'Dàmn he's so hot.' Batin Meg menjerit kencang.
"Heiiiii kenapa sayang, kau terpesona dengan sepupu tampanku, ini?" Ashton tertawa melihat Meg mematung setelah berkenalan dengan Benedict.
"Ah tidak, Ash, bagiku kau yang tertampan." Dusta Meg.
"Aku tahu, itu sebabnya kenapa aku begitu mencintaimu, sayang. Aku sudah tidak ingin yang lain, Meg." Ashton memeluk Meg dengan erat.
Sedangkan mata Meg masih memandang Sosok Benedict dengan tatapan lapar. Walaupun tubuhnya dipeluk oleh Ashton namun hatinya mengembara ingin bermain-main dengan Benedict. Pria misterius yang sangat mempesona. Hatinya tergelitik untuk bisa lebih dekat dengan Benedict. Atau bila ada kesempatan, ia ingin berdekatan denganya memadu kasih, gila memang. Pikiran Meg sudah gila tanpa dirayu, Meg sudah luluh dalam sekali pandang. Ashton memang tampan tapi Benedict jauh lebih mempesona dan menantang. Andaikan yang menjadi tunangannya adalah Benedict sun
"Pagi sayang?" "Pagi." "Kenapa, hum?" "Ah tidak apa-apa, Ash." "Semalam kau tidak tidur nyenyak, kenapa?" Ashton menggenggam tangan Meg. "Mungkin kecapek'an, Ash. Aku akan susah tidur kalau kecapek'an."Dusta Meg, sebenarnya ia terbayang-bayang dengan Benedict. Pagi ini Ashton dan Meg sudah berada di ruang makan untuk sarapan, sedangkan Benedict dan Jack Garner belum juga kelihatan. "Brenda, Opa belum turun juga?" Ashton bertanya kepada kepala pelayan keluarga Garner. "Belum, tuan muda. Biar saya panggil dulu." "Oke. Sekalian panggil juga Ben untuk segera turun." Mendengar nama Benedict di sebut oleh Ashton, Meg teringat adegan panas di dapur, yang membuat moodnya hancur. Namun pagi ini ia harus terlihat cantik untuk meninggalkan kesan yang bagus di mata Benedict. Semoga bisa menarik perhatian Benedict, do'a Meg dalam bathin."
Meg menatap lapar tubuh kekar Benedict yang basah dengan air, ekor matanya tak bisa berpaling, dari sebuah karya seni yang diciptakan oleh Tuhan secara sempurna. "Pagi, Meg?" "Pa pagi Ben." Meg grogi ketika berada di dekat Benedict. "Kau mau renang?" "Ah tidak." Meg menggeleng. "Sayang sekali." "Ke kenapa?" Meg penasaran. "Aku pikir kamu mau menemaniku untuk berenang, karena Julia kecapek'an setelah semalaman kita bercinta dan Ashton tidak tahu pergi entah kemana. Berenang sendirian membuat moodku jelek." Benedict menenggak air mineral dari dalam botol, gerakan jakunnya yang keatas dan kebawah terlihat sangat séksi di mata Meg. "Aku bisa menemanimu, Ben." "Hmmm," Benedict menoleh. "Eh itu kalau kamu mengijinkanku untuk----" "Ganti bajumu, ayo kita berenang bersama." Wajah Meg langsung menyemburat merah, senyuman meng
"Apa yang sedang kalian lakukan?" Meg serasa terjatuh ke dalam jurang yang paling dalam. Ia langsung panik dengan kedatangan Ashton yang tiba-tiba sedangkan bikini yang ia kenakan sudah terbuka. Meg langsung meneggelamkan dirinya ke dasar kolam untuk merapikan bikininya. "Hai Ash, mau gabung?" "Ben, bisa jelaskan padaku?" "Apa, kau minta penjelasan apa, hum?" Ashton menatap tajam Ben. "Sayang apa yang lau lakukan, jangan menuduh kami yang bukan-bukan. Tadi Ben menolongku, mataku terkena sesuatu dan disini tidak ada siapa-siapa. Kebetulan Ben lewat bersama Julia. Kalau kau tidak percaya, kau bisa tanya Julia nanti. Tapi kau sudah membuat hatiku terluka dengan prasangka burukmu itu." Drama dimulai, Meg mulai mengeluarkan air mata palsunya. Ashton yang melihat Meg menangis langsung terjun ke kolam memeluk Meg. "Sudahlah, jangan menangis, maafkan aku karena cemburu jadi berpikir yang aneh-an
"Take me to the bed, Ben." "Meg, kauuuu." Benedict mengerling nakal. "Aku serius, Ben." Meg memandang Benedict penuh harap. "Tapi kakimu----" "Akan membaik, kalau kau membawaku ke ranjangmu." Meg merapatkan tubuhnya kepada Benedict. "Kau menantang bahaya, Meg." "Aku suka menantangmu, Ben." Meg mengatakannya dengan sedikit mendesah. "Are you sure?" Meg mengangguk. "Hampir tiap malam aku memimpikanmu." "Benedict melepaskan pelukannya dari Meg. Ia berjalan mundur ke belakang sambil merentangkam tangannya. "Come on in." Meg langsung berlari ketika Benedict membuka pintu kamarnya, ia sedikit meloncat lalu menggantungkan tanganya ke leher Benedict, kedua kakinya melingkar di perut six packnya Benedict. "Kau sangat ganas, Meg." Benedict terkekeh melihat tingkah Meg yang sudah bernafsu. "Karena aku sudah memendamnya c
+21!!! "Ashton, aku merindukanmu, Ash. "Benedict bergumam sambil megingat kenangan empat tahun yang lalu."Ben, halooo. "Rihana menjentikkan tangannya beberapa kali ke depan wajah Benedict. "Ah hai, Ana." "Ada apa, kenapa melamun?" "Ituuu." Benedict menggaruk rambutnya yang tidak gatal. "So, apa tujuanmu datang kemari?" "Aku merindukanmu, Ana." "Rihana memutar bola matanya malas "Gombal "Sungguh, aku tidak bohong selain ada pertemuan bisnis aku juga sangat merindukanmu?""Oke, kita lanjutkan saja ngobrol kita, di dalam ruang kerjaku." "Ide bagus." Benedict langsung mencium pipi Rihana. "Heii apa-apaan, kau ini." Rihana mendengus kesal. "Ha ha ha itu hukuman karena kau telah mengabaikanku, dalam beberapa minggu ini." "Cih alasan." Rihana mengusap pi
21+!!! Rihana membalas küluman bibir Benedict, menariknya menggigit pelan bahkan saling menautkan lidahnya. Gaun Rihana terjatuh di atas lantai. Benedict mengangkat pàntat Rihana dan kemudian meletakkanya di atas ranjang. Benedict segera melepas jas dan kemejanya, ia juga tidak sabar membuka celananya yang sudah terasa sesak. 'Yes, harus kudapatkan malam ini!' Pekik batin Benedict.' Melihat Rihana terbaring pasrah, payüdaranya yang menyembul dari bra berwarna hitam itu membuat junior Benedict semakin keras. Benedict menarik bra Rihana lalu membuangnya asal. Napas Rihana mulai tersengal melihat bayangan junior Benedict dari balik boksernya. Napasnya semakin melaju ketika Benedict mulai menindih tubuhnya. 'Sial kenapa dia sangat menggairahkan.' Jerit batin Rihana. Ia mendongak ketika bibir Benedict sudah mendarat di lehernya, menyapu tiap inci kulitnya. Rihana terpekik,ketika Benedict mulai mengusap ujung buah d
21+!!!Tusukan lidah Benedict semakin cepat dan tidak beraturan, ia mengerahkan kemampuannya untuk menaklukan Rihana lewat permainannya. Dari pertama bertemu, Benedict menginginkan hubungan yang lebih dari sekadar teman biasa, entah itu hubungan jangka pendek atau pun panjang."Bennnn." Rihana beberapa kali tersentak, pikirannya melayang dengan sejuta fantasi. Ia mengerang, menegang lalu lemas. Benedict benar-benar tidak memberinya kesempatan untuk kembali ke titik kewarasannya. Rambut tebal Benedict menjadi pelampiasan tangan Rihana yang menariknya dengan kuat.Setelah di rasa cukup, Benedict membalik tubuh Rihana, ia ingin memulainya dari belakang. Kepala Rihana ia tumpukan di bantal, kakinya ia tekuk seperti sedang bersimpuh, Benedict membelai lembah terlarang Ri
New York City. Garner Tower Building. "Pagi, seksi." Benedict menepuk pantat kyle, sekretarisnya di Garner Corp. "Pagi, pak." Kyle kelihatan sangat senang, ia tidak marah dengan perlakuan Benedict padanya, Kyle bahkan sengaja membusungkan dadanya, kemeja ketat yang ia pakai, hampir terbuka karena kancingnya tertekan oleh push up bra. Beberapa kali, Kyle merayu Benedict, tapi usahanya sia-sia karena mendapat penolakan Benedict. Tidak disangka, Benedict yang terkenal playboy itu membatasi dirinya untuk tidak mempunyai hubungan khusus terhadap sekretaris atau koleganya. "Ada yang penting, hari ini?" "Nona Barbara, menunggu anda di dalam, pak?" "Barbara?