Share

3

Ini adalah hari ke tujuh dan jatuh pada hari minggu. Dari semalam Yana dibuat tak nyenyak tidur. Dia berusaha mati-matian menghindari Han, menghindari bertatap mata dengan suami yang begitu baik padanya. Entah saat makan malam bersama, menonton televisi, atau bahkan di ranjang mereka berdua. Selama seminggu ini Yana merasa seperti seorang pesakitan yang menjijikkan.

Yana begitu ketakutan. Dia merasa sang suami akan mampu mengetahui rahasianya, bahkan hanya dengan memandang mata atau sekadar menyentuh kulit tangan Yana. Perempuan bertubuh sekal semampai itu begidik dibuatnya.

“Ada yang ingin kau bicarakan denganku, Sayang?” selidik Han saat memperhatikan istrinya yang terus-menerus murung dan gelisah.

Yana terbelalak. Dia tak mungkin membicarakan masalah yang menimpa dirinya dengan sang suami. Siapa yang tahu bagaimana reaksi Han nanti? Yana bahkan masih belum mengenal Han terlalu dalam.

“Tapi, aku membutuhkan bantuan!” desah Yana dalam hati. “Aku bisa saja melaporkan ini kepada polisi sebagai kasus pemerasan dan ancaman, tapi ... Han tentu akan tahu, bahkan orang-orang akan tahu. Tidak!”

Yana kembali meremas-remas tangannya sambil menggigiti bibir.

“Yana?” Han mengguncang lembut bahu istrinya.

Yana berjengit dan menjauhkan diri dari tangan Han, membuat pria beralis lebat itu berkerut dan sedih.

“Ma-af,” ucap Yana lirih, “Aku ... sedang PMS! Aku butuh waktu untuk menenangkan gejolak hormonku yang kacau.”

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Suwati van Rooij
nice writing
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status