Share

03. Tamu tak di undang

Jason tiba di rumah saat matahari sudah terbenam. Hal itu disebabkan karena dokter tidak memperbolehkannya pulang sebelum mengisi data dengan benar. Kartu identitasnya juga harus ditahan di rumah sakit tersebut. Ia baru akan mengambilnya saat Han diizinkan pulang.

Jason menepikan mobil di halaman rumahnya. Sudah ada mobil yang serupa dengan miliknya sedang terparkir dengan indah. Ia sudah bisa menebak siapa yang datang ke rumahnya. Ia langsung masuk ke dalam, keadaan sudah sangat rapih. Tidak seperti biasanya, saat ia memasuki rumah tersebut sudah tidak tercium bau amis.

"Mom?" Panggil Jason.

Tidak ada sahutan dari siapa pun. Ia hanya menemukan ruang rahasianya terbuka. Ia memasuki ruangan tersebut dan menemukan sosok yang sudah lama tidak ia jumpai. Sosok itu sudah sangat tua setelah sudah lebih dari 10 tahun tak bertemu.

"Lama tidak berjumpa, Jason," ujar sosok itu.

Jason memandang lurus sosok di hadapannya tersebut. "Jangan mengunjungi ku lagi, Ayah!"

Sosok tersebut adalah ayahnya, Jason sangat merindukan ayahnya. Namun disisi lain ia juga membenci ayahnya tersebut. Jason sudah sangat muak dengan sosok di hadapannya.

"Cepat pergi sebelum ku cincang tubuhmu." Ujar Jason sambil menunjuk ke arah pintu keluar.

Ayahnya hanya bisa tersenyum dan mulai berjalan mendekati Jason. Ia menatap Jason dengan wajah tanpa ekspresinya. Begitu juga dengan Jason, ia berbalik menatap ayahnya dengan sorot yang tajam. Seperti ada percikan api di antara keduanya.

"Buang anak anak itu sebelum aku yang membuangnya!" Ucap Ayahnya dengan tegas.

"Tidak! Mereka adalah koleksi ku!" Bantah Jason.

Sang ayah mulai menodongkan pisau yang entah sejak kapan berada di tangannya. Jason nampak sudah sangat terbiasa melihat benda tajam tersebut. Ia terus menatap ayahnya.

"Aku tidak akan ragu membunuhmu." Ujar ayahnya.

Jason tersenyum miring. "Sebelum kau membunuhku, mungkin kepala mu sudah menyentuh lantai."

Ayahnya berdecak, kemudian melempar pisau tersebut ke lantai. Kemudian ia bergegas pergi dari rumah Jason. Memang hubungan antara ayah dan anak ini sangat tidak harmonis. Hal itu di sebabkan Ayah Jason seringkali tidak pulang ke rumah. Setiap pulang, ayahnya hanya terus meracau dan mengutuknya dengan kata kata kasar. Ia juga tidak begitu dekat dengan ibu nya, karena sang ibu cukup sibuk dengan pekerjaannya.

Jason menutup ruangan rahasianya, ia harus segera mengganti scan sidik jari itu dengan scan suara agar ayahnya tak bisa memasuki ruangan tersebut. Jason menyandarkan kepalanya di sofa ruang tamu. Jason menarik sudut bibirnya saat teringat pada ketiga peliharaannya. Jason memasuki ruangan bawah tanah yang hanya di ketahui oleh dirinya. Ruangan tersebut sangat minim pencahayaan, hanya ada lampu berwarna merah menambah kesan horor.

Jason tersenyum saat melihat ketiga peliharaan baru nya sudah tertata rapi. Ketiga anak itu sudah memakai kostum beruang yang hangat.

"Kalian sangat menggemaskan." Ujar Jason.

Ketiga anak itu meringsut ketakutan. Jason tertawa cukup keras hingga mengeluarkan gema. Hal itu menambah ketakutan anak anak tersebut. Jason berjalan mendekati mereka, tak ada suara apapun yang keluar dari mereka, karena Jason sudah menjahit mulut mereka saat pingsan.

Untuk pertama kalinya Jason menjahit mulut manusia. Saat baru mempelajari nya, Jason mencoba prakteknya dengan tikus. Lalu tikus itu mati kehabisan darah. Namun saat praktek sungguhan, Jason dapat melakukannya dengan baik. Jason mengeluarkan selang dan mulai memasukannya ke celah jahitan di mulut anak tersebut secara bergantian.

"Kalian harus tetap hidup karena aku tidak mau kesepian." Ujar Jason.

Jason memang biasa memberikan korbannya makanan lewat selang. Walaupun mereka semua tersiksa, setidaknya mereka harus tetap makan dan minum agar tidak mati. Setelah selesai memberi mereka makan, Jason pun menuju ke sebuah pintu di dalam ruangan tersebut. Jason menempelkan jarinya pada alat pengaman di pintu tersebut. Kemudian pintu itu terbuka dan menampakan sebuah boneka Beruang besar berwarna biru muda. Di sebelah boneka itu terdapat dua buah boneka berukuran sedang dengan warna serupa.

"Bagaimana kabarmu, teman-teman?"

~~~

Di lain tempat, tepatnya di kota San Fransisco. Seluruh polisi sudah mulai geram karena mendapat laporan orang hilang secara beruntun. Kebanyakan dari laporan orang hilang adalah anak anak dan lansia. Polisi pun memberi himbauan untuk semua warga agar tidak keluar rumah sendirian baik itu siang hari atau pun malah hari. Polisi juga berasumsi bahwa penculik ini mengincar orang orang tidak berdaya.

"Saya akan ikut melakukan patroli di sekitar Howard Street, karena disana memiliki tingkat kriminal paling tinggi saat ini." Ujar Franco, seorang detektif di Departemen Kepolisian San Fransisco.

"Kami sudah mengirim Jean untuk ikut patroli di Howard Street." Sanggah Lion selaku Kepala Kepolisian.

Franco nampak tidak terima, ia bangkit dari kursi nya dan menatap Lion dengan sangat berapi-api. "Jean baru saja di pindah tugaskan ke San Fransisco, saya ragu ia dapat menyapu bersih lingkungan tersebut."

Sedangkan Lion tetap berusaha tenang. "Saya sudah memberikan tempat yang cocok untukmu, Detektif."

"Chicago."

Franco membulatkan matanya saat mendengar nama lain. Ia baru saja di pindah tugaskan dari Las Vegas, kini ia harus dipindahkan lagi ke Chicago. Padahal Franco sudah sangat senang berada di San Fransisco karena dekat dengan tempat tinggal orang tuanya. Jika ia bertugas di Howard Street, ia bisa sekaligus menjaga orang tuanya. Namun kepala kepolisian akan memindahkannya ke Kota Chicago. Ia sudah mendapat banyak peringatan saat ini. Jika ia membantah lagi, ia akan kehilangan pekerjaannya.

"Minggu depan kau akan segera pergi ke Chicago bersama tim Special Weapons And Tactics (SWAT). Kau akan memimpin tim tersebut untuk menangkap seseorang yang sudah kami tentukan." Ujar Lion.

Untuk pertama kalinya Lion memerintahkan Tim SWAT untuk bertugas ke Chicago. Sebelumnya Tim SWAT ditugaskan ke kota Buford setelah mendapat laporan anak hilang, namun kasus tersebut masih belum terpecahkan. Franco juga turut terlibat dalam pencarian anak hilang di Buford. Jadi ia juga memiliki pengalaman bekerja dengan Tim SWAT.

"Sebelum kalian menuju Departemen Kepolisian Chicago, kalian harus mengunjungi Chicago Lakeshore Hospital untuk bertemu seorang dokter. Ia juga akan ikut serta dalam tim ini sebagai medis." Jelas Lion.

"Mengapa harus melibatkan dokter? Apa tugas ini berbahaya?" Tanya Franco.

Lion mengangguk dan menatap lurus ke arah Franco. "Kemungkinan kalian terluka sangat besar, karena mereka bersenjata."

Franco mengangguk tanda mengerti. "Oh seperti itu. Tapi, apa kami juga diberikan izin untuk bersenjata?"

Lion nampak berpikir sejenak. "Ya. Jika mereka mulai meluncurkan tembakan, kalian di perbolehkan menggunakan senjata api dan melakukan baku tembak. Apapun yang terjadi, lumpuhkan mereka tanpa harus membunuh."

"Kalau boleh tau, siapa target kita kali ini?" Tanya Franco.

"Target kita orang gila."

To be continue..

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status