"Do you want to be my girlfriend, Xena Ayudi Bridella?"
Suara teriakan mengiringi di akhir kalimat. Sorak sorai bersama riuhnya tepuk tangan dari penonton kini memecah keheningan yang ada. Memusatkan segala sentral lensa mereka pada dua remaja yang kini saling berhadapan di tengah panasnya sengatan sang surya.
Remaja jangkung itu mengembangkan senyum ringan di atas paras tampannya. Menyodorkan seikat rumput liar yang baru saja dicabutnya dengan kasar dari atas tanah yang menjadi pijakannya sekarang ini.
"Please, Xena!" sambungnya tersenyum kuda. Membuat kekehan kecil beberapa remaja sebaya yang ada di sisinya kini samar terdengar masuk ke dalam telinga sang gadis.
Dia adalah Xena Ayudi Bridella. Orang-orang memangil gadis itu dengan sebutan Xena. Gadis berparas cantik dengan mata mirip bentuk indahnya kacang almond yang terduduk rapi di bawah sepasang alis garis yang sedikit menyiku di bagian ujungnya. Bibirnya tipis melengkung indah dengan warna merah buah delima dan hidung mancung sedikit lancip yang menyempurnakan paras cantik miliknya.
Tubuh Xena? Tidak terlalu sempurna. Lekukan tubuh yang ada di dalam fisiknya tak terlalu menarik sebab kurus tinggi dengan kaki jenjang adalah perawakan fisik yang dimiliki gadis berdarah Indo-Malay itu. Kulitnya putih bersih. Senyumnya manis dengan lesung pipi di bagian pipi kiri bergaris rahang tegas. Dagu lancip dengan bentuk wajah kecil segitiga terbalik. Kalau Xena berbicara, alto adalah jenis suaranya. Si gadis pemilik suara yang cenderung bening, ringan, dan sedikit nyaring.
Remaja yang sedang menatapnya sekarang ini adalah Abian Malik Guinandra. Si remaja yang suka bertingkah aneh dengan candaan tak lucu yang membuat sifatnya sedikit unik. Ada satu pesona yang dimilikkinya di usia remaja ini. Paras tampan dengan tubuh altetis dan dada bidang yang menghias fisik sempurna miliknya. Jikalau ditanya berapa angka yang pas untuk memberi nilai paras remaja yang kerap disapa dengan sebutan Malik ini adalah angka bulat yang paling tinggi nilainya, 10!
Jika boleh mendeskripsikan dengan rinci, Malik adalah si remaja dengan mata elang dan tatapan tajam. Alisnya berbentuk garis tebal legam sedikit menyiku di bagian ujungnya. Bulu mata lentik menghias sebagai pembatas antara sepasang mata naik yang mengarah dengan garis alis rapi yang mempesona.
Ia memiliki senyum manis yang menawan hati. Bibirnya tipis dengan lengkungan bulat di bagian atasnya. Merah muda sedikit pucat adalah warna yang menghias di atas bibir remaja berponi naik itu. Bentuk wajah diamond adalah penyempurna dari segala lukis kesempurnaan yang dimiliki olehnya.
Kembali pada situasi aneh yang sedang terjadi saat ini. Di mana dua remaja yang masih diam sembari saling melempar tatapan satu sama lain. Mengabaikan hawa panas yang semakin kuat terasa membakar kulit mereka saat ini.
Untuk Malik, senyum terus mengembang di atas paras tampan miliknya. Semakin tegas menyodorkan seikat rumput liar yang semakin melayu sebab ganasnya sengatan sang surya menerpa dan memanggang komponen apapun yang di bawahnya. Seikat rumput liar ini lah yang dijadikannya sebagai bahan melucu hari ini. Dibarengi dengan sebuah kalimat indah nan singkat untuk menyatakan perasaannya pada seorang gadis cantik berseragam tak sama sebab Malik sedang memakai pakaian olahraga hari ini.
Gadis di depannya menghela napasnya singkat. Melirik seikat rumput kotor dengan gumpalan tanah yang mulai mengering di bawahnya, kemudian menatap paras tampan Malik meskipun keringat sedang turun dengan derasnya membasahi kedua sisi pelipis remaja jangkung itu.
Ia diam. Masih enggan menjawab remaja sialan yang sudah menyeretnya masuk ke dalam lelucon menyebalkan miliknya itu. Membuat sang gadis menjadi 'point of center' topik pembicara hangat sekolah siang ini.
Siapa yang tak akan membahas segala tingkah remaja tampan yang menjadi idola 'panas' Sekolah Menengah Cakra Binanta? Tidak ada! Singkatnya, apapun yang dilakukan oleh Abian Malik Guinandra adalah topik hangat yang patut dan wajib dibicarakan di forum tak resmi yang dibuat dengan sengaja bagi mereka si pemuja ketampanan milik Malik.
"Jawab dong, Xena!" teriak seseorang di balik kerumunan yang ada di sisi lapangan sekolah. Suara tinggi melingking itu kini tegas menyita perhatian gadis yang tadinya terdiam sembari terus menatap paras remaja di depannya.
"Lama lo, ah! Tinggal jawab iya aja susah banget!" Satu lagi teriakan yang kini mulai geram sebab Xena Ayudi Bridella dianggap terlalu 'menjual mahal' jawabannya untuk Malik. Hanya diam sembari sesekali menghela napasnya berat dan menggelengkan kepalanya samar, kemudian menunduk menatap bekas cabutan rumput yang ada di bawahnya.
Malu! Sungguh malu Xena siang ini. Dari sekian banyaknya gadis yang berjalan melalui kumpulan remaja sialan di depannya itu, mengapa harus Xena? Bagaimana bisa hanya sebab Xena berjalan dan melirik Malik dengan tidak disengaja olehnya, remaja jangkung itu menghentikan langkah Xena dengan menarik ujung rok pendek miliknya. Membuat sang gadis terhenti dan mau tak mau harus meladeni tingkah konyolnya saat ini.
Menyatakan perasaan dengan seikat rumput liar yang sudah layu alih-alih memilih setangkai bunga yang ada di belakangnya. Bukankah Malik itu sedikit keterlaluan? Ah, sial benar nasib Xena hari ini!
"Lo sedang bercanda sama gue hari ini?" Akhirnya sang gadis membuka mulutnya. Mengeluarkan suara ringan nan lirih untuk membalas kalimat dari remaja yang kini tercengir kuda sembari mengelengkan tegas kepalanya.
"Cinta gue untuk lo ... seliar rumput ini," tuturnya lembut. Mengakhiri kalimat dengan senyum tipis sedikit picik. Senyuman ini, Xena mengenalnya dengan baik. Laki-laki yang sungguh indah perawakan fisiknya ini memang sedang melucu dengannya saat ini.
"Xena Ayudi Bridella! Do you want to be my girlfriend, now?!" teriak Malik lantang untuk mengulang pertanyaan yang belum sempat dijawab oleh gadis di depannya. Semakin tegas menyodorkan seikat rumput liar pada gadis yang kini memejamkan rapat matanya sembari menunduk untuk menyembunyikan lipatan bibir yang mendandakan betapa kesalnya ia siang ini. Menahan panas juga perut yang keroncongan serta keringat yang mulai mengalir membasahi sisi pelipis wajah cantiknya adalah hal yang paling dibenci oleh Xena Ayudi Bridella.
"Please, terima gue dengan segala kekurangan yang ada di dalam diri gue!"
Xena mendongak. Sialan betul remaja di depannya ini. Kalimat yang baru saja diucapnya itu adalah kunci untuk membuat Xena benar-benar terpojok kali ini.
Kekurangan? Paras tampan, senyum manis, fisik indah menjulang tinggi, pandai menghibur dan mahir dalam segala bentuk macam olahraga fisik, juga pintar dalam melogika angka-angka sialan dan kalimat berteori, katakan di mana letak kekurangan seorang Abian Malik Guinandra?
"Terima aja! Lo mau bikin Malik memohon lebih dari ini? Dasar cewek sok jual mahal!" teriak fans gila yang semakin geram sebab Xena benar-benar sedang menguji kesabaran mereka saat ini.
Ini gila! Jika Xena menolak perasaan Malik hari ini setelah membuat mereka lama menunggu, maka ia akan menjadi bahan bulian para gadis si pemuja remaja menyebalkan ini. Namun, Xena tak bisa menerima dengan memberi satu kalimat singkat sembari memaksakan senyum di atas paras cantiknya sekarang. Sebab, ia akan sangat bersalah jikalau benar-benar melakukannya saat ini.
... To be Continued ...
"What?! No, Thanks!" Seseorang memprotes kalimat yang baru saja didengarnya dari celah bibir gadis cantik berkaki jenjang yang baru saja masuk ke dalam kelasnya. Berjalan ringan mengabaikan gadis yang hanya setinggi telinganya itu dan mengambil satu bangku di barisan tengah tempatnya biasa duduk kala pembelajaran di mulai. Menyeka keringat yang sedari tadi menetes memalui celah-celah rambut panjang ikal berwarna pekat sepekat lensa indah yang menghias sepasang mata kacang almond miliknya."Lo nolak Malik?" tanya si gadis dengan antusias. Menaikkan nada bicara kala gadis yang diajak berbincang hanya diam sembari menganggukkan kepalanya tegas."Xena! What happened with you, honey?" Gadis berambut pendek sedikit keriting di depannya kembali memprotes. Menatap tajam si teman dekat yang masih diam sembari terus menyeka keringat di atas permukaan wajahnya."Itu Malik, Xena. Lo kenal betul 'kan? Dia sekelas dengan kita satu tahun lal
Xena Ayudi Bridella gadis cantik yang menjabat sebagai saudara tiri dari Abian Malik Guinandra, remaja aneh dengan tingkah konyol sedikit menyebalkan. Pasal hubungan ikatan resmi tak sedarah yang terjadi di antara keduanya, tak ada yang tahu. Di dalam lingkungan Sekolah Menengah Atas Cakra Binanta, Malik adalah orang asing untuk Xena.Bukan si remaja tampan yang memutuskan untuk menyembunyikan hubungan keluarga tak sedarah yang terjadi di antara mereka berdua. Namun, Xena. Gadis berambut panjang yang selalu diikat separuhnya agar tak mengganggu pendengaran juga pengeliatan si gadis kala pembelajaran berlangsung itulah yang membuat sebuah kesepakatan dua tahun lalu.Malik dan Xena adalah orang asing yang tak saling kenal. Mencoba akrab di tahun pertama kala masa orientasi sekolah dimulai. Banyak yang mengidolakan sosok Abian Malik Guinandra. Sebab paras tampan menghias sebagai anugerah indah dari Sang Pencipta. Untuk Xena? Gadis itu adala
Dia adalah Daffa Kailin Lim. Mau tau bagaimana parasnya?Daffa memang tak setampan Abian Malik Guinandra. Parasnya? Biasa saja. Kulit cokelat muda dengan sepasang mata tajam naik ke atas yang rapi duduk di bawah lukis alis hitam sedikit rapi. Bulu mata tipis melengkung di atas sepasang kelopak bulat miliknya. Ada satu titik kecil di bagian ujung mata kirinya. Senyumnya manis dengan suara berat yang menenangkan hati kalau ia sedang berbicara dengan lawannya. Pembawaan dan sikap dari remaja jangkung sedikit krempeng ini bisa dibilang sangat tenang dan cukup menguasi. Segala kalimat yang terucap dari celah bibir berbentuk hati miliknya itu akan menjadi karisma tersendiri. Mampu meluluhkan hati siapa pun yang sedang diajak bersua bersamanya kala itu.Jabatannya adalah ketua osis di tahun terakhir. Kalau bulan depan ini berganti, Daffa akan purna dalam tugasnya. Menjadi siswa biasa yang sama dengan lainnya. Berangkat sekolah setengah jam sebelum bel masu
Itu pacar gue 'kan?" sela seseorang membuyarkan fokus milik Xena. Gadis itu berbalik. Sedikit terkejut sebab tak menyangka bahwa Nea akan menegurnya dengan ekspresi masam seperti itu."Ada yang salah sama lo hari ini?" tanya Xena dengan nada ragu. Memastikan bahwa raut wajah masam yang dilukiskan Nea di atas paras cantiknya itu bukan pasal kehadirannya yang datang bersama sang kekasih, Daffa Kailin Lim.Sumpah demi apapun yang hidup di atas bumi bulat nan makmur yang ditempatinya sekarang ini, bahwa Xena sudah dengan rapi menutupi rasa kagumnya pada si ketua osis sekolahannya itu. Tak ingin memberikan sebuah rasa kecewa yang besar untuk si teman dekat yang terus berada di sisinya sekarang ini."Gue sama Daffa berselisih paham kemarin malam." Nea menerangkan dengan singkat. Memutar tubuhnya untuk kembali berjalan gontai menuju kursi tempatnya duduk bersama Xena Ayudi."Karena salah Daffa? Pasti bukan." Gadis bersurai panjang itu kini terkekeh kecil.
Bahagia datang menghampiri bersama nyaringnya bel yang berdering tegas mengudara. Membiarkan seluruh siswa dan siswi untuk berhambur keluar ruang kelas dan kembali ke peraduan mereka di dalam nyamanya rumah bersama ayahanda juga sang ibunda tercinta.Gontai sedikit malas langkah sepasang kaki jenjang milik gadis berjaket merah maroon yang kini memutuskan untuk lekas kembali ke rumahnya selepas bel pulang dibunyikan. Memangnya Xena ingin berbuat apa lagi sekarang? Bersua dan bercengrakama ringan dengan kekasih hati atau laki-laki yang menjadi idamannya layaknya teman-teman sebaya dengannya sekarang ini? Jika Xena punya orang istimewa seperti itu, maka ia akan melakukannya.Malik? Tidak! Remaja sialan itu akan mengacaukan banyak hal kalau-kalau Xena datang dan bersua dengannya.Netranya sayu menatap jalanan yang ada di depannya. Beberapa langkah lagi, Xena bisa dinyatakan keluar dari lingkungan sekolah selepas garis gerbang di depannya itu ia lewati mengg
"Lo suka sama Daffa 'kan?" Kalimat itu sukses membungkam rapat mulut Xena untuk tak lagi banyak berkata menanggapi gadis baik yang baru saja ditemuinya beberapa menit yang lalu.Bagaimana Hela Ileana mampu mengetahui apa yang ada di dalam hati Xena Ayudi Bridella saat ini? Jikalau mengingat dengan benar, Xena tak pernah menceritakan pasal rasa bodohnya pada si teman dekat Dania Arabela dan Nea Oktaviana. Apalagi, kalau sampai membongkar keluar rahasia yang disimpannya rapi di dalam hati terdalamnya itu. Hela seorang peramal? Ah! Xena rasa itu terlalu tidak mungkin untuk dibenarkan."Kenapa diem?" tanya Hela sedikit memiringkan kepalanya untuk bisa menatap perubahan paras cantik milik Xena Ayudi.Hela tersenyum ringan. Mengulurkan tangannya kemudian menepuk bahu gadis yang berjalan di sisinya itu. "Maksud gue, bukankah semua cewe di sekolah ini suka sama Daffa? Kalau gak Daffa, pasti Malik."Xena menoleh cepat. Sejenak membulatkan matanya kal
Daffa mulai menelisik setiap bagian ruangan yang kini melindunginya dari sengatan sinar senja yang agung datang untuk menutup hari. Sesekali menoleh pada Malik yang baru saja mengambil satu kursi kecil untuk duduk dan menemaninya sembari menunggu Xena keluar dengan membawa nampan berisi jajaran gelas serta beberapa makanan ringan untuk menyambut kedatangan Daffa Kailin Lim.Remaja kerempeng yang baru saja melepas jas almamater kebanggaannya itu kini kembali menatap aneh penampilan Malik sore ini. Celana pendek selutut yang dibuat dari kain bermotif kotak-kotak, satu kaos tipis berkerah O tanpa motif atau corak yang menghiasi. Sepasang sandal jepit menghias di bawah kakinya. Tak ada seragam atau jaket serta tas punggung yang menghiasi penampilan ala kadarnya saat ini. Seakan fakta sudah memberi tahu Daffa, bahwa Malik adalah tuan rumah bersama gadis cantik Xena Ayudi Bridella."Lo beneran tinggal di sini?" tanya Daffa akhirnya menyela. Menarik fokus milik Malik dan
"Lo beneran ngusir Daffa dari rumah gue?" Xena terus saja menghujani pertanyaan yang sama untuk remaja jangkung di depannya. Berusaha mengabaikan adalah hal yang dilakukan oleh Malik kala sang saudara tiri sudah mulai dengan sikap cerewet nan menyebalkan miliknya."Malik!" bentak Xena kala jengkel mulai dirasa sebab sikap tak acuh dari remaja yang baru saja ingin masuk ke dalam ruang kamarnya di lantai atas."Hm. Gue ngusir dia. Puas?" Malik akhirnya menyahut. Menatap Xena yang tegas memincingkan matanya sebab remaja jangkung di depannya itu menjawab dengan nada enteng bak tak ada dosa selepas mengusir tamu istimewa miliknya.Jika diingat dengan baik, Daffa tak pernah sekalipun datang hingga mampir masuk ke dalam rumah Xena. Duduk sebagai seorang tamu baik yang disuguhkan dengan segelas minuman dingin buatan sang tuan rumah.Hari ini fakta itu terpatahkan. Daffa datang dan duduk di atas sofa tengah ruangan. Bahkan, Xena menyambutnya dengan senyum