Share

8. Drama Makan Malam

"Udah pulang, Mas." Risa dan Karin menjawab bersamaan. Lagi-lagi mereka bertiga saling berpandangan dengan ekspresi yang berbeda-beda.

Hening.

"Ahahaha, makanya, Rin, elo musti cepet cari calon suami, biar nggak salah manggil terus. Masak dari tadi siang elo manggil suami gue dengan panggilan, Mas. Ngarep ya jadi istrinya mas Danu, atau elo mau jadi madu gue? Kalau elo mau, gue seneng banget. Biar bisa bebas tugas dari sini terus bisa pulang ke Jakarta nemenin Papa." Danu dan Karin kaget dengan kata-kata yang meluncur bebas dari mulut seorang Risa Aulia.

"Ris!"

"Yang." Danu dan Karin menjawab di waktu yang bersamaan. Wajah keduanya terlihat pucat.

"April mop … duh gue cuma bercanda, Rin. Jiwa jomlo elo udah meronta-ronta minta suami tuh, bibir bilang asyikan jomlo tapi yang di dalam hati maunya punya suami ye, kan …."

"Aduh Sayang … nggak lucu tahu." Danu merasa lega setelah mendengar pengakuan Risa kalau baru saja melontarkan sebuah candaan kepada mereka.

"Maaf-maaf ya, Rin, sekali lagi maaf, beneran gue cuma bercanda tadi."

"Nggak pa pa Ris, gue tahu kok." Karin memasang senyum palsu. 'Dan maaf aja, Ris, elo udah bikin gue sakit hati. Nanti malam elo harus menebusnya dengan minjemin suami elo ke gue.' batin Karin.

"Maaf ya, Mas? Kalau tadi bikin mas senam jantung. Mandi dulu, gih, makan malamnya udah siap." Risa meraih tangan Danu untuk dicium, kebiasaan lama yang tidak pernah ia lakukan lagi setelah mengetahui perselingkuhan Danu. Risa lalu membawa tas kerjanya Danu untuk dibawa ke kamar.

"Eh iya, Sayang." Danu menghindar dari tatapan matanya Karin yang penuh amarah.

"Sebentar ya, Rin, gue urus dulu laki gue." Risa berjalan menuju kamarnya sambil menggandeng tangan Danu dengan mesra yang membuat Karin semakin cemburu.

Setelah selesai mandi, Risa kembali ke ruang makan sambil memeluk lengannya Danu dengan erat. Entahlah, malam ini ia hanya ingin mengikuti kata hatinya.

"Duh ternodai mata gue dengan kemesraan kalian berdua." Karin mencoba basa-basi.

"Maaf ya, Rin, bukan maksud gue untuk lebay di depan elo, ini bukan kemauan gue. Kayaknya ini kemauan dari dedek bayi, deh." Risa mengelus perutnya yang masih datar.

"Elo hamil?" Karin berlagak tidak tahu tentang kehamilan Risa.

"Iya, Ante, enam bulan lagi kita ketemu, ya?" Risa menirukan suara seorang anak kecil.

"Selamat ya, Ris, gue ikut seneng." Karin memeluk Risa.

"Ya udah, yuk makan dulu. Mas, udah lapar, Sayang." Danu menarik kursi untuk Risa.

"Makasih, Pa. Ayo, Ante juga duduk." Risa masih bersuara bak anak kecil yang membuat Karin semakin muak.

"Ehm …" Danu bergerak gelisah setelah merasakan Karin menggodanya dengan menggesek-nggesekan ujung kakinya di permukaan pangkal pahanya. Sedangkan Karin berpura-pura sibuk makan sambil ngobrol dengan Risa.

"Mas, kepedesan, ya? Minum dulu, Mas." Risa menyodorkan segelas air putih ke arah mulut Danu.

Karin semakin kesal dengan pertunjukan romantis yang ada di depan matanya.

"Dulu gue kira Mas Danu itu sukanya ke elo, Rin. Abisnya gue lihat cara mas Danu lihat elo itu beda. Kayak tatapan memuja gitu. Nggak taunya, Mas Danu, malah nyatain cintanya ke gue." Risa menyenderkan kepalanya di bahu Danu.

'Emang suami elo bucin kepada gue, Ris. Bahkan sampai sekarang.' batin Karin berkecamuk.

"Apaan sih, Sayang. Dari dulu Mas sukanya ke kamu aja, kok." Danu mencubit hidung Risa.

"Bener?" Risa terkekeh dan Danu menjawab dengan anggukan.

Tenggorokan Danu terasa tercekat ketika kaki Karin semakin jahil dengan menggerakan ujung kakinya kedalam pangkal pahanya Danu.

"Mas, aku mau kerupuk, tolong dong ambilin di belakang."

"Iya, Sayang." Danu bernapas lega setelah bisa menghindar dari kaki jahilnya Karin.

Makan malam berlanjut dengan obrolan dan candaan ringan dengan perasaan yang berbeda dari pikiran mereka bertiga masing-masing. Risa dengan perasaan entahlah. Danu dengan perasaan gelisah dan Karin dengan perasaan marah dan cemburu.

Setelah makan malam selesai, Risa membersihkan alat makan bekas mereka dengan bantuan Karin. Sedangkan Danu seperti kebiasaannya setelah makan ia akan pergi ke samping rumah untuk merokok.

Tiba-tiba saja, Karin memeluk Danu dari belakang.

"Karin sayang." Ucap Danu setengah berbisik, tanpa membalikkan badannya ia hafal dengan ukuran tangan dan parfum kekasihnya.

"Jangan begini, bahaya Sayang." Danu membalikkan badannya, menatap wajah cantik kekasihnya dibawah sinar temaram lampu yang ada di teras depan rumah.

"Mas jahat, aku cemburu, aku kangen, Mas." Karin merengek manja bersandar di dada bidangnya Danu."

"Maaf, Sayang." Danu berkata dengan setengah berbisik.

"Emang Mas nggak kangen? Punyaknya Mas aja udah keras begini. Jangan mengelak mas." Karin sengaja membelai dadà Danu untuk memancing gàirahnya.

"Iya, tapi …." suara Danu tercekat merasakan belaiàn tangan Karin yang menghanyutkan.

"Lingeri merahnya aku bawa kemari lho, Mas." Karin semakin menggoda Danu.

"Kamu memang selalu berhasil menggodaku, Sayang, Mas rasanya udah nggak kuat lagi." Suara Danu menggeram menahan nàfsu.

"Kalau gitu?"

"Sayang, masuk dulu, nanti Risa bisa curiga. Mas akan cari cara biar nanti malam kita bisa ehm … bercinta hehehe."

"Oke." Karin tertawa senang mengacungkan ibu jarinya dan segera berlari masuk ke dalam rumah.

BERSAMBUNG

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Steven Wungkana
hy dj shjsnxbdhd djx
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status