Begitu mereka tiba di lantai berikutnya, matanya tanpa sengaja mengarah pada sebuah kedai makanan tengah menjual sesuatu yang menarik perhatiannya. Mungkin saja itu bisa membantu Stefani mengurangi rasa laparnya, yang dia yakin sekali kalau Stefani berusaha mengabaikan keinginannya untuk makan siang di restoran tadi. Dalam hati dia merasa agak bersalah setelah mengatakan kalau dia tidak akan bisa menemani Stefani makan di restoran itu karena dia tidak akan bisa menyantap makanan yang ada di hadapannya nanti.
"Tunggu di sini. Aku akan segera kembali." ujarnya, sebelum meninggalkan pacarnya yang tampak kebingungan dengan perkataannya tadi. Lalu dia berjalan dengan cepat ke kedai makanan tadi dan ikut mengantri di belakang seorang pria dewasa yang tengah menggendong anak perempuannya. Dia melihat nama 'Sweet and Salty Crepes' tertulis di dekat kasir, sementara salah satu pegawai kedai itu tampak sibuk menyiapkan makanan yang belum pernah dia lihat sebelumnya.
Stefani memandangi langit malam yang dipenuhi dengan banyaknya bintang yang bertebaran di langit. Dia mengarahkan tangannya ke arah salah satu bintang yang menarik perhatiannya; berwarna merah kebiruan dan cahayanya yang terlihat agak samar, berbeda dengan bintang lainnya yang dia lihat."Andai bintang yang aku lihat saat ini itu nyata. Mungkin aku bisa berharap sesuatu dengan bintang itu. Misalnya, keabadian atau sihir?"Kamu yakin dengan pilihanmu itu?"Siapa itu?" tanyanya, menoleh ke belakangnya. Namun dia tidak menemukan siapa pun di sana. Merasa kalau itu hanya sekadar perasaannya, dia kembali mengarahkan pandangannya ke bintang berwarna merah kebiruan yang entah bagaimana terlihat lebih terang dari sebelumnya, hingga dia terpaksa harus memicingkan kedua matanya karena sinarnya terlalu menyilaukan matanya.Perlahan, bintang itu semakin mendekat ke arahnya, disusul dengan sinarnya yang semakin terang. Saat dia
Kriiing!!!Suara alarm berhasil menyadarkan Stefani dari mimpi anehnya. Tubuhnya masih terasa berat entah mengapa, dan dia mulai membuka kedua matanya, terkejut melihat sosok laki-laki asing yang masih memeluknya dengan kedua matanya yang terpejam. Lalu dia merasakan sesuatu di dalam tubuhnya dan dia melirik ke bawahnya, kembali terkejut melihat tubuhnya kini telanjang dengan selangkangannya yang masih menempel pada selangkangan laki-laki yang tidur di hadapannya.Dia segera mematikan alarm yang berasal dari ponselnya, yang entah bagaimana bisa berada di atas nakas. Otaknya lalu berusaha mengingat apa yang terjadi sampai dia berada di posisi seperti ini. Seingatnya, dia hanya mencium leher laki-laki yang bernama Aaron itu dan merasakan darah laki-laki itu. Setelah itu apa ya?Dia memejamkan kedua matanya, mencoba mengingat semuanya. Satu per satu ingatannya akan kejadian sebelum dia tidur mulai muncul dan kini terbentuk sempurna men
Stefani tidak menjawab pertanyaan Aaron. Matanya masih sibuk mengamati tubuh atas Aaron, yang tampak begitu menggoda di matanya itu. Sesekali dia menjilati bibir bawahnya, sambil tangannya bergerak perlahan mengelus otot dada dan perut laki-laki itu, yang terasa begitu padat dan kuat itu."Hngg… Stefani? Tanganmu bisa… berhen-... Hmmm….""Melihat pemandangan menarik di depan mataku seperti ini? Kayaknya mustahil deh." katanya, segera mengarahkan bibirnya ke perut laki-laki itu dan menjilatinya perlahan. Dia memejamkan kedua matanya, menikmati setiap kali lidahnya menyentuh tubuh Aaron secara langsung, disusul dengan suara desahan Aaron yang terdengar menikmati gerakan lidahnya itu. Aroma tubuhnya masih terasa manis, sama seperti yang dirasakannya tadi malam ketika dia menyerangnya."Kita mulai lagi saja bagaimana?" tanyanya, mengelus dada kanan Aaron dan memainkan puting laki-laki itu, hingga membuat Aaron kembali mengeluarkan suara
Aaron keluar dari rumahnya dengan perasaan kesal. Padahal Stefani sendiri yang memintanya untuk menjelaskan mengenai apa yang terjadi pada perempuan itu tadi malam dan alasan mengapa dia tidak bisa mengonsumsi apa pun yang berasal dari planet yang akan menjadi tempat tinggalnya sementara.Namun, bukannya menerima penjelasannya, perempuan itu justru malah menertawakannya, seolah apa yang dikatakannya tadi adalah bagian dari lelucon yang dibuatnya."Dikiranya gampang apa, buat jelasin itu semua ke dia? Aku nggak bakal cerita kalau tahu dia bakal menertawakanku seperti tadi." dengusnya, sambil menghentikan gerakan larinya tadi dan mengubahnya menjadi berjalan normal.Dia terus memikirkan tanggapan Stefani sampai tidak menyadari kalau kini orang-orang pada sibuk memerhatikannya. Begitu menyadari kalau banyak orang yang memerhatikannya, dia merasa kebingungan karena tidak tahu apa yang membuat orang-orang membicarakannya samb
Sepertinya Aaron benar-benar menepati perkataannya. Sejak kejadian beberapa hari yang lalu, selain ciuman di pagi hari, Aaron sama sekali tidak berniat untuk menciumnya sedikit pun. Bahkan ketika dia berusaha memancingnya agar laki-laki itu mencium bibirnya, Aaron hanya membalasnya dengan mengusap kepalanya, lalu menjaga jarak dengannya dan pergi meninggalkannya begitu saja.Dia merasa kesal, namun dia bisa memaklumi alasan di balik apa yang dilakukan oleh Aaron saat ini. Selain itu, dia merasa bersyukur karena Aaron juga sudah mengizinkannya untuk tinggal di rumahnya, begitu dia mengatakan kalau apartemen tempat tinggalnya sudah diambil alih oleh James, mantan pacarnya yang sudah dipacarinya selama hampir 5 tahun itu, seolah apartemennya itu adalah milik mantannya dan bukan miliknya."Kalau begitu, mulai sekarang kamu bisa tinggal di rumahku kapan pun kamu mau. Selain itu, jauh lebih mudah bagiku untuk menerima energimu kalau kamu berada di dekatku
Keesokan harinya, dia menuruti saran Stefani membawa anak kucing itu ke dokter hewan untuk diperiksa. Menurut dokter hewan yang memeriksa anak kucing yang dipungutnya kemarin, anak kucing itu berada dalam kondisi sehat. Hanya perlu menunggu waktu untuk divaksin dan kalau sudah cukup umur akan dikastrasi. Dengan kata lain, anak kucing yang mereka pungut itu jantan, bukan betina. Dan itu benar-benar membuatnya merasa senang.Sepulang dari dokter hewan, mereka menyempatkan diri untuk mengunjungi sebuah pet shop yang terletak tidak jauh dari klinik hewan tempat mereka memeriksakan kondisi anak kucing itu dan membeli beberapa barang. Kasur, mainan, makanan, shampoo, dan yang pasti pet carrier. Setelah itu mereka pulang ke rumah dengan berjalan kaki, sementara anak kucing itu dia masukkan ke dalam pet carrier yang tadi dibelinya.Kini mereka berdua mengeluarkan anak kucing itu dari dalam pet carrier yang mereka beli tadi ke salah satu kamar kosong yang le
Tangannya lalu bergerak perlahan mengelus tubuh atas Aaron. Laki-laki itu segera mengeluarkan desahannya yang sejak pertemuan pertama sudah tidak lagi didengarnya. Suara desahan itu segera membuatnya terangsang, namun dia menahan diri untuk tidak terpancing oleh suara desahan Aaron yang terdengar begitu seksi di telinganya sembari memainkan jarinya di kedua dada Aaron yang kini bernapas tidak beraturan akibat gerakan tangannya saat ini yang bermain di kedua dadanya."Nona… Hmm… Ah…""Kenapa? Suka dengan yang kulakukan sekarang?"Aaron hanya menjawabnya dengan anggukan kepalanya sebelum kembali mengeluarkan suara desahannya. Dia terus melanjutkan gerakan tangannya, sementara matanya mengarah pada leher laki-laki itu, yang entah mengapa mengundang keinginannya untuk menggigit leher laki-laki itu. Sepertinya dia harus menanyakan hal ini pada Aaron setelah sesi mereka berakhir, pikirnya, sebelum mengalihkan perhatiannya pada telinga kan
Keesokan harinya, saat dia sedang duduk di kursi sofa sambil mengelus Alejandro yang tengah tertidur di pangkuannya, Stefani mengatakan kalau adiknya akan datang berkunjung ke rumahnya. Kedengarannya bukan sekadar untuk berkunjung, karena berikutnya Stefani menjelaskan kalau adiknya akan menginap di rumahnya sampai liburan semester adiknya berakhir. Dan sekali lagi, Stefani memutuskan hal itu seenaknya, tanpa menanyakan pendapatnya."Terus kamu kasih tahu alamatku begitu saja?" bisiknya agar tidak mengganggu anak laki-laki pertamanya yang masih tertidur lelap di pangkuannya.Stefani menganggukkan kepalanya. "Kenapa nggak? Malah lebih seru kan, rumahmu jadi ramai nanti. Apalagi Brenda itu sangat suka kucing, jadi kita nggak perlu khawatir dengan Alej–""Alejandro,