Share

7. Menginap

"Oh ya, bagaimana kalau ngobrolnya kita terusin di rumah gue, kayaknya nggak cukup waktu kalau di terusin disini. Nginep ya … di rumah Gue?"

"Nginep?" Danu dan Karin kompak menjawab bersamaan.

"Iya, nginep. Kenapa reaksi kalian berdua aneh? Kayak udah janjian gitu." Risa mengerutkan keningnya.

"N-nggak gitu, Ris. Gue cuma ada urusan sama temen." Karin tergagap.

"Temen yang lebih penting dari gue? Setelah dua tahun nggak pernah bertemu? Lagian elo singgle, pasti nggak ada janji sama cowok, kan?" Risa memasang wajah kecewa.

"Eh, itu …." Karin melirik Danu.

"Sayang, Mas ke kantor sekarang, ya? Mas, nggak ikutan urusan wanita." Danu mengelus pundak Risa dan setengah berlari keluar dari kafetaria hotel.

"Em … iya deh, gue nginep di rumah elo nanti malam." Karin tidak punya pilihan lain.

"Ye … gitu dong, bff." Risa melompat girang.

'Hh, elo yang ngundang gue ke rumah elo, Ris. Jangan salahkan kalau suami elo nyuri kesempatan buat bermesraan sama gue.' Karin tersenyum mengejek. Ia sedang menyusun rencana untuk mencari cara agar nanti malam ia bisa memadu kasih dengan suami sahabatnya.

"Kok bengong, ayo Rin. Taksinya udah siap di depan."

"Eh iya, ayo."

***

Sesampainya di rumah Risa. Bunyi dentingan notif ponsel berbunyi beberapa kali, menandakan banyaknya pesan yang masuk.

"Kenapa nggak dibuka, Rin? Siapa tahu penting." Risa heran karena Karin seolah tak terganggu dengan notif pesan yang berbunyi beberapa kali.

"Ah, paling notif grup olshop, nawarin barang. Biarin aja, sekarang kan tanggal tua. Nggak boleh khilaf belanja." dusta Karin, padahal ia sangat yakin notif itu dari Danu.

"Oh, ya udah, aku ambilin minum dulu, ya?"

Sepeninggal Risa. Karin buru-buru membuka notif pesan yang terkirim padanya.

Danu:

[Sayang, tolak aja, ajakan Risa untuk nginep.]

[Cari alasan, Yang.]

[Bisa bahaya, Mas nggak tahu cara ngadepin kalian berdua kalau sampai beneran nginep.]

[Mas, bisa nggak tahan untuk ….]

[Hubungan kita bisa terbongkar.]

[Sayang.]

[Yang.]

[P]

[Telat, Risanya ngotot. Aku nggak bisa nolak. Lagian aku kangen sama Mas. Curi waktu ah, biar bisa anuan sama Mas. 😁😁 ] Send.

Setelah membalas pesan dari Danu, Karin segera memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas sebelum Risa bertanya yang macam-macam kepadanya.

"Kenapa ketawa-ketawa sendiri? Kek sedang menang lotre." Risa datang membawa nampan yang berisikan aneka camilan dan dua gelas minuman dingin.

"Ah, enggak kok, cuma inget kenangan kita dulu waktu sekolah."

"Sebelum kita terusin ngobrolnya minum dulu gih, cobain juga kuenya. Itu hasil gue uprek di dapur, alias diy, hehehe."

"Em … enak kok. Nggak pernah mengecewakan. Selalu enak, kue buatan elo. Karin mengunyah bolu kukus buatan Risa. "Ngomong-ngomong, rumah elo bagus juga ya, Ris? Gue kira minimalis yang bikin sumpek. Nyatanya nyaman dan elegan.

"Biasa aja, Rin. Yah … walaupun tak semewah rumah Papa, tapi cukup nyaman, kok. Mas Danu telah bekerja cukup keras untuk mencukupi kebutuhan kami tanpa menerima bantuan apa pun dari Papa. Gue cukup bangga dengan kerja kerasnya."

"Ceile … yang bucin." Berbanding terbalik dengan ucapan mulutnya, sebenarnya Karin sangat cemburu dan iri kepada Risa. 'Seharusnya gue yang nikmatin ini semua, bukan elo, Ris.' batin Karin.

***

Malam harinya, Risa menyiapkan banyak menu makanan untuk menyambut kehadiran Karin setelah dua tahun mereka tidak pernah bertemu. Sebagian ia masak sendiri dengan dibantu Karin dan sebagian lagi ia pesan dari penjual makanan onlinè.

"Tinggal nunggu Mas Danu pulang." Risa merapikan bajunya yang sedikit kusut.

"Emang nggak lembur?" celetuk Karin tanpa sadar.

"Nggak, kan tahu elo disini. Eh, kok elo tahu kalau mas Danu suka lembu? Padahal gue belum cerita."

"Eh … nebak aja, sih." Karin terlihat gugup.

"Kirain," Risa tersenyum. "Singkron, nggak? Baju dan make up gue." Risa memutar badannya.

"Ng …?"

Tipe rumah minimalis yang menyatukan ruang tamu dan ruang makan yang hanya dibatasi rak buku menjadikan suara mobil Danu yang berhenti di halaman rumah terdengar jelas oleh Risa dan Karin.

"Akhirnya yang ditunggu udah pulang." Risa berjalan keluar diikuti Karin dibelakangnya.

"Mas, pulang …." Sudah menjadi kebiasaan Danu ketika sampai di rumah akan mengatakan kalimat yang sama kepada Risa.

"Udah pulang, Mas." Risa dan Karin menjawab bersamaan. Lagi-lagi mereka bertiga kembali berpandangan dengan ekspresi wajah yang berbeda-beda.

BERSAMBUNG.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Mimah Sirian
pekak kali bukan peka
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status