Saat Daniel menanyakan hal itu, Anna keluar dari kamar dan mengambil alih Jacob. Anna hanya mendengar sekilas ucapan Daniel, tapi dia mengerti apa yang sedang dibicarakan.
"Aku ikut, saat kamu ke dokter aku ikut!" ujarnya cepat lalu meletakkan Jacob kembali ke kursinya. Batita itu kembali merenggut dan merengek, dia maunya di gendong, dia tak suka berada di kursi. Dia mulai meraung, tapi ketiga orang dewasa di sekitarnya tak ada yang peduli padanya.
"Oh... haruskah hari ini?" tanya Ethan sambil meletakkan daging asap mengepul di tengah meja.
"Ethan, kita tak tahu sampai kapan kamu akan sadar, nanti kalau kamu tiba-tiba menghilang bagaimana?" tanya Daniel dengan penuh kekhawatiran. Anna, membuat makanan untuk Jacob, lagi-lagi instan karena dia belum belanja. Ethan mencari pengalihan perhatian.
"Makan apa dia? Mengapa instan begitu? Seharusnya kamu masak makanan sehat untuknya jangan yang instan, Dani,
"Oh Anna," desah Ethan terengah-engah merasakan sentuhan Anna yang semakin mendesak. Dia semakin bersemangat untuk meninggalkan jejak di cerukan leher Anna, tapi wanita itu segera menghindar."Jangan, ah kita kan mau ke dokter, nanti malu ah," seru Anna sambil terkikik geli merasakan bibir suaminya di lehernya yang jenjang."Ish, biar saja, biar mereka semua tahu kamu ada yang punya," ujar Ethan masih mau menikmati kulit putih sempurna milih istrinya itu, tapi Anna menggeliat dengan sedemikian rupa sehingga Ethan tetap tak bisa menyesap leher sempurna itu.Dia lalu memegang kedua tangan istrinya sambil tersenyum miring. Wanita itu menatapnya dengan mata coklat mudanya yang cantik. Matanya membulat karena terkejut."Kareba bergerak terus aku akan ikat kamu!" Ethan bergaya tegas, tapi tatapan mata Anna yang memelas membuatnya tidak tega, dia mendengus lalu menyerah."Aku menc
"Anna, kamu tahu sekarang sudah jam berapa?" tanya mamaku dengan wajah kesal."Aigooo Mama, bawel banget sih ah." Aku dengan kesal menutup wajahku dengan bantal, AC kamar segera mama matikan, dan karena pintu kamar mama tidak tutup, udara panas dari luar langsung masuk."Mama dah janji kamu harus kesana pas makan siang, sekarang dah mau jam 10," ucap mama tidak sabar."Astaga mama!" seruku kesal. Aku bangkit dari tempat tidurku yang mungil, dan beranjak menuju kamar mandi.Apa sih spesialnya dengan janji dengan kakek tua itu, dari kemarin mama terlalu heboh, pikirku kesal sambil membersihkan tubuhku.Saat aku selesai mandi dan kembali ke kamar, ternyata mama masih menunggu di kamarku dengan tidak sabaran."Ayo... sini cepat pakai gaun cantik ya, nih yang warna kuning anak ayam, warnanya pas buat kulit kamu!" seru mama sambil menempelkan gaun itu ke badanku. Aish aku tidak
Aku mengabaikan lagi panggilan telepon yang berulang kali berbunyi, dan mendengus dengan kesal, telepon itu sudah berulang kali aku angkat dan matikan tapi kakek tua itu pantang menyerah, dia masih terus menerorku sepanjang hari.Aku mencoba mengetik di laptopku, dan membaca tulisan kecil itu dengan hati-hati. Konsentrasi Ethan, kamu harus fokus! perintahku dalam hati. Tapi telepon itu terus berdering, aku mengangkat dengan kesal gagang telepon itu dan langsung menaruhnya di meja. Terdengar suara Daniel memanggil, tapi aku tidak ada waktu untuk menghiraukannya, aku tersenyum senang, kenapa cara ini tidak terpikirkan olehku dari tadi.Aku segera mengalihkan jemariku kembali ke laptop, beberapa menit lagi, selesai, aku memandang dokumen di hadapanku dengan puas, akhirnya selesai, dokumen yang dibutuhkan besok.Baru saja aku mau membuka file yang baru, handphone-ku berdering, nomor opa lagi, dengan kesal aku langsung mematikan handphon
Mataku tidak percaya akan apa yang terjadi di hadapannya, pada awalnya aku berpikir kakek tua itu bercanda saat dia menyatakan penolakannya, tapi ternyata dia serius, dia terjatuh miring memegangi dada nya, dan napasnya tersengal-senggal. Hatiku mencelos, dia mengangkat tangannya berusaha berbicara sesuatu tapi sepertinya lidahnya kelu, sehingga aku tidak bisa mengerti apa yang dia bicarakan.Pria berjas hitam tadi langsung membopongnya dan aku mengikutinya dari belakang, Oh Tuhan jangan biarkan ada apa-apa dengan Opa ini, aku merasa bertanggungjawab, jantungku berdebar-debar saat masuk ke mobil menemani kakek tua itu di belakang saat pria berjas itu menyetir dengan cepat menuju rumah sakit.Begitu sampai rumah sakit, Opa Jacob segera di periksa, sampai ditempel berbagai alat di badannya, sungguh menakutkan, aku tak tega melihatnya, tanpa sadar air mataku ikut terjatuh karena takut. Dokter mengatakan kalau dari hasil pengecekan awal sepertinya kondi
"Opa sudah enakkan ya?" Aku mendengar suara perempuan itu. Kenapa dia yang jadi lebih khawatir daripada Aku sih? kataku dalam hati, Aku terus berjalan mendekati ruangan Opa."Sudah, berkat kamu Opa jadi tenang." suara opa kini lebih jelas dan stabil, sepertinya keadaannya sudah lebih baik, beban hatiku agak terangkat. Aku sudah di depan pintu saat aku mendengar suara opaku lagi."Maafkan Ethan, dia memang selalu begitu, tapi aslinya dia baik, jadi gimana? kamu mau kan?" Aku mendengar opaku memohon. Cih, kenapa dia sampai memohon seperti itu, seakan-akan aku bujangan lapuk, pikirku kesal, dan yang lebih menyebalkannya, perempuan ini sok jual mahal sekali, sampai menikah denganku saja perlu berpikir lama? pikirku kesal.
Sebentar lagi pintu lift terbuka, aku harus langsung melesat menjauhi pria ini, tadi dia kesannya tak sudi bicara denganku, tapi sekarang dia malah mengikutiku. Aku merasakan pandangan pria itu di belakangnya. Aish, kenapa dia mengikutiku sih! jeritku dalam hati. Pintu terbuka 3...2...1 go!Aku segera berlari secepat mungkin, sepatu baru ini menyusahkan saja, kalau aku lepaskan, kira-kira lantai rumah sakit bersih nggak ya? aku menimbang-nimbang, tetapi sepertinya waktu aku membuka sepatu, aku bisa ditangkapnya."Anna!" panggilnya dari belakang, aku segera mempercepat langkahku, kakiku sempat terpeleset, seketika dia bisa mengejarku.Ethan meraih le
Pembicaraanku dengan New York berjalan lancar, kantor pusat setuju dengan keputusan yang aku ambil, iklan yang berjalan yang menyesatkan publik itu akan ditarik dan akan kami buat baru lagi, walau akan keluar biaya baru, tapi pihak pusat akhirnya tidak keberatan. Aku sangat suka bekerja dengan perusahaan ini yg memiliki integritas ini.Setelah selesai bicara aku merasa lapar, wanita ini pasti juga lapar sudah hampir jam 11 malam dan kami belum makan malam. Aku memandang ke arahnya untuk menanyakan apakah ia lapar, tapi pemandangan yang aku lihat lebih menakjubkan.Gaunnya ternyata robek jahitannya dari dada sampai ke pinggang, walaupun aku tak ada bermaksud melihat tetapi naluri kelaki-lakianku langsung muncul dan menatap tubuhnya yang te
Aku terbangun dengan puas, sudah lama aku tidak tidur senyaman ini. Matahari masuk dengan indahnya di antara sela-sela tirai putih. Nyamannya, berada di pelukannya tenyata begitu nyaman.Pelukan? Tirai putih? Aku dimana? jeritku dalam hati. Aku segera melirik ke samping, Kenapa bisa ada dia di sampingku? Lengannya yang berat ada di pinggangku. Oh Tuhan apa yang terjadi?Aku segera keluar dari selimut secepat tapi selembut mungkin, agar dia tidak terbangun. Suara napasnya yang teratur menyatakan kalau dia masih tertidur lelap, aku aman. Syukurlah aku masih berpakaian lengkap, dengan jasnya juga. Aku masih membutuhkan ini, aku segera beranjak meninggalkan kamarnya.