Share

14

Ben duduk di sebuah kursi kayu berpolitur di ruang makan. Tubuhnya tertutup selimut katun dengan punggung yang melengkung. Di kedua tangannya yang gemetar, tergenggam erat secangkir cokelat hangat. Kedua lutut pemuda itu terus saja bergemeletuk, tak bisa berhenti dari bergerak-gerak.

“Jadi, kau?”

“Aku buta? Iya! Apalagi yang ingin kau tahu, Begundal?”

Baviaan masih duduk di kursi roda elektriknya dengan kedua tangan tersilang di dada menghadapi Ben yang masih kebingungan dengan wajah pucat. Tak jauh dari mereka, Kunto duduk di sebuah sofa berlengan sambil bertopang kaki. Kedua tangannya tertaut ke lutut. Wajah kantuk kepala rumah tangga dengan rambut perak sedikit awut-awutan itu masih menampakkan keterkejutan. Pria yang biasa tampil sempurna itu, kini sampai melupakan untuk bersalin pakaian. Kaca mata Kunto tertambat di pangkal hidung dengan asal. Sesekali dia mendenguskan napas tertahan sambil memperhatikan kedua pria yang sedang bersitegang tersebut.

Tias Yuliana

Sudah cukup membuat penasaran dan bergairah belum, ceritanya? Tinggalkan komentar dan rate terbaik kalian ya ...

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status