Dia adalah Daffa Kailin Lim. Mau tau bagaimana parasnya?
Daffa memang tak setampan Abian Malik Guinandra. Parasnya? Biasa saja. Kulit cokelat muda dengan sepasang mata tajam naik ke atas yang rapi duduk di bawah lukis alis hitam sedikit rapi. Bulu mata tipis melengkung di atas sepasang kelopak bulat miliknya. Ada satu titik kecil di bagian ujung mata kirinya. Senyumnya manis dengan suara berat yang menenangkan hati kalau ia sedang berbicara dengan lawannya. Pembawaan dan sikap dari remaja jangkung sedikit krempeng ini bisa dibilang sangat tenang dan cukup menguasi. Segala kalimat yang terucap dari celah bibir berbentuk hati miliknya itu akan menjadi karisma tersendiri. Mampu meluluhkan hati siapa pun yang sedang diajak bersua bersamanya kala itu.
Jabatannya adalah ketua osis di tahun terakhir. Kalau bulan depan ini berganti, Daffa akan purna dalam tugasnya. Menjadi siswa biasa yang sama dengan lainnya. Berangkat sekolah setengah jam sebelum bel masuk berbunyi, belajar bersama dengan teman sebaya dalam satu ruang kelas yang sama, mengistirahatkan otak dan badan rutin selama tiga kali dalam sekali bersekolah, kemudian memungkaskan hari kala bel panjang tanda berakhirnya masa pembelajaran dibunyikan dengan nyaringnya.
Daffa mempunyai seorang kekasih. Si gadis ramah berparas ayu dengan cara berbicara yang anggun penuh sopan santun. Nea Oktaviana namanya. Orang biasa memangil gadis berambut pendek dengan poni belah tengah yang apik melengkung di kedua sisi wajah cantiknya itu dengan sebutan Nea.
Rupa seorang Nea? Gadis tinggi semampai itu bisa bilang jajaran si cantik sekolah dengan Xena adalah perbandingannya. Jikalau Xena adalah gadis cantik yang berada di urutan ke empat, maka Nea adalah si cantik urutan ke lima. Matanya bulat sempurna dengan lengkung alis tipis berwarna hitam legam. Bibirnya kecil sedikit tebal di bagian bawahnya. Pipinya tirus bergaris rahang tegas dengan dagu lancip selancip hidung mungil yang duduk di tengah-tengah sepasang mata dengan lensa hitam yang indah. Kalau Nea tersenyum, ada dua lekuk mungil di kedua sisi pipi tirusnya. Menambah kesan sempurna betapa anggun dan cantiknya paras Nea itu.
"Thanks karena udah bantuin gue," tukas Xena menyela langkah sedang sepasang kaki jenjang miliknya.
Daffa mengangguk. Ditatapanya sepasang lensa teduh yang indah membinarkan pesonanya. Xena itu sangat cantik! Kalau saja ia pandai berias dan bersolek layaknya sang kekasih, Nea Oktaviana.
"Ngomong-ngomong gue denger lo nolak Malik," katanya entah sedang melontarkan pertanyaan atau sedang memberikan informasi untuk mempertegas apa yang didengarnya dari berita simpang siur dari mulut ke mulut itu benar adanya.
Malik lagi? Ah, sialnya.
"Gue gak tertarik sama Malik." Dusta! Siapa yang tak tertarik pada remaja tampan dengan paras sempurna yang tak cacat apapun hanya saja kelakuannya sedikit aneh itu?
Alasan dirinya menolak Abian Malik Guinandra tadi siang adalah sebab remaja sialan yang sudah mempermalukannya hanya untuk membalaskan dendamnya kemarin malam untuk sang gadis adalah sebab Malik itu saudara tiri dari Xena Ayudi Bridella.
"Terus tipe cowok yang bagaimana yang lo suka?"
Xena menoleh. Pertanyaan yang cukup aneh ditanyakan oleh seorang Daffa Kailin Lim jikalau mengingat bahwa remaja itu adalah kekasih dari si teman sebangku, Nea Oktaviana.
Anehnya adalah untuk apa Daffa menanyakan hal seperti itu pada gadis seperti Xena? Menyatakannya perasaannya selepas Xena memberikan jawaban tepat sesuai dengan keinginannya dengan menyebut ciri khas dari seorang Daffa Kailin Lim? Ah, Xena rasa tidak.
Daffa itu tipe laki-laki setia pada pasangannya. Tak ingin mendustai atau mengingkari janji manis yang pernah diucap di tahun pertamanya menjalin hubungan dengan Nea. Jikalau Daffa adalah laki-laki brengsek tak tahu diri yang suka bergonta ganti pasangan kalau bosan melanda, pasti sekarang ia tak sedang bersama dengan Nea Oktaviana. Sebab jikalau ditelisik dengan baik dan benar, popularitas seorang Daffa Kailin Lim tiada dua dan tiada bisa dibandingkan dengan siapapun. Malik? Dia tetap menjadi nomor dua selepas nama Daffa disebut dengan tegas.
"Laki-laki yang good-looking tentunya. Semua pasti ingin punya kekasih seperti itu 'kan?" kekeh Xena mencairkan suasana canggung di antara keduanya. Memang sih, Xena dan Daffa bisa dibilang akrab sebab remaja jangkung berambut cepak itu adalah kekasih si teman dekat. Namun, suasana yang tercipta kalau mereka sedang berdua saja seperti ini sedikit lain. Seperti Daffa adalah remaja laki-laki yang patut dijadikan kekasih kalau sedang berjalan berdua saja begini.
"Gue gak good-looking?" Ia tersenyum ringan untuk memungkaskan kalimatnya. Menoleh pada gadis yang kini sedikit mendongakkan kepalanya untuk membalas tatapan dari Daffa Kailin Lim.
"Bercanda!" tukasnya segera meluruskan apa yang mungkin saja akan dianggap salah oleh Xena.
Gadis di sisinya hanya menganggukkan kepalanya ringan. Ber'haha-hihi' lirih untuk tetap mencoba menetralkan suasana hati dan jantungan yang baru saja ingin meloncat ke luar.
Ada satu fakta yang disembunyikan Xena dari hadapan publik. Di balik paras cantiknya itu, Xena adalah gadis plin-plan yang tak bisa menentukan pilihan untuk melabuhkan hatinya yang sedang kosong saat ini.
Xena menyukai Malik! Si saudara tiri sejak tahun pertama mereka datang ke sekolah menengah atas. Bukan rasa sayang seorang saudara pada saudara tiri tak sedarah seperti pada umumnya. Namun, rasa sayang dan rasa suka sebagai seorang gadis cantik yang memendam rasa untuk laki-laki idamannya.
Xena paham benar, yang sedang dirasakannya teruntuk Malik adalah sebuah kesalahan besar yang seharusnya tak boleh terjadi dan tak boleh dirasakannya. Abian Malik Guinandra adalah saudara tirinya sendiri. Singkatnya, ayah si remaja jangkung itu adalah suami tercinta dari sang ibunda. Pria tua berkumis yang sudah mampu menumbuhkan kembali rasa cinta yang ada di dalam hati sang ibunda. Bagaimana bisa Xena sejahat itu dengan menyimpan rasa suka pada saudara tirinya sendiri?
Fakta kedua adalah Xena mengidamkan Daffa Kailin Lim. Si teman dekat yang tak terlalu akrab kekasih dari teman sebangkunya, Nea Oktaviana. Paras Daffa memang tak tampan, fisiknya juga tak sempurna seperti Malik. Namun, popularitas dan kharisma yang dimiliki Daffa itu lain! Diangkat menjadi ketua osis dengan masa jabatan yang hampir berakhir bukan penyebab Xena menyimpan keingan tersendiri untuk mendapatkan Daffa sebagai laki-lakinya. Kharisma, pembawaan, dan tata bahasa yang terdengar mahal dan berharga milik Daffa lah yang sukses mencuri perhatian Xena. Siapa sih yang tak suka remaja muda namun mampu berlaku dewasa pasal sikap dan pemikirannya?
"Makasih udah mau nganter ke kelas," turur sang gadis kala mereka sudah berada di depan pintu kelas. Saling menghentikan langkah satu sama lain kemudian sejenak bertatap dalam satu titik fokus yang sama.
Daffa mengangguk. "Gue pamit dulu. Ada rapat osis lagi."
Gadis di depannya tersenyum ringan. Mengangguk dan membiarkan Daffa berlalu meninggalkannya.
"Itu pacar gue 'kan?" sela seseorang membuyarkan fokus milik Xena. Gadis itu berbalik. Sedikit terkejut sebab tak menyangka bahwa Nea akan menegurnya dengan ekspresi masam seperti itu.
... To be Continued ...
Itu pacar gue 'kan?" sela seseorang membuyarkan fokus milik Xena. Gadis itu berbalik. Sedikit terkejut sebab tak menyangka bahwa Nea akan menegurnya dengan ekspresi masam seperti itu."Ada yang salah sama lo hari ini?" tanya Xena dengan nada ragu. Memastikan bahwa raut wajah masam yang dilukiskan Nea di atas paras cantiknya itu bukan pasal kehadirannya yang datang bersama sang kekasih, Daffa Kailin Lim.Sumpah demi apapun yang hidup di atas bumi bulat nan makmur yang ditempatinya sekarang ini, bahwa Xena sudah dengan rapi menutupi rasa kagumnya pada si ketua osis sekolahannya itu. Tak ingin memberikan sebuah rasa kecewa yang besar untuk si teman dekat yang terus berada di sisinya sekarang ini."Gue sama Daffa berselisih paham kemarin malam." Nea menerangkan dengan singkat. Memutar tubuhnya untuk kembali berjalan gontai menuju kursi tempatnya duduk bersama Xena Ayudi."Karena salah Daffa? Pasti bukan." Gadis bersurai panjang itu kini terkekeh kecil.
Bahagia datang menghampiri bersama nyaringnya bel yang berdering tegas mengudara. Membiarkan seluruh siswa dan siswi untuk berhambur keluar ruang kelas dan kembali ke peraduan mereka di dalam nyamanya rumah bersama ayahanda juga sang ibunda tercinta.Gontai sedikit malas langkah sepasang kaki jenjang milik gadis berjaket merah maroon yang kini memutuskan untuk lekas kembali ke rumahnya selepas bel pulang dibunyikan. Memangnya Xena ingin berbuat apa lagi sekarang? Bersua dan bercengrakama ringan dengan kekasih hati atau laki-laki yang menjadi idamannya layaknya teman-teman sebaya dengannya sekarang ini? Jika Xena punya orang istimewa seperti itu, maka ia akan melakukannya.Malik? Tidak! Remaja sialan itu akan mengacaukan banyak hal kalau-kalau Xena datang dan bersua dengannya.Netranya sayu menatap jalanan yang ada di depannya. Beberapa langkah lagi, Xena bisa dinyatakan keluar dari lingkungan sekolah selepas garis gerbang di depannya itu ia lewati mengg
"Lo suka sama Daffa 'kan?" Kalimat itu sukses membungkam rapat mulut Xena untuk tak lagi banyak berkata menanggapi gadis baik yang baru saja ditemuinya beberapa menit yang lalu.Bagaimana Hela Ileana mampu mengetahui apa yang ada di dalam hati Xena Ayudi Bridella saat ini? Jikalau mengingat dengan benar, Xena tak pernah menceritakan pasal rasa bodohnya pada si teman dekat Dania Arabela dan Nea Oktaviana. Apalagi, kalau sampai membongkar keluar rahasia yang disimpannya rapi di dalam hati terdalamnya itu. Hela seorang peramal? Ah! Xena rasa itu terlalu tidak mungkin untuk dibenarkan."Kenapa diem?" tanya Hela sedikit memiringkan kepalanya untuk bisa menatap perubahan paras cantik milik Xena Ayudi.Hela tersenyum ringan. Mengulurkan tangannya kemudian menepuk bahu gadis yang berjalan di sisinya itu. "Maksud gue, bukankah semua cewe di sekolah ini suka sama Daffa? Kalau gak Daffa, pasti Malik."Xena menoleh cepat. Sejenak membulatkan matanya kal
Daffa mulai menelisik setiap bagian ruangan yang kini melindunginya dari sengatan sinar senja yang agung datang untuk menutup hari. Sesekali menoleh pada Malik yang baru saja mengambil satu kursi kecil untuk duduk dan menemaninya sembari menunggu Xena keluar dengan membawa nampan berisi jajaran gelas serta beberapa makanan ringan untuk menyambut kedatangan Daffa Kailin Lim.Remaja kerempeng yang baru saja melepas jas almamater kebanggaannya itu kini kembali menatap aneh penampilan Malik sore ini. Celana pendek selutut yang dibuat dari kain bermotif kotak-kotak, satu kaos tipis berkerah O tanpa motif atau corak yang menghiasi. Sepasang sandal jepit menghias di bawah kakinya. Tak ada seragam atau jaket serta tas punggung yang menghiasi penampilan ala kadarnya saat ini. Seakan fakta sudah memberi tahu Daffa, bahwa Malik adalah tuan rumah bersama gadis cantik Xena Ayudi Bridella."Lo beneran tinggal di sini?" tanya Daffa akhirnya menyela. Menarik fokus milik Malik dan
"Lo beneran ngusir Daffa dari rumah gue?" Xena terus saja menghujani pertanyaan yang sama untuk remaja jangkung di depannya. Berusaha mengabaikan adalah hal yang dilakukan oleh Malik kala sang saudara tiri sudah mulai dengan sikap cerewet nan menyebalkan miliknya."Malik!" bentak Xena kala jengkel mulai dirasa sebab sikap tak acuh dari remaja yang baru saja ingin masuk ke dalam ruang kamarnya di lantai atas."Hm. Gue ngusir dia. Puas?" Malik akhirnya menyahut. Menatap Xena yang tegas memincingkan matanya sebab remaja jangkung di depannya itu menjawab dengan nada enteng bak tak ada dosa selepas mengusir tamu istimewa miliknya.Jika diingat dengan baik, Daffa tak pernah sekalipun datang hingga mampir masuk ke dalam rumah Xena. Duduk sebagai seorang tamu baik yang disuguhkan dengan segelas minuman dingin buatan sang tuan rumah.Hari ini fakta itu terpatahkan. Daffa datang dan duduk di atas sofa tengah ruangan. Bahkan, Xena menyambutnya dengan senyum
Malam datang menghampiri bersama gelap dan hawa dingin yang khas. Suara kerikan jangkrik memecah keheningan yang ada. Menyita fokus gadis yang kini menyandarkan tubuhnya di jajaran pagar besi penyangga yang berdiri tegap mengelilingi sisi balkon rumahnya. Ini adalah hobi Xena kalau malam sepi dan membosankan datang menyapa. Tak ada film atau drama korea dengan aktor tampan penyejuk mata dan pikirannya yang sedang 'amburadul' malam ini. Bukan pasal Malik, namun pasal kehidupan remaja miliknya yang amat sangat membosankan sebab datar tak ada gunung, lubang atau genangan yang bisa diibaratkan sebagai tantangan dalam dirinya menjalani kehidupan masa remaja.Jikalau kata orang, masa muda adalah masanya orang-orang bisa menggila. Berlaku ini itu dengan tingkah konyol nan aneh yang kadang meresahkan. Darah muda adalah darahnya orang berjiwa bebas dengan jiwa semangat motivasi yang tinggi. Mencoba ini itu untuk bisa menjadikannya sebagai pengalaman yang akan diceritakan k
Remaja jangkung di depannya menghela napas ringan. "Karena hanya itu yang bisa gue lakuin sekarang."Xena terdiam. Bahkan seorang Abian Malik Guinandra pun mampu mencintai seseorang dalam diam. Memilih untuk tidak mengubah apa-apa yang sedang berjalan saat ini dengan satu alasan pasti, bawah Malik takut akan banyak hal yang berubah jikalau ia mengatakan hal yang menjadi fakta dalam perasaannya sekarang ini."Kenapa lo tanya kayak gitu?"Gadis yang tadinya tegas menatap luas bentangan cakrawala kini memutar posisi duduknya. Berhadapan dengan si saudara tiri dengan posisi duduk bersila rapi seakan sedang mempersiapkan posisi ternyaman untuk mulai berbincang serius dengan remaja jangkung di depannya itu."Sebenernya gue menyukai seseorang." Xena mulai membuat pengakuan. Memancing reaksi lain sedikit berbeda ditunjukkan oleh Malik saat ini. Terkejut? Sedikit. Hidup bertahun-tahun dengan seorang gadis cantik bernama Xena Ayudi Bridella dan menjabat sebagai saudara
Fajar datang membawa hangatnya sinar sang surya. Bersama dengan riuhnya suasana sekolah kalau bel masuk untuk mengumpulkan berbagai macam bentuk dan sifat siswa siswi sekolah menengah atas Cakra Binanta. Tegas gadis itu melangkah menyusuri lorong sekolah. Lelah selepas berdesakan dengan para penumpang bus yang membawa tubuhnya menyusuri padatnya jantung negara kemudian berhenti tepat di halte bus sebelah sekolahnya. Selepas itu, Xena harus kembali berjalan sedikit jauh memutar untuk sampai ke depan gerbang utama yang biasa menjadi akses seluruh warga sekolah untuk keluar dan masuk lingkungan sekolah.Kini hanya tinggal menyusuri satu lorong saja, Xena sudah bisa dinyatakan sampai ke dalam kelasnya sebelum bel berbunyi dan menyisakan lima belas menit pertama. Sebenarnya ada Malik yang siap menghantar dan menjemputnya pulang menggunakan moge yang diberikan sang papa satu tahun lalu genap di hari ulang tahunnya. Akan tetapi, mengiyakan tawaran si saudara tiri sama dengan X