Share

Bab 4

Aldo memasuki sebuah Club malam, dan tentu saja club malam tersebut adalah langganannya ketika ia berada di Indonesia. Tapi sebelumnya Aldo sudah menghubungi para sahabatnya untuk bergabung dengannya di Club tersebut.

Sebuah ruangan VIP di lantai 5 menjadi ruangan paling terfavorite bagi Aldo, karena selain suasananya tenang, di ruangan tersebut sangat terjaga privasinya dengan fasilitas kedap suara yang dimiliki oleh club tersebut.

"Hay Dude, lama tidak bertemu? Bagaimana kabar London saat ini?" tanya Sean pada Aldo yang baru saja datang. 

"London masih pada tempatnya yang aman. Setelah 2 tahun kita tidak bertemu, apa selera wanitamu masih tetap sama, Sean?" tanya Aldo seakan mengejek selera Sean.

"Cih, aku bukan dirimu, yang harus setiap hari gonta ganti wanita," jawab Sean malas menanggapi teman lamanya tersebut yang memang terkenal akan playboynya. Sedangkan tunangan Sean hanya tersenyum mendengar candaan keduanya.

Dan memang Sean saat ini sedang bersama dengan tunangannya. Di ruangan itu. Dan baru mereka bertiga yang datang, mereka masih menunggu yang lain untuk datang bergabung.

Setelah beberapa menit, terdengar suara pintu terbuka, terlihat dua orang laki-laki dan dua orang wanita sedang memasuki ruangan VIP itu. Terlihat jelas jika wanita tersebut sedang bergelayutan manja di lengan para laki-laki di sampingnya.

"Hay dude, akhirnya kita bisa bertemu lagi, apa London telah pindah kemari malam ini?" tanya salah seorang laki-laki itu sambil mengulurkan tangannya ke arah Aldo untuk menyalaminya.

Aldo tidak menanggapi uluran tangan tersebut, ia sibuk mengambil es batu untuk di masukkan ke dalam gelasnya, "Cih, kebiasaanmu masih sama seperti dulu, Bry," cibir Aldo yang melihat temannya itu membawa wanita malam bersamanya.

Lelaki yang di sebut namanya sebagai Bry itu hanya tergelak tawanya, "Karena kebiasaan inilah yang tidak akan pernah aku hilangkan, jika ini di hilangkan kasihan juniorku harus berpuasa terlalu lama," jawab Bryan sambil mentoel dagu wanitanya. Kemudian mereka berdua duduk di sofa panjang yang telah tersedia di ruangan itu.

Al melirik ke arah lelaki yang masih berdiri di dekatnya, tanpa berniat untuk menyapanya terlebih dahulu, "Bagaimana kabarmu, Al?" Tanya lelaki itu kepada Aldo. 

Aldo yang memainkan jari telunjuknya memutari bibir gelas berisi minuman berwarna merah keunguan itu sejenak menghentikan aktivitasnya, tanpa menoleh ke arah sumber suara, "Ck, kabarku baik seperti yang kamu lihat, aku bahkan masih bernafas hingga hari ini," jawab Aldo seakan tidak tertarik untuk bercakap dengan pria itu.

Lelaki itu hanya tersenyum menanggapi omongan Aldo, karena ia tahu jika Aldo mungkin masih memendam sakit hati padanya. "Syukurlah, aku tahu kamu pasti akan selalu baik-baik saja," ucap lelaki itu.

"Hmm," jawab Aldo.

"Sudahlah Bi, bukankah kita kemari untuk bersenang-senang, jadi lupakanlah masa lalu kalian itu, toh itu juga sudah lama terjadi," ucap Sean yang melihat suasana sedikit menegang akan perseteruan kedua sahabatnya itu, "Lagi pula kamu harusnya bersyukur Al, karena masalah itu, kamu jadi mengetahui wanita seperti apa dia," lanjutnya.

"Hm, kamu benar Sean, jangan sampai karena seorang wanita jalang seperti dia, persahabatan kita jadi retak," Bryan menimpali.

Aldo dan Bima saling pandang, kemudian mereka terdiam sesaat sebelum Aldo kembali meneguk minumannya, "Sudahlah, aku kemari ingin melupakan sejenak masalahku, jadi jangan bahas soal wanita itu lagi, aku tidak tertarik untuk mendengarnya," ucap Aldo tiba-tiba.

Ketiga sahabatnya itu saling pandang satu sama lain, karena mereka tahu siapa yang di maksudkan oleh Aldo. Mereka berempat memang bersahabat semenjak kuliah, dan bahkan mereka semua sempat tinggal dalam satu apartemen di London.

Hubungan Aldo dan Bima renggang karena adanya sebuah insiden dimana Bima meniduri kekasih Aldo saat itu. Aldo begitu emosi mengetahui kenyataan jika sahabatnya bermain di belakangnya, bahkan tega meniduri kekasihnya. Baku hantam pun tak bisa lagi terelakkan, hingga Sean dan Bryan kuwalahan memisahkan keduanya yang sama-sama di kuasai emosi.

Namun kenyataan bahwa wanita yang dulu sangat di cintai oleh Aldo adalah seorang wanita panggilan, wanita jalang yang hanya menginginkan uang. Membuat Aldo tidak percaya lagi akan adanya cinta dan komitmen. 

Hingga akhirnya seperti sekaranglah sosok Aldo, ia hanya butuh wanita untuk penghangat ranjangnya. Tanpa berminat untuk menjalin hubungan yang melibatkan perasaan. Baginya wanita hanyalah tempat untuk melampiaskan hasratnya.

Dan baru dua tahun ini hubungan Bima dan Aldo sedikit membaik. Ya walaupun tidak seperti dulu, tapi setidaknya mereka sudah berbaikan. Karena sedikit sentuhan tangan Sean dan Bryan akhirnya terungkap jika wanita yang dulu sangat di cintai Aldo, adalah wanita panggilan dengan tarif tertinggi saat itu.

"Cih, lelaki sepertimu memangnya bisa punya masalah seperti apa? Bukankah perusahaanmu masih tetap berdiri kokoh di London?" Sarkas Sean.

"Sean, jangan lupakan kalau Al ini selalu butuh kehangatan di atas ranjang, mungkin itu salah satu masalah dia sekarang," timpal Bryan, "Sudah berapa lama kamu puasa, dude?" goda Bryan lagi.

Mendengar candaan Bryan membuat Sean dan yang lain tergelak tawanya, para wanita yang mendengar itu hanya tersenyum. Mereka sudah paham jika para lelaki berkumpul, maka akan lain obrolan mereka.

"Ck, sebentar lagi aku akan menikah," ucap Aldo tanpa basa-basi seperti kebiasaannya. Ketiga sahabatnya saling pandang seolah tak percaya mendengar perkataan Aldo.

Bahkan Sean dan Bryan yang terkejut sontak saja menyemburkan minuman dari dalam mulutnya. Kemudian kedua orang itu tergelak tawanya memenuhi ruangan VIP tersebut, "Apa aku tidak salah dengar? Kamu mau menikah?" Cibir Sean yang masih dengan tawanya.

"Sayang, itu hal yang bagus jika Al mau menikah, bukankah itu satu kemajuan yang harus di syukuri. Akhirnya teman kamu menyadari jika tidak semua orang bisa hidup sendiri," ucap tunangan Sean terlihat senang.

Sean, Bryan dan Bima saling pandang sebelum akhirnya mereka tertawa lebar mendengar ucapan tunangan Sean itu. Sungguh sangat naif bukan, jika wanita itu bicara seperti itu? Sedangkan mereka semua tahu sebejat apa lelaki yang bernama Aldo yang saat ini ada di antara mereka.

"Sayang, kalau laki-laki lain selain dia bicara begitu, pasti aku akan senang mendengarnya. Tapi kalau dia?!" Ucap Sean lalu membelai rambut tunangannya dengan lembut. Namun jangan di abaikan tatapan mengejeknya ke arah Aldo, membuat yang lain menahan tawa mereka. 

"Wah, wah, kalau kamu menikah, mungkin sebentar lagi dunia akan runtuh, Al," ucap Bryan. "Seorang lelaki yang tidak percaya akan sebuah komitmen, akan menikah? Ini benar-benar keajaiban dunia yang perlu untuk di rayakan," lanjut Bryan kemudian ia kembali tergelak tawanya.

"Terserah kalian mau bicara apa, tapi itu kenyataannya. Papa memaksaku untuk menikahi anak dari rekan bisnisnya, aku tidak punya pilihan lain selain mengiyakan permintaan Papa," ucap Aldo lalu ia meneguk kembali minumannya. 

Aldo menyandarkan kepalanya di sandaran sofa, pandangan mata Aldo melihat ke langit-langit ruangan VIP club tersebut, "Ini juga demi kesembuhan Papa, aku belum siap jika harus kehilangan Papa," gumam Aldo pelan namun masih terdengar oleh Bima yang duduk di sampingnya. Bima hanya terdiam mendengar itu, ia tidak menyangka jika Aldo akan mengalami hal semacam ini. Dan Bima tahu jika Aldo sangat menyayangi Papanya.

Bersambung ...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status