Share

Bab 5

Aldo menyandarkan kepalanya di sandaran sofa, pandangan mata Aldo melihat ke langit-langit ruangan VIP club tersebut, "Ini juga demi kesembuhan Papa, aku belum siap jika harus kehilangan Papa," gumam Aldo pelan namun masih terdengar oleh Bima yang duduk di sampingnya. Bima hanya terdiam mendengar itu, ia tidak menyangka jika Aldo akan mengalami hal semacam ini. Dan Bima tahu jika Aldo sangat menyayangi Papanya.

Bima melihat sekilas ke arah Aldo, kemudian pandangannya kembali ke depan, menatap gelas minuman yang ada di tangannya. "Cepat atau lambat kita semua pasti akan menikah, entah kamu mencintai pasanganmu atau tidak. Terlepas apapun latar belakang yang mendasarinya. Tetap saja pada kenyataannya pernikahan pasti akan terjadi, suka atau tidak suka bukanlah jawaban. Tapi semua tergantung bagaimana kita akan menyikapi pernikahan kita ini ke depannya nanti," ucap Bima terlihat serius. Aldo menoleh ke arahnya, seolah mencari makna dari perkataan lelaki tersebut. 

Dan memang benar adanya apa yang di katakan oleh Bima, terlepas Aldo suka atau tidak. Papanya akan tetap memaksa Aldo menikah dengan gadis yang telah dipilihnya. Aldo menghela nafasnya, seolah ada beban berat yang akan ia tanggung karena sebuah pernikahan yang sebentar lagi di jalaninya.

Aldo tidak ingin larut dalam memikirkan hal itu, Aldo pun menegakkan duduknya. Kemudian ia kembali menuangkan minuman beralkohol itu ke dalam gelas miliknya, "Sepertinya aku butuh pelampiasan malam ini, aku akan keluar sebentar, siapa tahu di luar sana ada mangsa baru yang masih perawan," ucap Aldo, kemudian ia menenggak habis minuman yang ada di gelasnya.

Bima yang mendengar itu hanya menggelengkan kepalanya, seakan tidak percaya dengan apa yang di dengarnya barusan. Bagaimana bisa mood Aldo berubah begitu cepat? Padahal baru beberapa detik yang lalu ia mengeluhkan nasibnya yang akan segera menikah, "Jangan terlalu lama bermain," nasehat Bima yang hanya di tanggapi dengan senyuman tipis dari sudut bibirnya, kemudian Aldo beranjak keluar dari ruangan VIP tersebut.

Bima mengulas senyum tipis, ia tahu Aldo akan selalu seperti itu jika ia sedang terlalu stress. Namun Bima menyadari sesuatu bahwa Aldo sebenarnya mendengarkan apa yang ia katakan tadi, "Aku tahu kamu tidak akan berubah walau akan menikah, tapi cepat atau lambat kamu pasti menemukan cinta sejatimu, dude." Gumam Bima.

Di depan Bima terlihat Sean dan Bryan sudah asyik dengan para wanitanya. Suara musik yang terdengar memekakkan telinga, membuat mereka semakin menikmati suasana malam itu. "Aku tahu jika lelaki buaya itu akan keluar cari mangsa lagi," ucap Bryan kepada temannya, "Mana sanggup dia terlalu lama berpuasa," lanjutnya lagi yang membuat seisi ruangan tertawa mendengarnya.

"Bisa karatan jika ia berpuasa terlalu lama," timpal Sean. Mendengar itu Bryan dan Bima kembali tergelak tawanya. 

Di luar ruangan VIP, tepatnya di depan meja bartender. Aldo mulai menyapukan pandangannya ke arah lantai dansa yang kini telah ramai oleh para pengunjung yang sedang asyik menari. Mata Aldo melihat-lihat wanita mana yang akan menjadi targetnya, kepalanya mengangguk-angguk seirama dengan musik di klub tersebut. 

Salah satu tangannya memegang gelas berisi minuman beralkohol yang baru saja ia minta di meja bartender. Di sela-sela pandangan matanya mencari mangsa, tanpa sengaja pandangan Aldo menangkap sesosok orang yang sepertinya ia kenal. Ia pun menyipitkan pandangan matanya untuk mempertajam penglihatannya. "Clarissa?! Sedang apa wanita itu disini?" Gumam Aldo.

Karena ia tak menyangka akan bertemu dengan Clarissa di tempat seperti ini. "Cih, dasar wanita munafik, sok lugu, nyatanya mainnya ke klub malam seperti ini." Cibir Aldo dengan senyuman mengejek ke arah Clarissa yang sedang duduk dengan beberapa orang tak jauh dari tempatnya berdiri saat ini.

Merasa tidak tertarik dengan kegiatan apa yang Clarissa lakukan di tempat seperti ini, Aldo pun kembali mengedarkan pandangannya mencari mangsa yang tepat untuk menjadi penghangat ranjangnya malam ini. 

Namun belum sempat ia menemukan orang yang tepat untuknya, pandangan matanya kembali terusik dengan sikap laki-laki yang berusaha mengganggu Clarissa. Walau dapat ia pastikan jika Clarissa menolak lelaki itu. Namun Aldo merasa tidak senang, "Shit!!" Gumam Aldo terlihat mulai terpancing emosi saat melihat lelaki itu merangkulkan tangannya di pundak Clarissa. Walau beberapa kali Clarissa menepis tangan dari lelaki itu, tapi tak membuat jera lelaki yang duduk di samping Clarissa.

Aldo berjalan mendekati meja Clarissa. "Jauhkan tanganmu darinya!!" Ucap Aldo dengan tatapan tajamnya siap untuk menguliti lelaki yang duduk di samping Clarissa.

Mendengar itu Clarissa menoleh ke arah suara, "Aldo," cicit Clarissa saat melihat ke belakangnya yang ternyata Aldo sudah berdiri di sana dengan memegang sebuah gelas di salah satu tangannya. 

"Siapa dia?" Tanya lelaki yang merangkul Clarissa. Menunjuk ke arah Aldo dengan isyarat dagu dan matanya.

Saat tersadar jika tangan lelaki itu masih menempel di pundaknya, Clarissa menurunkan tangan lelaki itu dengan kasar. "Jika anda tidak bisa mengkondisikan tangan anda, jangan salahkan saya kalau saya sampai mematahkannya." Ancam Clarissa. 

"Wo, wo, galak men." Ucap lelaki itu seakan meremehkan Clarissa. Ia tertawa mengejek sambil melihat ke arah teman-temannya di depannya. 

Saat tangan lelaki itu akan kembali beraksi, dengan gerakan cepat Clarissa mengunci pergerakan tangan lelaki itu dengan cara memelintirnya ke belakang punggungnya. "Saya kesini karena mewakili bos saya sebagai penghormatan atas ulang tahun anda tuan Jason. Jadi saya harap anda tahu letak sopan santun sebagai kolega bisnis bos saya." 

Lelaki itu tergelak tawanya mendengar ucapan naif Clarissa. Tidak tahukah dia kalau ini salah satu trik supaya bisa mendekatinya? Sungguh Clarissa tidak pandai membaca situasi saat ini. "Apa kamu bodoh? Ulang tahun?" Ucapnya dengan nada mengejek. Hal itu tak luput dari tatapan mata Aldo.

Clarissa yang merasa telah di permainkan beranjak dari tempat duduknya. "Sepertinya saya salah tempat disini, saya permisi." 

Belum sempat melangkahkan kakinya, tangan Jason lebih dulu menggenggam pergelangan tangan Clarissa. "Sebelum aku mengijinkan kamu pergi, kamu tidak boleh kemana-mana." 

Dengan sekuat tenaga Clarissa menghempaskan tangan Jason. "Itu bukan urusan saya!" Jawab Clarissa, lalu ia melangkah meninggalkan tempat itu. Di ikuti Aldo yang berjalan di belakangnya. 

"Wanita sialan!" Teriak Jason sambil berjalan cepat ingin menarik rambut Clarissa. Namun Aldo dengan sigap mencengkram tangan lelaki itu dengan sangat kuat. 

"Sudah aku peringatkan, jangan sentuh dia!!" Ucap Aldo dengan tatapan tajamnya. Bahkan tangannya semakin kuat mencengkram pergelangan tangan Jason sehingga membuat Jason kesakitan. 

Merasa tidak bisa menandingi kekuatan Aldo, sebelah tangan Jason mengambil botol minuman yang ada di meja sebelahnya dan bersiap untuk memukulkannya ke arah Aldo. 

Brukk!! Prangg!! 

Suara orang terjatuh dengan di iringi suara pecahan botol berserakan di lantai club malam, membuat suasana tegang. Sehingga memancing beberapa orang untuk melihat kejadian itu. 

Jason terjatuh sambil memegang pergelangan tangannya yang sakit akibat tendangan kaki Clarissa, yang mengenai salah satu tangannya. "Sudah aku katakan sebelumnya, jika kamu tidak bisa mengkondisikan tangan kamu. Jangan salahkan aku jika aku mematahkannya." Ucap Clarissa yang kemudian berjalan mendekati Aldo yang sepertinya tak percaya dengan apa yang baru saja di lihatnya. 

Bersambung ...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status