Share

PEWARIS DALAM BAYANGAN
PEWARIS DALAM BAYANGAN
Penulis: Tias Yuliana

PROLOG

Kraak!

Sepasang pintu ganda lemari kayu setinggi dua meter dibuka dengan penuh tekanan. Dia singkap deretan baju dan gaun yang tergantung di sana hingga menampakkan pintu lain yang tersembunyi di balik lemari. Kedua telapaknya meraba-raba sambungan panel penutupnya hingga menemukan satu titik yang terasa berbeda, menekannya, lalu, “Klik!”

Panel di dinding itu terbuka secara otomatis. Lampu berpendar dengan cahaya putih yang menerangi ruangan berukuran dua kali dua meter tersebut. Dia melintasi deretan gaun yang tersingkap dan masuk ke balik panel dinding yang terbuka. Deretan senjata api dari berbagai merek dan seri tertata rapi pada rak khusus di dinding lengkap dengan peralatan penunjangnya.

Perempuan itu menarik sebuah tas ransel hitam dan mulai mengisinya dengan DVL-10M3. Senapan penembak runduk terbaru buatan Rusia itu segera membuatnya jatuh cinta. Bobotnya ringan dengan jarak tembak sampai satu kilometer. Dia menimang-nimang amunisi dan bergegas menyelipkannya ke dalam tas. Tangannya kembali terangkat, bergerak statis mengikuti deretan peralatan optik, komunikasi, dan navigasi. Tangkas dia meraih bipod, peredam, teropong, dan radio untuk digunakan dalam kondisi darurat.

Kini, dia berjongkok di lantai, berusaha membongkar komponen senapan itu dan memasukkannya ke dalam ransel hitam bersama perlengkapan lainnya. Perempuan itu bangkit kembali untuk meraih dua buah MAG4, memeriksa amunisinya, dan memasukkan pistol itu ke dua kantung khusus di belakang korset.

Layar monitor di dekat tempat tidurnya menampakkan gambar elang Jawa dengan nada bip keras. Dia tekan tombol enter, gambar mulai buram dan berganti sesosok wajah yang tersamar gambar mozaik.

“Kekacauan apa yang baru saja kau timbulkan?” suara robot itu serak dan nyaring, disusul denging dari pengeras yang menggema.

Refleks perempuan itu mengernyit dan menutupkan kedua tangan ke telinga. Sial.

“Kau mengumpat padaku?” pekik sosok di monitor dengan nada tajam.

“Ya?” Perempuan itu berpura-pura tak mendengar.

Sosok di monitor berbicara cepat. “Bagaimana kecelakaan itu bisa terjadi? Itu tidak ada dalam rencana kita!”

“Yah, aku tahu. Mereka mengetahui identitasku. Jadi aku harus melakukan improvisasi,” desahnya.

“Improvisasi?” pekik sosok dalam monitor. “Kecelakaan itu memakan empat nyawa!”

Perempuan itu membeku. Dia mendengar suara derap langkah kaki di depan rumahnya. “Bisa kita langsung saja? Aku sedikit sibuk di sini.”

Sosok dalam monitor mendesah. “Kau harus membereskan kekacauan yang kau timbulkan!“

Tatapan perempuan itu mengeras. Dia kokang MAG4-nya, mematikan komputer, dan mulai menyalakan tombol merah yang terpasang di bawah meja. Timer mulai menghitung mundur. Dia kenakan jaket kulit dan menyandang tas ransel berisi sejumlah senjata yang sudah dia siapkan.

Seseorang, tidak, sejumlah orang berusaha menerobos dan mendobrak pintu rumahnya tanpa banyak bersuara.

Perempuan itu mengenakan kacamata gelap dan mulai memacu motornya menjauh. Dia berhitung dalam hati, lima ... empat ... tiga ... Duaarr!!!

Ledakan terdengar dari rumah yang baru saja dia tinggalkan. Asap hitam dan bola api terlihat membubung dari kejauhan.

“Aku tidak suka berhitung sampai satu,” bisiknya sambil menarik tuas gas motornya semakin kuat.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status