Share

Serangan Pertama Rou

The Magic of Friddenlux

Episode 3

Pagi itu di kerajaan Friddenlux, tampak raja Friddenlux bernama Xion Killman sedang memandangi negerinya. 

Friddenlux adalah negeri sihir yang makmur, jaya, perekonomian yang lancar, sumber daya alam yang melimpah. Tapi itu dulu. Sekarang Friddenlux hampir dalam kepunahan. Friddenlux sudah mulai kehilangan cahaya penghidupannya. Terhitung cahaya penghidupan Friddenlux telah mencapai 30% yang menghilang. Jika terus dibiarkan maka Friddenlux bemar-benar akan punah.

Ada banyak penyihir dari negeri luar yang mengincar Friddenlux. Hal ini dikarenakan Friddenlux memiliki batu sinar harapan atau biasa disebut Lux Stone.

Konon katanya jika kau memakai Lux Stone tepat di hatimu, maka kamu akan menjadi orang dengan sihir terkuat. Maka dari itu ada banyak orang bersaing untuk mendapatkan Lux Stone di Friddenlux.

Namun untuk menemukan Lux Stone itu sangatlah susah. Hanya Raja Friddenlux seorang yang mengetahui dimana Lux Stone tersimpan.

Lux Stone hanya tercipta untuk seorang penyihir, dia adalah Arthur Johanson. Seorang ksatria sihir yang mati-matian melindungi Friddenlux dari penyihir jahat.

Arthur Johanson menggunakan Lux Stone tetap di hatinya dan berhasil mengalahkan penyihir jahat yang hendak merebut Friddenlux.

Kemudian Lux Stone bersatu dengan darah dari Arthur Johanson. Darah itu mengalir keluar dari tubuh Johanson. Lalu darah itu menyentuh tanah Friddenlux. Seketika itu juga, muncul panel pelindung keluar Friddenlux, tanah menjadi subur, dan sumber daya melimpah.

Semenjak itu warga Friddenlux mengganggap Arthur Johanson sebagai dewa pelindung Friddenlux. Namun sekarang sudah 500 tahun semenjak Arthur Johanson menjadi dewa pelindung Friddenlux. Semenjak Arthur Johanson meninggal, efek dari Lux Stone yang bersatu dengan darah Arthur mulai memudar.

Friddenlux perlahan menjadi suram, tanah yang subur perlahan menjadi kering. Sebagian mata pencaharian warga Friddenlux mulai tersendad. Hal ini membuat Raja Xion menjadi khawatir.

Jika efek daripada Lux Stone yang menyatu dengan darah Arthur mulai pudar, kemungkinan besar panel pelindung Friddenlux mulai menipis juga. Dan bisa jadi Friddenlux menjadi incaran penyihir negeri luar lagi. 

"Xavier hari ini kau kutugaskan untuk menyusul Julian Fang, bantulah dia menyelesaikan tugasnya," perintah Raja Xion.

"Baik Yang Mulia."

Itu lah mengapa Xavier datang ke dunia manusia. Julian Fang memiliki tugas menyelidiki bocornya portal sihir, yang menyebabkan beberapa monster Rou yang menyerang manusia. Dan tugas Julian Fang adalah menyelidiki keturunan Arthur Johanson di dunia manusia.

Namun sepertinya Julian Fang terlena dengan dunia manusia, sehingga tugas yang diberikan kepadanya menjadi terbengkalai. Dan juga membuat Raja Xion menugaskan Xavier untuk menyusulnya.

Kembali ke dunia dan masa sekarang.

Audrey Jo dan Andrew Jo sekarang sedang dalam perjalanan pulang dari rumah dan sekolah. Mereka berjalan kaki melewati pusat perbelanjaan.

"Andrew, kita harus belanja keperluan di rumah. Ayo kita beli beberapa," ajak Audrey.

Dan Andrew pun mengangguk. Mereka sekarang pergi ke salah satu perbelanjaan. Audrey mengambil keperluan makan dan Andrew mengambil keperluan mandi serta menyuci.

Ada banyak sekali barang yang harus mereka beli. Jadi Audrey dan Andrew membagi tugas. Setengah barang Audrey yang beli dan setengahnya lagi Audrey yang beli.

Akhirnya mereka memisahkan diri. Audrey di lorong sebelah kanan, sedangkan Andrew di lorong sebelah kiri.

"Wah ada barang diskonan, aku suka ini. Mana yang harus aku ambil ya?" gumam Audrey yang bingung hendak membeli apa.

Audrey yang tengah sibuk memilih barang kemudian dikejutkan oleh sesosok monster seperti zombie tepat di sisi kanan wajahnya, wajah zombie itu menatap Audrey.

"Kyaaa.." teriakan Audrey.

Audrey pun terjatuh. Kaki nya lemas tak berdaya. Zombie itu mulai mendekat perlahan. Yang bisa dilakukan oleh Audrey hanyalah mundur perlahan.

"Hei!" tiba-tiba Andrew datang dengan membawa trolinya melaju ke arah zombie itu hingga zombie itu terpental.

"Audrey, ini apa?" tanya Andrew.

"Aku tidak tahu. Tapi ini sekilas mirip dengan zombie. Sebaiknya kita memanggil petugas keamaan," jawab Audrey.

Akhirnya Audrey dan Andrew pergi memanggil petugas keamaan. Setelah melaporkan kejadian yang di alami Audrey. Andrew mengajak petugas keamaan untuk melihat zombie yang baru saja menyerang Audrey.

"Ah, dimana zombienya? Perasaan tadi aku membuatnya terpental hingga kesini," kata Andrew yang heran tiba-tiba zombie tadi menghilang.

"Yasudah nak, lain kali berhsti-hati lah ya," ujar petugas keamanan.

Mereka mengangguk. Kemudian Audrey dan Andrew mengantri di kasir untuk membayar belanjaan yang mereka ambil. Setelah semuanya dihitung kasir, mereka segera pulang ke rumah.

Makan malam kali ini Audrey akan memasak sup instan. Ia masih sedikit gemetaran karena baru saja mengalami hal tak terduga.

"Kyaaa!" teriak Audrey.

"Ada apa Audrey?" tanya Andrew.

"Ah bukan. Seperti nya kepalaku sedikit eror, aku selalu saja melihat zombie itu lagi, tapi ternyata aku hanya berhalusinasi," jawab Audrey.

"Sebaiknya kau istirahat lebih cepat," ucap Andrew.

"Iya sehabis makan malam aku akan langsung tidur. Tolong kunci pintu dan matikan lampunya ya Andrew," kata Audrey sambil mengambil makan malamnya.

"Iya kakak," balas Andrew sambil memeluk kakaknya.

Semenjak nenek mereka meninggal, Andrew tiba-tiba saja berubah. Yang biasanya tidak peduli pada Kakaknya, kini berubah menjadi penyayang dan manja. Tapi bukan hanya itu, kini Andrew sudah berani melindungi kakaknya.

Waktu kejadian di kantin, kalau saja bukan Andrew yang datang dan menghentikan mereka, mungkin Audrey akan menerima pembullyan lebih lama.

Dan kali ini Audrey yang di serang zombie di pusat perbelanjaan. Sungguh hal yang tak terduga banyak terjadi.

Sementara itu, di waktu yang sama, di atas gedung. Tampak Xavier dan Julian mendaratkan kakinya di atas atap gedung depan pusat perbelanjaan.

"Jadi disini energi Rou muncul, apa dia berhasil menangkap energi manusia?" tanya Xavier.

"Iya, itu berdasarkan energi yang aku rasakan." jawab Julian.

"Kalau begitu, ayo kita masuk dan mencarinya," ajak Xavier.

"Hei tunggu Xavier, kau tidak bisa masuk dengan menggunakan pakaian yang memamerkan pedang sihir seperti itu. Kau akan memancing perhatian orang," kata Julian.

"Oh baiklah, aku lupa sekarang sedang ada di dunia manusia," balas Xavier sambil menarik pita yang ada pada jubah sihirnya. Pita itu bisa menyimpan jubah sihir dan beberapa peralatan sihir.

Ketika pita itu dicabut dari jubah, maka jubah sihir yang sedang melekat pada pengguna akan menghilang. Dan secara otomatis akam tersimpan di dalam pita. 

Pita itu dinamakan Mirvon. Yang berarti harapan berdamai.

Kini Xavier telah berganti pakaian dengan pakaian yang casual. Ia memakai kemeja yang dilapisi dengan sweater, memakai celana berwarna coklat dilengkapi dengan sepatu semi sport dan formal.

Kemudian Xavier dan Julian masuk ke dalam pusat perbelanjaan. Ketika hendak masuk, tiba-tiba saja pintu depan itu terbuka dan membuat kaget Xavier.

Tentu saja Julian tidak heran dengan itu. Karena ini pengalaman pertama Xavier di dunia manusia. 

"Hei Yang Mulia Xavier Killman. Kau tidak perlu terkejut itu pintu otomatis. Dia bisa otomatis karena memindai kakimu yang masuk areanya," bisik Julian kepada Xavier.

Julain takut Xavier akan merasa malu jika Julian tidak menjelaskannya kepada Xavier. Dan jika Xavier merasa malu tanpa dicegat oleh Julian. Maka habislah sudah Julian ditangan Xavier.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status