Share

4. Kharismatik Sang Ketua Osis

Dia adalah Daffa Kailin Lim. Mau tau bagaimana parasnya?

Daffa memang tak setampan Abian Malik Guinandra. Parasnya? Biasa saja. Kulit cokelat muda dengan sepasang mata tajam naik ke atas yang rapi duduk di bawah lukis alis hitam sedikit rapi. Bulu mata tipis melengkung di atas sepasang kelopak bulat miliknya. Ada satu titik kecil di bagian ujung mata kirinya. Senyumnya manis dengan suara berat yang menenangkan hati kalau ia sedang berbicara dengan lawannya. Pembawaan dan sikap dari remaja jangkung sedikit krempeng ini bisa dibilang sangat tenang dan cukup menguasi. Segala kalimat yang terucap dari celah bibir berbentuk hati miliknya itu akan menjadi karisma tersendiri. Mampu meluluhkan hati siapa pun yang sedang diajak bersua bersamanya kala itu.

Jabatannya adalah ketua osis di tahun terakhir. Kalau bulan depan ini berganti, Daffa akan purna dalam tugasnya. Menjadi siswa biasa yang sama dengan lainnya. Berangkat sekolah setengah jam sebelum bel masuk berbunyi, belajar bersama dengan teman sebaya dalam satu ruang kelas yang sama, mengistirahatkan otak dan badan rutin selama tiga kali dalam sekali bersekolah, kemudian memungkaskan hari kala bel panjang tanda berakhirnya masa pembelajaran dibunyikan dengan nyaringnya. 

Daffa mempunyai seorang kekasih. Si gadis ramah berparas ayu dengan cara berbicara yang anggun penuh sopan santun. Nea Oktaviana namanya. Orang biasa memangil gadis berambut pendek dengan poni belah tengah yang apik melengkung di kedua sisi wajah cantiknya itu dengan sebutan Nea. 

Rupa seorang Nea? Gadis tinggi semampai itu bisa bilang jajaran si cantik sekolah dengan Xena adalah perbandingannya. Jikalau Xena adalah gadis cantik yang berada di urutan ke empat, maka Nea adalah si cantik urutan ke lima.  Matanya bulat sempurna dengan lengkung alis tipis berwarna hitam legam. Bibirnya kecil sedikit tebal di bagian bawahnya. Pipinya tirus bergaris rahang tegas dengan dagu lancip selancip hidung mungil yang duduk di tengah-tengah sepasang mata dengan lensa hitam yang indah. Kalau Nea tersenyum, ada dua lekuk mungil di kedua sisi pipi tirusnya. Menambah kesan sempurna betapa anggun dan cantiknya paras Nea itu.

"Thanks karena udah bantuin gue," tukas Xena menyela langkah sedang sepasang kaki jenjang miliknya.

Daffa mengangguk. Ditatapanya sepasang lensa teduh yang indah membinarkan pesonanya. Xena itu sangat cantik! Kalau saja ia pandai berias dan bersolek layaknya sang kekasih, Nea Oktaviana. 

"Ngomong-ngomong gue denger lo nolak Malik," katanya entah sedang melontarkan pertanyaan atau sedang memberikan informasi untuk mempertegas apa yang didengarnya dari berita simpang siur dari mulut ke mulut itu benar adanya. 

Malik lagi? Ah, sialnya.

"Gue gak tertarik sama Malik." Dusta! Siapa yang tak tertarik pada remaja tampan dengan paras sempurna yang tak cacat apapun hanya saja kelakuannya sedikit aneh itu?

Alasan dirinya menolak Abian Malik Guinandra tadi siang adalah sebab remaja sialan yang sudah mempermalukannya hanya untuk membalaskan dendamnya kemarin malam untuk sang gadis adalah sebab Malik itu saudara tiri dari Xena Ayudi Bridella.

"Terus tipe cowok yang bagaimana yang lo suka?" 

Xena menoleh. Pertanyaan yang cukup aneh ditanyakan oleh seorang Daffa Kailin Lim jikalau mengingat bahwa remaja itu adalah kekasih dari si teman sebangku, Nea Oktaviana.

Anehnya adalah untuk apa Daffa menanyakan hal seperti itu pada gadis seperti Xena? Menyatakannya perasaannya selepas Xena memberikan jawaban tepat sesuai dengan keinginannya dengan menyebut ciri khas dari seorang Daffa Kailin Lim? Ah, Xena rasa tidak. 

Daffa itu tipe laki-laki setia pada pasangannya. Tak ingin mendustai atau mengingkari janji manis yang pernah diucap di tahun pertamanya menjalin hubungan dengan Nea. Jikalau Daffa adalah laki-laki brengsek tak tahu diri yang suka bergonta ganti pasangan kalau bosan melanda, pasti sekarang ia tak sedang bersama dengan Nea Oktaviana. Sebab jikalau ditelisik dengan baik dan benar, popularitas seorang Daffa Kailin Lim tiada dua dan tiada bisa dibandingkan dengan siapapun. Malik? Dia tetap menjadi nomor dua selepas nama Daffa disebut dengan tegas.

"Laki-laki yang good-looking tentunya. Semua pasti ingin punya kekasih seperti itu 'kan?" kekeh Xena mencairkan suasana canggung di antara keduanya. Memang sih, Xena dan Daffa bisa dibilang akrab sebab remaja jangkung berambut cepak itu adalah kekasih si teman dekat. Namun, suasana yang tercipta kalau mereka sedang berdua saja seperti ini sedikit lain. Seperti Daffa adalah remaja laki-laki yang patut dijadikan kekasih kalau sedang berjalan berdua saja begini.

"Gue gak good-looking?" Ia tersenyum ringan untuk memungkaskan kalimatnya. Menoleh pada gadis yang kini sedikit mendongakkan kepalanya untuk membalas tatapan dari Daffa Kailin Lim.

"Bercanda!" tukasnya segera meluruskan apa yang mungkin saja akan dianggap salah oleh Xena. 

Gadis di sisinya hanya menganggukkan kepalanya ringan. Ber'haha-hihi' lirih untuk tetap mencoba menetralkan suasana hati dan jantungan yang baru saja ingin meloncat ke luar.

Ada satu fakta yang disembunyikan Xena dari hadapan publik. Di balik paras cantiknya itu, Xena adalah gadis plin-plan yang tak bisa menentukan pilihan untuk melabuhkan hatinya yang sedang kosong saat ini.

Xena menyukai Malik! Si saudara tiri sejak tahun pertama mereka datang ke sekolah menengah atas. Bukan rasa sayang seorang saudara pada saudara tiri tak sedarah seperti pada umumnya. Namun, rasa sayang dan rasa suka sebagai seorang gadis cantik yang memendam rasa untuk laki-laki idamannya.

Xena paham benar, yang sedang dirasakannya teruntuk Malik adalah sebuah kesalahan besar yang seharusnya tak boleh terjadi dan tak boleh dirasakannya. Abian Malik Guinandra adalah saudara tirinya sendiri. Singkatnya, ayah si remaja jangkung itu adalah suami tercinta dari sang ibunda. Pria tua berkumis yang sudah mampu menumbuhkan kembali rasa cinta yang ada di dalam hati sang ibunda. Bagaimana bisa Xena sejahat itu dengan menyimpan rasa suka pada saudara tirinya sendiri?

Fakta kedua adalah Xena mengidamkan Daffa Kailin Lim. Si teman dekat yang tak terlalu akrab kekasih dari teman sebangkunya, Nea Oktaviana. Paras Daffa memang tak tampan, fisiknya juga tak sempurna seperti Malik. Namun, popularitas dan kharisma yang dimiliki Daffa itu lain! Diangkat menjadi ketua osis dengan masa jabatan yang hampir berakhir bukan penyebab Xena menyimpan keingan tersendiri untuk mendapatkan Daffa sebagai laki-lakinya. Kharisma, pembawaan, dan tata bahasa yang terdengar mahal dan berharga milik Daffa lah yang sukses mencuri perhatian Xena. Siapa sih yang tak suka remaja muda namun mampu berlaku dewasa pasal sikap dan pemikirannya?

"Makasih udah mau nganter ke kelas," turur sang gadis kala mereka sudah berada di depan pintu kelas. Saling menghentikan langkah satu sama lain kemudian sejenak bertatap dalam satu titik fokus yang sama.

Daffa mengangguk. "Gue pamit dulu. Ada rapat osis lagi."

Gadis di depannya tersenyum ringan. Mengangguk dan membiarkan Daffa berlalu meninggalkannya.

"Itu pacar gue 'kan?" sela seseorang membuyarkan fokus milik Xena. Gadis itu berbalik. Sedikit terkejut sebab tak menyangka bahwa Nea akan menegurnya dengan ekspresi masam seperti itu.

... To be Continued ...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status