sudah gila? Kenapa aku perlu ingat tentang lelaki brengsek itu? Sadar, Safiyya. Kau ke sini untuk urusan kerja dan lelaki itu tidak lebih dari kenangan burukmu.' batin Safiyya membentak. 

Safiyya menggelengkan kepalanya berulang kali. Dia tidak sadar lelaki asing yang berada di hadapannya sedang memandang penuh minat ke arahnya. 

"Kamu baik-baik saja kan?" Lelaki asing itu bertanya pada Safiyya membuatkan Safiyya kaget. 

"Hah? Apa?" Safiyya bertanya kembali kepada lelaki itu. Wajahnya  kemerahan menahan malu. 

“Fiya, kau kenapa? Muka kau kelihatan sangat merah. Apa kau sudah jatuh hati sama Zafril?" usik Vivian sebelum tertawa kecil. 

Pertanyaan yang berunsur usikan dari Vivian memburukkan lagi keadaan. Rona pipi Safiyya semakin merah dan dia hanya mampu tunduk memandang lantai aula hotel itu. 

"Vi, kamu terlalu kejam sama sahabatmu ini. Oh, iya. Namaku, Tengku Zafril Zulkarnain. Kamu bisa memanggilku Zaf. Namamu, siapa?" tanya Zafril dengan sopan dan ramah. 

“Safiyya. Namaku Nur Safiyya." balas Safiyya ringkas. 

"Namamu indah sekali. Boleh aku  memanggilmu dengan nama Fiya? Supaya terdengar lebih akrab dan mesra." Zafril bertanya sebelum tersenyum menggoda. Safiyya terdiam dan akalnya buntu menyusun kata-kata untuk membalas pertanyaan Zafril. 

"Zaf, hentikan godaanmu sebentar. Kau bisa melanjutkan godaanmu itu usai persidangan ini. Sekarang, aku dan sahabatku ini mau duduk sebelum semua tempat diduduki orang lain. Aku tidak mau duduk satu meja dengan pria hidung belang, oke." sela Vivian. 

"Kalau begitu, kau dan sahabatmu yang cantik ini bisa duduk satu meja denganku." pelawa Zafril. Bibirnya murah dengan senyuman yang masih tidak sirna di wajahnya. 

"Oke. Itu lebih baik berbanding kami harus duduk satu meja dengan Om gendut di meja sana." kata Vivy sambil matanya memberi isyarat kepada Zafril untuk melihat meja di ujung aula. 

"Itu Pak Pram. Dia baik, Vivy. Biarpun dia sudah punya empat istri tapi menurutku, dia baik hati. Asal kamu tau aja, dia itu tidak pernah mengincar gadis-gadis tapi gadis-gadis itu sendiri yang mau menjadi istri mudanya," ujar Zafril dengan tenang. 

"Ah, semua lelaki akan selalu mempertahankan diri dengan kata-kata seolah-olah hanya perempuan yang jalang karena memikat mereka." marah Vivy sambil duduk di kursi yang cantik berbalut kain berwarna putih. Bukan itu saja, sisi kerusi itu juga dihiasi dengan hiasan bunga-bunga kecil yang segar.

'Sudah seperti acara pernikahan aja. Tapi entah kenapa aku rasa suka dengan design seperti ini,' bisik Safiyya di dalam hati. 

"Vi, apa kamu anti poligami?" tanya Zafril ingin tahu. 

"Tidak, Zaf. Aku tidak peduli jika dia ingin bernikah dengan berapa orang sekalipun. Tapi lebih baik jika dia bernikah dengan perempuan yang seumuran dengannya. Tapi, kau sendiri tau kan, tiga istrinya itu lebih muda dari umur anaknya sendiri. Dia benar-benar memilih pucuk muda." sela Vivian. 

"Sudahlah, Vi. Kita tidak usah masuk campur urusan orang, ya. Lagipun, acara akan bermula dalam lima menit lagi. Jadi, kau harus tenang. Jika perasaanmu hancur berantakan gara-gara Pak Pram, sia-sia saja kamu ke sini. Coba lihat Fiya. Dia begitu menikmati ketenangan dan keindahan aula ini. Dia tampak lebih cantik dan pribadinya lebih menyamankan berbanding dengan dirimu, Vi" ucap Zafril dan matanya tidak lepas dari menatap wajah Safiyya. 

Safiyya hanya diam dan tersenyum nipis saat mendengar pujian Zafril. Sejujurnya dia tidak tahu balasan kata-kata yang sesuai untuk membalas pujian lelaki itu. Lelaki itu memang ahli dalam mengatur kata terhadap lawan jenisnya. 

"Jika kau begitu berminat dengan Safiyya, kau harus bertemu Tan Sri Ibrahim dan Puan Sri Hafizah di Kuala Lumpur. Dan jangan lupa minta izin dari Mikail," kata Vivian dengan serius. 

"Aku bisa aja, Vi. Asalkan Safiyya setuju. Fiya, kamu setuju?" tanya Zafril. 

Matanya bersinar penuh harapan. Mata Zafril melirik ke arah Safiyya yang masih tenang. 

"Aku…" 

"Ladies and Gentlemen…" 

Belum sempat Safiyya menjawab pertanyaan Zafril, pembawa acara sudah memulakan acara persidangan. 

"Oh, acaranya sudah bermula," kata Vivian. 

Safiyya lega karena dia tidak perlu menjawab pertanyaan Zafril. Nyata di  mata Safiyya bahwa raut wajah Zafril saat itu kelihatan sangat kecewa.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status