Share

6. Bertemu Karin

"Beréngsek, kenapa nggak di angkat, sih, teleponnya. Huft … udah ditungguin satu jam juga belum datang." Seorang wanita cantik nan séksi yang mengenakan lingeri merah itu menghentak-hentakkan kakinya sambil ngomel-ngomel karena orang yang ditunggunya di kamar hotel tidak kunjung datang.

Di kafetaria hotel nampak Risa dan Danu sedang melihat buku menu untuk memilih makanan yang mereka pesan.

"Sayang, mau pesan apa?" Danu bertanya kepada Risa, pasalnya sudah sepuluh menit berlalu istrinya itu belum menyebutkan menu apa yang akan dipesan.

"Mmm … sup labu dan french toast, untuk minumnya jus jeruk aja."

"Cuma itu aja, kok sedikit amat? Nanti nggak cukup lho, kalau dibagi sama dedeknya." Danu bertanya sambil mengelus perut Risa yang masih datar. Seketika wajah Danu memucat ketika pandangannya tertuju kepada sosok wanita cantik yang baru keluar dari lift hotel. Mata cantik itu menatap tajam kearah tangan kanan Danu yang berada di atas perutnya Risa.

"Mas kenapa, mukamu kok pucat? Mas sakit?" Risa bertanya sambil memegang wajahnya Danu.

"Lihat apaan sih?" Sekali lagi Risa bertanya.

"Nggak pa pa, mungkin karena sudah lapar. Perut Mas sedikit kembung." Danu segera menarik tangannya dari perut Risa setelah tatapan tajam mata sang kekasih seolah mengulitinya.

"Kalau gitu biar aku panggil pelayan biar pesenan kita dicepetin." Risa mengangkat sebelah tangannya ke atas sambil membalikkan badannya. Ia terbelalak ketika melihat teman lama yang sangat dirindukannya terlihat sedang berdiri mematung di depan pintu lift hotel.

"Karin …." Risa setengah berlari menghampiri Karin teman baiknya ketika duduk di bangku sekolah menengah atas dulu. "Ya Tuhan … kemana aja sih lo, gue kangen banget tahu. Lo kayak ngilang ditelan bumi setelah gue nikah, bahkan nomor ponsel elo juga nggak aktif." Risa memeluk Karin erat sambil memberondong segudang pertanyaan.

"Ternyata bawel elo masih utuh ya, walaupun udah nikah. Satu-satu dong kalau nanya, sampai bingung gue."

"Hehehe, maaf ya, abis seneng banget gue bisa ketemu sama elo disini setelah dua tahun nggak ada kabar. Sini, sini, makan bareng kami, Mas Danu juga pasti seneng banget bisa ketemu elo." Risa menarik tangan Karin untuk mengikutinya.

"Tapi Ris …."

"Serah, gue nggak terima penolakkan dari elo TITIK."

Danu terlihat gelisah setelah melihat Risa menarik tangan Karin mendekat ke meja di mana dirinya dan Risa sedang makan siang.

"Mas lihat, siapa ini, tara …." Risa seolah memberikan kejutan kepada Danu.

"Eh kamu kan … siapa, ya?" Danu pura-pura tidak kenal.

"Ish, masih muda udah pikun. Ini Karin mas, Karin temen aku waktu SMA. Dulu sering jalan bareng sama kita waktu kita masih pacaran."

"Oh … Karin yang dulu itu, ya? Hai Karin, apa kabar?" Danu mengulurkan tangan kepada Karin.

"Hai juga Kak Danu, kabar baik." Karin menerima uluran jabat tangan dari Danu.

"Udah deh kayak sama siapa aja. Nggak usah formal-formal kali. Sini Rin, duduk, kita makan bareng ya?"

Karena meja makannya berbentuk bundar, Karin duduk di antara Risa dan Danu. Dengan wajah yang tersenyum manis di bawah meja makan, tangan Karin meraih tangan Danu dan menggenggamnya. Wajah Danu menegang dengan aksi nekat Karin.

"Kenapa Mas, kok pucat lagi? Masih sakit perutnya? Jangan bengong aja, cepet diabisin dong, biar perutnya nggak kembung."

"I-iya, Sayang."

"Oh ya, Rin, mau pesen apa?"

"Gue masih kenyang, pesen jus jambu aja deh."

"Uluh-uluh, body udah kayak gitar spanyol gitu kok masih aja diet. Ngiri banget deh sama elo. Beruntung banget cowok yang jadi suami elo."

Ah biasa aja kali, elo berlebihan, Ris. Lagian gue masih singgle kok."

"What … masih singgle, belum married dan nggak punya pacar? Bisa-bisanya sih Rin. Kriteria elo yang kek gimana sih, gue pengen tahu."

"Umum aja Ris, cinta dan sayang ama gue. Soal mapan itu relatif, asal dia mau kerja keras demi gue dan anak-anak gue kelak itu sudah cukup."

"Uh, so sweet … by the way, mau nggak lo gue kenalin? Temennya mas Danu banyak yang masih jomblo. Ya kan, Mas, coba Mas pilihin dong buat dikenalin ke Karin. Siapa tahu jodoh."

"Uhuk-uhuk." Danu yang sedang minum langsung tersedak mendengar permintaan Risa.

"Hati-hati, Mas! Kenapa sih Mas, hari ini Mas kok tingkahya aneh?" Risa mengelap ujung bibir Danu yang basah.

"Makasih, Sayang." Danu secara reflek memegang tangannya Risa yang sedang membantunya membersihkan noda kopi. Di sisi lain, wajah Karin berubah muram melihat kemesraan pasutri yang ada di hadapannya.

"Ehem …." Karin menginterupsi kegiatan mereka.

"Eh, maaf Rin, gue nggak bermaksud mesra-mesraan di depan elo, hehehe." Risa tertawa untuk mengurangi kecanggungngan, sedangkan Danu kembali pucat wajahnya ketika mendapatkan tatapan tajam dari Karin.

"Santai aja kali, Ris, dari dulu juga udah biasa." Di bawah meja makan, tangan Karin kembali meraih tanganya Danu. Karena cemburu, Karin sengaja meletakkan tangannya Danu di atas permukaan pahanya yang mulus. Hari ini karin memakai bawahan rok di atas lutut, sehingga ketika ia duduk akan dengan mudah tersingkap ke atas.

"Ehem …." Danu menelan salivanya berulang-ulang karena suasana yang menegangkan ini. Satu sisi tegang karena sentuhan mulus kulit Karin yang membuatnya bergàirah, sisi yang lain tegang karena takut perbuatan mereka diketahui istrinya.

"Apalagi sih, Mas, tenggorokan Mas kering, ya? Makanya minum air putih aja, jangan minum kopi biar pedesnya ilang."

"I-iya, Sayang, maaf hari ini Mas bikin kamu khawatir terus." Danu segera menarik tanganya dari paha mulus Karin untuk menerima uluran segelas air putih dari Risa.

"Rin, elo berhutang banyak penjelasan ke gue. Pokoknya elo harus jelasin sedetail-detailnya, ke mana aja elo selama ini dan kenapa kayaknya gue rasa elo menghindari gue."

"Maaf Ris, gue ada alasan yang nggak bisa gue ungkapin ke elo."

"Alasan apa sih, Rin? Dari dulu kita selalu berbagi rahasia. Sekarang apa bedanya? Walaupun sekarang gue udah nikah tapi itu nggak bakal berubah. Ya kan, Mas?" Risa melirik ke arah Danu.

"Itu terserah Sayang sama Karin aja. Urusan wanita, Mas nggak bakal ganggu."

"Tuh kan, elo denger sendiri suami gue nggak masalah."

"Maaf Sayang, Mas harus kembali ke kantor, jam istirahat Mas udah hampir habis." Danu berpamitan sambil mengecup pucuk kepala Risa." Duluan ya, Rin." Danu berpura-pura pamitan kepada Karin.

"Iya Mas, hati-hati." Ucap Risa dan Karin bersamaan. Mereka bertiga saling berpandangan.

"Eh maksud gue, Kak. Elo sih, Ris, dari tadi mesra-mesraan mulu. Gue jadi ikut kebawa elo manggil kak Danu jadi Mas." Mendadak keadaan hening.

"Ahahaha, santai aja kale … gue nggak segitu cemburunya. Apalagi sama elo Rin, kita kan udah kayak saudara sendiri. Nggak usah canggung gitu, dong? Oh ya, gimana ngobrolnya kita sambung di rumah gue, kayaknya nggak cukup waktu kalau kita ngobrolnya di sini. Elo nginep ya, di rumah gue."

"Nginep …?"

BERSAMBUNG.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status