Share

Xavier Killman

The Magic of Friddenlux

Episode 2

Keesokan harinya, Audrey dan Andrew kembali ke sekolah. Setelah berminggu-minggu Audrey dan Andrew tidak bersekolah. Mereka harus sibuk mengurus neneknya yang sakit.

"Hei lihat, itu Audrey dan Andrew."

"Jadi mereka tidak jadi keluar dari sekolah ini?"

"Kenapa juga mereka harus kembali ke sekolah ini."

"Tampang mereka yang sok itu membuat ku jijik."

Bisik-bisik anak sekolah sepanjang Audrey dan Andrew berjalan di lorong menuju ke ruang kepala sekolah.

Sekarang Audrey sudah masuk di tahun keduanya sekolah, sedangkan Andrew memasuki tahun pertamanya di sekolah.

Di ruang kepala sekolah.

"Selamat datang kembali ke sekolah Audrey dan Andrew. Sebelumnya saya ingin menyampaikan bahwa kalian sekarang bersekolah disini dengan program beasiswa. Tolong jangan berulah dan terus tingkatkan prestasi kalian. Untuk Audrey tolong hindari pertengkaran, Andrew hindari pertarungan. Belajarlah dengan damai disini." kata Bu Ursey menasehati.

Audrey dan Andrew yang hanya diam saja. Diamnya mereka dianggap Bu Urshey sebagai telah paham perkataan Bu Ursey.

"Ini uang kalian untuk bulan ini. Semua uang dari Nyonya Ashley, akan di berikan perbulan. Mulai hari ini kalian adalah tanggung jawabku, aku adalah wali kalian,"  kata Bu Ursey.

"Bagaimana kami bisa percaya pada anda?" tanya Audrey.

"Maaf?"

"Anda tiba-tiba muncuk ke kehidupan kami setelah nenek meninggal, dan mengatakan anda adalah wali kami. Bagaimana kami bisa percaya itu?" tanya Audrey.

"Itu juga yang terbesit di pikiranku, mengapa nenek kami menitipkan uangnya untuk kami kepada Anda? Mengapa tidak kepada pengacara?" tanya Andrew.

"Pemikiran luar biasa, memang keluarga Jo itu adalah orang yang hebat. Jadi sekarang kalian sedang meragukanku?" tanya Bu Ursey.

"Kami di ajarkan untuk tidak percaya pada siapapun," balas Audrey.

"Prinsip hidup yang bagus, pertahankanlah seperti itu. Aku disini hanya menjalankan amanat dari Nyonya Ashley selaku atasan suamiku. Terserah kalian percaya atau tidak. Aku tidak akan berusaha membuat kalian percaya. Aku hanya mengemban tanggung jawabku," jawab Bu Ursey.

Audrey mengambil uang itu kemudian pamit keluar dari ruangan kepala sekolah. Andrew mengikutinya dari belakang.

"Andrew, sebaiknya kau menyelidiki Bu Ursey," kata Audrey.

"Tanpa Kakak pinta pun akan ku lakukan," ucap Andrew.

"Baiklah kalau begitu, aku akan masuk ke kelas dan kau juga sebaiknya kembali ke kelasmu,"ujar Audrey sambil membuka pintu kelasnya.

Andrew pun mengangguk kemudian pergi meninggalkan Audrey. Sedangkan Audrey sudah sampai di kelasnya. Saat Audrey  membuka pintu kelasnya. Semua mata tertuju padanya.

"Wah lihat siapa yang masuk kembali. Si sombong sok cantik itu."

Audrey tidak mendengarkan perkataan anak perempuan di kelasnya. Semua orang di kelas ini membenci Audrey. Entah apa sebabnya tapi semuanya memperlakukan Audrey dengan buruk.

Audrey dan Andrew selalu menjadi target pembullyan di sekolah. Tapi mereka bukan orang yang lemah. Mereka ada orang yang kuat, yang akan melawan pada mereka yang berani membully mereka.

Tapi sekarang kondisinya berbeda, Audrey dan Andrew diminta untuk tidak berulah. Walaupun mereka adalah korban, tapi jika pembullyan terjadi dan mereka melawan, maka Ibu Kepala Sekolah akan marah.

Kemudian guru masuk dan pelajaran pun dimulai. Pelajaran pertama adalah tentang sains. Audrey banyak aktif ketika pelajaran dimulai. Ia terkenal sebagai anak yang pintar. Karena itu orang banyak tidur menyukainya.

Di tengah-tengah pelajaran, tiba-tiba saja ada guru lain yang masuk membawa murid baru. Seorang laki-laki dengan ekspresi yang dingin dan memiliki paras yang tampan.

Murid baru itu terlihat seperti orang luar negeri. Ia memiliki rambut bewarna perak dan memiliki mata berwarna ungu terang. 

Semua murid perempuan menjadi histeris. Tapi ada yang lebih aneh dari pada itu. Tiba-tiba saja Julian Fang, seorang murid yang terkenal playboy dari kelas ini, berdiri.

Itu membuat perhatian tertuju padanya. Julian tampak sangat terkejut dan sedikit gemetaran. Audrey pun merasakan hal yang aneh dari Julian Fang.

"Julian Fang! Apa yang sedang kau lakukan, duduk kembali, atau kulepaskan bokongmu dari tempatnya," teriak guru fisika, yang merupakan seorang mantan pegulat.

Kemudian Julian Fang duduk kembali di tempatnya. Kini perhatian tertuju kembali kepada si anak baru. Tapi hanya Audrey yang tidak memperdulikan anak baru itu.

"Tolong perkenalkan dirimu," pinta guru.

"Namaku Xavier Killman. Aku datang dari negeri yang sangat jauh." jawabnya.

"Bisa kau ceritakan sedikit tentang cita-citamu," pinta guru kembali.

"Tidak ada, aku tidak memiliki cita-cita. Bisa aku dapatkan kursiku, aku mulai pegal berdiri seperti ini," jawab Xavier yang mulai kesal.

"Baiklah kau bisa duduk sebelah itu. Yang paling belakang dari barisan ke empat yang di sebelah kanan," kata guru sambil menunjuk dimana ia akan duduk.

Kemudian Xavier berjalan menuju kursi yang telah di tunjukkan oleh guru. Xavier duduk di paling belakang di barisan keempat, sedangkan Audrey duduk di paling depan di barisan keempat.

Guru pun melanjutkan pembelajarannya kembali. Audrey pun kembali bersinar di depan guru. Dengan kecerdasannya ia menjadi murid kesayangan para guru dan menjadi siswa yang paling dibenci oleh teman-temannya.

Di jam istirahat di kantin sekolah, Audrey tampak makan sendirian di meja yang panjang. Orang-orang rela bersempitan daripada satu meja dengan Audrey. Tapi Audrey tidak memperdulikan itu.

"Lihat ini, ada Audrey yang sedang makan. Sepertinya makananmu itu enak, ah tapi aku tidak bisa melihatnya dengan jelas. Biarkan aku melihat makananmu dengan jelas," 

Prakk..

Piring makan Audrey menjadi melayang dan makanan yang didalam itu jadi terlempar ke wajah dan pakaiannya.

"Ups maafkan aku, aku tidak sengaja. Tapi sekarang aku bisa melihat makananmu dengan jelas."

Dia adalah Rebecca Jill. Murid yang selalu melakukan pembullyan kepada Audrey. Biasanya Audrey bisa melawannya walau hanya dengan kata-kata. Tapi kali ini Audrey diam, karena tidak ingin ada masalah.

"Hei ada apa ini," tiba-tiba Andrew datang ke meja Audrey. Ia melihat Audrey yang ketumpahan makanan dan baju yang jadi kotor.

"Rebecca, pergilah! Sebelum aku melemparkanku daru atas sini," teriak Andrew.

"Cih dasar adik gantengnya itu selalu melindunginya, ayo kita pergi sekarang menjadi tidak seru," ujar Rebecca yang pergi meninggalkan tempat itu

Andrew membantu Audrey membersihkan wajah dan pakaiannya dari makanan yang tumpah. Andrew mengambil beberapa helai tissu untuk mengambil makanan yang menempel di wajah Audrey.

"Kau tidak melawannya?" tanya Andrew.

"Tidak. Aku tidak mau mengurusi hal seperti remah-remah seperti itu," jawab Audrey.

"Tapi kau mau menerimanya seperti inu terus?" tanya Andrew.

"Entahlah aku tidak bergairah. Andrew, aku seperti tidak ada tujuan hidup, aku tidak tahu apa mauku," jawab Audrey.

"Hei sudah lah, kau jangan berpikir seperti itu. Kita harus menjalani hidup kita seperti semula. Ku mohon jangan seperti ini lagi," kata Andrew.

Sementara di kelas, semua orang sedang pergi ke kantin, kecuali Julian dan Xavier. Xavier sedang duduk sambil menyilangkan tangannya. Tampak Julian yang mendatangi Xavier.

"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Julian.

"Kerjamu terlalu lambat sampai raja memintaku membantumu," jawab Xavier.

"Hei, apa itu tidak terlalu berlebihan? Untuk apa seorang pangeran sampai melakukan hal seperti ini." tanya Julian lagi.

"Apa ini membuktikan kau melalaikan tugasmu? Kau hanya bermain-main disini? Aku dengar saat datang kemari tadi, banyak yang ingin menyatakan cinta kepadamu? Apa kau datang kesini untuk jadi playboy?" tanya Xavier yang mengintimidasi.

"Tidak bukannya seperti itu," jawab Julian.

"Apapun alasannya, sekarang aku disini dan kau tidak bisa melalaikan tugasmu lagi."

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Wiko
bagus2 Novel tidak membosankan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status