Share

Yang Terjadi Semalam

Aku terbangun dengan puas, sudah lama aku tidak tidur senyaman ini. Matahari masuk dengan indahnya di antara sela-sela tirai putih. Nyamannya, berada di pelukannya tenyata begitu nyaman.

Pelukan? Tirai putih? Aku dimana? jeritku dalam hati. Aku segera melirik ke samping, Kenapa bisa ada dia di sampingku? Lengannya yang berat ada di pinggangku. Oh Tuhan apa yang terjadi?

Aku segera keluar dari selimut secepat tapi selembut mungkin, agar dia tidak terbangun. Suara napasnya yang teratur menyatakan kalau dia masih tertidur lelap, aku aman. Syukurlah aku masih berpakaian lengkap, dengan jasnya juga. Aku masih membutuhkan ini, aku segera beranjak meninggalkan kamarnya. 

Rumahnya begitu luas, bahkan sepertinya seluruh rumahku akan muat masuk ke ruang tamunya.

"Wah, ini baru rumah." ucapku tertahan, tapi aku harus segera berkonsentrasi, aku mencari tasku dan sepatuku, semua ada di sofa. Aku harus segera pergi dari sini.

Astaga apa yang aku lakukan di rumahnya, kenapa aku bisa berada di sana? pikirku sambil menatap keluar, angin sepoi-sepoi menerpa wajahku ketika Aku berada di metromini menuju rumahku. Semoga tidak terjadi apa-apa, amit-amit deh! pikirku takut.

"Eh si eneng, baru pulang dari semalem nyak?" tegur Mpok Sarti tetangga seberang rumah. Aish kenapa aku pulang bersamaan dengan jadwal dia buang sampah, ucapku dalam hati.

"Iyak mpok, kemaren ujan gede aye ga bisa pulang, jadi nginep di rumah temen." jawabku segera berharap dia tidak memperhatikan jas yang aku pakai.

"Oo, di rumah temen ya?" tanyanya penuh selidik. 

"Jaketnya bagus!" serunya, sudah pasti dia memperhatikan jas ini, aku saja yang berharap matahari terbit dari barat, dia pasti akan bergosip sampai satu RT bisa tau kisahku, semoga Mama bisa menahan emosinya kali ini. Aku hanya bisa tersenyum, lalu segera masuk kedalam rumah.

Aku menuju kamarku, berharap agar Mama tidak melihat gaunku yang robek serta Jas Ethan yang aku pakai, tapi lagi-lagi harapanku pupus. Tiba-tiba telingaku dijewer oleh mama dari belakang.

"Dari mana saja kamu!" teriaknya dengan penuh emosi. Aku menjerit kesakitan.

"Sakit Mama, sakit!" jeritku memohon belas kasihannya.

"Sakit, bagus kalo sakit! papamu bisa bangkit dari kubur karena pengen jewer kamu juga!" ucapnya menghardikku. 

"Ampun Mama, sakit tau!" seruku memegang telingaku yang hampir copot.

"Ah...sekarang baru minta ampun!" serunya akhirnya melepaskan jewerannya.

"Jadi kamu kemarin dimana?" tanya mama kali ini lebih serius, ini sebenarnya lebih menyeramkan daripada mama yang langsung menjewerku.

"Kamu jadi ketemu Opa kan?" tanya Mama mengerutkan keningnya.

"Iya ketemu kok!" seruku sambil mengelus-elus telingaku yang pasti sekarang memerah.

"Trus, gimana? kamu ini pakai baju siapa? ini bukan baju laki-laki?" tanya mama memperhatikan bajuku. Dia terbelalak kaget, dan menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

"Anna Frederica, kamu semalam ngapain aja?" tanyanya dengan horor.

"Ish Mama jangan pikir macem-macem deh, dengerin dulu aku!" seruku kesal karena dia sudah berpikir macam-macam.

"Gimana ga pikir macam-macam, dah pulang pagi, tidur entah dimana, pakai baju laki pula!" teriaknya sambil kembali memukuli pundakku, sampai kebas rasanya.

"Udah Mah, aku cerita dulu!" seruku menjauhinya, lama-lama pukulan mama semakin keras saja!

"Kemarin Opa Jacob terkena serangan jantung, aku segera membawanya ke rumah sakit." jelasku sambil mengelus pundakku yang sakit.

"Hah? trus Opa Jacob gimana?" tanya mama terkejut. Aku menatapnya sinis.

"Makanya dengerin dulu baru mukul!" seruku kesal. 

"Iye... iye, maap yak!" ucap mama mengikuti gaya mpok Sarti, Aku tertawa kesal karenanya.

"Opa Jacob mau di operasi besok," jawabku sambil melepaskan jaket Ethan karena mulai terasa panas.

"Operasi jantung? wah kamu besok harus temani Opa yah, dia butuh teman pastinya," Mama mengangguk-angguk menyetujui ucapannya sendiri.

"Iya, nggak usah disuruh aku juga bakal ke sana!" jawabku menggaruk lenganku yang gatal karena terkena cap jaket Ethan.

"Trus?" tanya Mama lagi.

"Apanya yang terus?" tanyaku berlagak bodoh.

"Bajunya? Anna... bajumu kenapa?" tanya mama cepat memutar tubuhku dan melihat sobekan di gaunnya. Aish, aku lupa, karena keasyikan cerita aku lupa gaunku robek.

"Sobek! Ini baju dari kapan sih Mama?" tanyaku protes.

"Baju Mama pas gadis, tapi kenapa bisa robek, pas mama kasih ke kamu pan, masih bagus?" ujarnya menatap sobekan di gaunku yang cukup besar.

Karena cowok aneh itu, dia seenaknya menarik tanganku dengan kasar sehingga gaun ini sobek! pikirku kesal. Tapi entah kenapa bayangan tangannya yang memeluk pinggangku dan wajahnya yang pulas tertidur tadi muncul di bayanganku, astaga Anna aku membayangkan apa! jeritku dalam hati.

"Na, kenapa bajumu sobek!" tanya mama mengulang pertanyaannya. 

"Aaah, aku salah gerak sepertinya, jadi sobek." jawabku berbohong.

"Apa bahannya dah lapuk ya?" tanya mama bergumam sambil menyentuh bahan gaunku.

"Ini jas siapa? jas Opa?" tanya mama memperhatikan jas itu, sepertinya dia mengukur-ukur, dia tahu ini bukan jas Opa, sebaiknya aku jujur.

"Ini Jas Ethan." jawabku pelan, Mama segera menatapku lekat-lekat.

"Kamu sudah bertemu dengannya?" tanya Mama bersungguh-sungguh, sehingga aku merasa risih.

"Iya, sudah." jawabku lagi.

"Gimana, ganteng kan?" kata Mama dengan mata berbinar-binar. Aku menghela napas panjang.

"Kenapa ..., Mama tahu ya?" tanyaku kesal. Mama mundur sedikit lalu mengangguk.

"Kakekmu dulu sudah menceritakannya pada Mama dari Mama masih kecil, kalau anak Mama nanti akan dijodohkan dengan cucu Opa Jacob." 

"Mama, aku ga mau!" jeritku kesal. 

"Harus itu perintah Kakekmu sebelum Kakek meninggal, semoga dia tenang di sana, kamu mau didatangi Kakekmu karena dia marah?" ucap mama menakut-nakutiku

"Nggak mempan, Kakek dah tenang di surga, nggak usah bawa-bawa Kakek deh!" ucapku sebal.

"Bener ya mau di tantangin?" seru Mama lagi.

"Iya bener, aku yakin kalau Kakek sudah tenang di surga." jawabku tenang.

"Jadi semalam kamu tidur dimana?" tanya Mama tiba-tiba mengalihkan pembicaraan setelah hening beberapa saat.

"Hmmm, ya begitu?" jawabku menatap kearah yang lain. 

"Aku mandi dulu ah, dah gerah nih!" seruku mencoba mengalihkan perhatian.

"Begitu gimana?" tanya mama memegang tanganku tidak membiarkan aku pergi.

"Ya begitu," ucapku lagi, tidak bisa berbohong jika dipandangi seperti itu oleh Mama.

"Jadi kamu tidur di rumah Ethan?" teriak mama, menggelegar. Aduuuh Mama, kenapa ga sekalian teriak di masjid sana, biar sekampung tau! pikirku kesal. 

Dia mengangkat tangannya, ingin memukulku atau mungkin mau menjewerku lagi, tapi tiba-tiba dia tersenyum senang. 

"Jadi kalian sudah tidur bareng kan? bagus, jadi kita resmikan saja sekalian." ucapnya dengan penuh kemenangan. Aku memandang Mama ku yang cantik itu dengan tidak percaya, bagaimana dia bisa berpikiran seperti itu?

"Iya, kalian harus segera menikah, kita nggak tau semalam kalian sudah ngapain aja!" ujarnya singkat lalu berdiri menuju ke dapur. Aku duduk membeku memandangnya yang berjalan sambil bernyanyi kecil. 

Aku memang tidak tahu apa yang terjadi semalam, tapi bajuku utuh, pasti tidak terjadi apa-apa kan? haduuuh apa yang terjadi semalam? tangisku dalam hati.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status