Meera hari ini ada janji makan siang dengan para geng PSK. Arka dan motornya sudah berada di depan gedung perusahaan menunggu Meera. Mereka makan di salah satu mall yang dekat dengan kantor Meera.
Saat Meera dan Arka datang, Reya Celine dan Candy sudah ada disana menunggu mereka. Mereka berlima sangat heboh membicarakan banyak hal sambil makan Bersama. Celine mengusulkan untuk membuat kemah bersama saat akhir pekan dan mereka semua setuju akan hal itu.
Reya bertanya kepada Meera perihal konsultasi kandungan yang harus Meera lakukan setiap bulan dan Meera berencana akan mengunjungi salah satu rumah sakit besok.
Saat mereka masih bercerita banyak hal, mata Meera menangkap satu sosok yang dia cari selama ini. Meera masih berpikir apa yang akan dia lakukan, hingga sosok itu pergi bersama beberapa orang lainnya. Meera langsung berdiri membuat sahabatnya terkejut.
"Gue deluan ya, Re nanti bayar pake kartu gue aja. Pinnya sama kaya dulu," kata Meera lalu langsung pergi sebelum mendengar jawaban dari teman-temannya.
Meera sedikit berlari mencari sosok itu, dia lalu melihat kesana kemari hingga melihat pria itu menuju pintu mall dan masuk kedalam sebuah mobil. Meera buru-buru menaiki taksi mall dan meminta si supir mengikuti mobil pria itu.
Saat sudah setengah jam mengikuti, ternyata mobil pria itu berhenti di salah satu kantor cabang Derson Group di Jakarta. Bukan, itu bukan kantor Meera karena ini adalah kantor cabang sementara Meera berada di kantor Pusat. Baru Meera ingin menemui pria itu setelah membayar taksi tapi ternyata pria itu sudah pergi lagi membuat Meera mengumpat. Tapi Meera tidak habis akal, dia datang ke bagian resepsionist untuk bertanya tentang pria tadi.
"Hallo ada yang bisa saya bantu ?" tanya si resepsionist.
"Ah...saya mau bertanya apakah pria yang baru saja dari sini tadi karyawan disini ?"
"Maksud nona ?"
"Tadi ada pria yang baru dari sini menggunakan kemeja navy dan celana jeans, apakah dia karyawan disini ?" wanita itu baru paham maksud Meera.
"Oh itu adalah Sir Zyan. Apa ada yang bisa saya bantu ?"
"Oh begitu. Bisa berikan nomor saya kepadanya ? katakana padanya kalau saya Zean yang pernah bertemu dengannya di London. Dan ini penting !" wanita itu ingin menolak namun Meera terlihat sangat membutuhkan pertolongannya.
"Baiklah akan saya sampaikan jika Sir Zyan kembali kesini."
Meera mengangguk lalu berterimakasih, namun saat ingin pergi dia dipanggil oleh sosok wanita yang dia kenal.
"Eh Bu Via," kata Meera tersenyum pada bos besarnya itu. Via adalah salah satu pemegang saham sekaligus asistan direktur. "Ada apa kamu kesini ?" tanya Via dan Meera tanpa berpikir banyak menjawab saja apa yang sebenarnya terjadi.
"Saya sedang ada perlu dengan pria bernama Zyan, jadi saya menitipkan nomor telpon saya untuk diberikan kepadanya."
"Kamu ada perlu apa dengan Zyan ?" tanya Via terlihat curiga.
"Ah, tidak apa-apa bu. Hanya beberapa hal pribadi." Via mengangguk, sebegai bos besar Zyan memang jarang terlihat apalagi di Indonesia. Zyan juga hanya sesekali ke Indonesia, namun bukankah Meera karyawan mutasi dari London. Pikir Via, namun dia tidak ingin bertanya lebih jauh lagi.
"Baiklah saya akan menyampaikan pesanmu kepada Zyan. Tapi sepertinya kamu butuh waktu lama untuk bertemu dengannya karena dia sudah akan pergi keluar negri beberapa menit lagi." Meera mengangguk, dia tidak berpikir kalau Via dan Zyan memiliki hubungan yang dekat.
Dia pergi dari kantor itu menggunakan taksi untuk kembali ke kantornya, namun saat diperjalanan nama Zyan terus dia pikirkan dan merasa saat ini nama itu familiar di ingatannya. Tapi Meera belum juga mengingat siapa Zyan sebenarnya.
****
Ditempat lain Via langsung menghubungi Zia, sepupunya sekaligus adik dari Zyan. Via tahu pesawat Zyan sudah lepas landas maka dari itu dia menghubungi Zia. Zia dan Meera mungkin belum pernah bertemu karena Meera baru aktif di kantor pusat sejak dua hari yang lalu. Ntah apa yang terjadi tapi Via yakin ada yang tidak beres antara Meera dan Zyan.
Meera sore itu sudah berada di apartementnya saat mendapatkan telpon dari wanita bernama Zia. Dia menyanggupi untuk datang ke puncak menggunakan taksi. Untungnya jalan tidak terlalu macat.
Meera melihat sebuah Villa besar yang terlihat sangat mewah meski hanya melihatnya dari luar, dia masuk kedalam villa tersebut setelah wanita bernama Zia itu mempersilahkannya masuk.
Mendengar Zia mengatakan kalau Zyan adalah saudara prianya membuat Meera sedikit terkejut. Begitu juga Zia yang tahu fakta kalau Meera atau Zean sedang hamil anak dari Zyan.
Zia berjanji akan menghubungi Meera secepatnya dan berniat baik untuk memesankan taksi bagi Meera namun Meera menolaknya. Tak lama Meera pulang Zia langsung menelpon Zyan yang baru tiba di Mesir. Zia langsung mengomeli Zyan membuat pria itu sangat terkejut.
"Aku akan memukul kepalamu Zyan, cepat ke Indonesia wanita yang kau hamili mencarimu."
****
Meera didalam taksi memikirkan wanita bernama Zia, dan tentu dia tahu siapa nama itu. Wajah Zia mondar-mandir di layer kaca. Wanita itu bernama Zia Derson Ozvick, dan tadi kata Zia kalau Zyan adalah saudara laki-lakinya itu berarti Zyan adalah .
"Tuhan," kata Meera merasa sangat bodoh. Zyan ternyata adalah salah satu bos-nya. Zyan Derson Ozvick dan dia hamil anak pria itu. Meera yakin ini akan menjadi sangat rumit.
Hari ini dia benar-benar sangat lelah, Meera berbaring tanpa mengganti pakaiannya. Hal yang tidak pernah dia lakukan. Karena terlalu Lelah dia bahkan langsung tertidur dengan pulas.
Tbc 🌸🌸🌸
Nah bagaimana ? Mau aku double up gak ?? 😘
Zyan Derson Ozvick, Pangeran Mahkota dari Fortania. Dia selalu membanggakan keluarganya dan dia sudah memiliki tunangan bernama Melisa. Wanita yang meski baru satu tahun berpacaran serius dengannya dan bagi Zyan Melisa satu-satunya wanita yang mengerti dirinya. Tapi sepertinya hubungannya akan berantakan karena kencan sialan malam itu. Seberapa kuat Zyan melupakan sosok itu ternyata hal yang sangat dihindari Zyan tetap terjadi. Wanita itu hadir dan akan merusak mimpinya. Zyan mengumpat setelah ibundanya menelpon dan meminta dia segera kembali ke Indonesia untuk membawa wanita bernama Zean itu ke Fortania."Sial !" umpat Zyan lalu melihat nomor tunangannya menelpon. Zyan tidak mengangkat telpon itu dan malah mematikan ponselnya. Dia langsung menghubungi sekertarisnya untuk segera mengatur pertemuan dengan pihak Mesir.****Meera masih di ruangannya saat sosok pria yang ingin dia temui hadir. Tiga hari berlalu dari saat dia mel
Meera dan Reya sangat terkejut saat melihat banyaknya pengawal yang menyambut mereka di Bandara. Zyan satu mobil dengan Zia sementara Via,Meera dan Reya di mobil yang satunya. Ada sekitar lima mobil yang mengiringi mereka tiba di Kerajaan.Pintu gerbang istana terbuka begitu plat mobil kerajaan dikenali, Reya dan Meera menahan kekaguman mereka. "Ayo turun, kita sudah sampai." Via tersenyum mengajak Meera dan Reya masuk kedalam istana megah itu.Mereka masuk ke sebuah gedung yang sangat megah dan banyak pengawal yang menjaga setiap sisi. "Selamat datang untuk kalian," sambut Ratu yang bernama Zira. Wanita anggun itu tak lain adalah ibu dari Zyan. Pria yang duduk di satu kursi megah memeluk Via dan Zia bergantian lalu tersenyum kepada Meera juga Reya."Sepertinya kalian sangat lelah, lebih baik kalian beristirahat. Kita akan kembali bertemu di acara makan malam." Zira menyetujui apa yang dikatakan suaminya itu. Dia mengajak Rey
Meera menghapus air mata yang jatuh saat dia menceritakan semuanya kepada Reya. Alvian dan Zira menemuinya dan meminta maaf atas perlakuan Zyan. Reya disana mendengarkan semua hal yang Zira dan Alvian katakan kepada Meera."Meera, kami meminta kamu untuk menikah dengan Zyan. Apakah kau mau menikah dengannya ?" tanya Alvian."Maaf Baginda saya tidak bisa. Zyan dan saya tidak bisa bersama dalam ikatan pernikahan yang sesungguhnya.""Tapi bagaimana dengan status anak yang kau kandung Meera ?" tanya Zira."Saya akan memikirkannya nanti yang mulia Ratu.""Meera, bagaimanapun anak yang kau kandung adalah darah daging kami. Dia cucuku, dia keturunan kerajaan ini. Apa yang akan rakyat ku katakan jika mereka tahu kalau aku membiarkan cucu ku diluar sana." Meera menunduk, dia hanya bisa diam saat ini. Tiba-tiba Zira berlutut dihadapan Meera membuat Meera terkejut."Meera aku mohon maafkan
Reya sedang melakukan video call dengan para geng PSK, dia sudah siap dan tinggal menunggu Meera selesai di dandani. Seluruh keluarga tadi satu persatu sudah berkenalan dengan Meera dan mereka juga meminta maaf atas perlakuan Zyan. Ternyata tidak semua keluarga kaya raya dan terpandang itu sombong, buktinya keluarga Derson dan Ozvick ini terlihat sangat sopan dan ramah.Akhirnya Meera sudah selesai menggunakan gaun berwarna putih gading dengan make-up yang tipis. Wajah cantik Meera terlihat sangat menawan dan Reya bangga dengan sahabatnya ini.Reya mengiringi Meera untuk keluar kamar karena ijab qabul akan dilakukan. Dion paman dari Zyan lah yang menjadi wali nikah Meera karena dia tidak memiliki siapapun. Semua mata menatap kehadiran Meera termasuk Melisa yang ada disana. Dia duduk tepat di belakang Zyan yang sedang berhadapan dengan penghulu."Meera Zean Anastashya apa kau menerima Zyan Derson Ozvick menjadi suami
Reya dan Meera sudah tiba di Jakarta, mereka berdua tahu setelah ini pasti akan ada rentetan pertanyaan yang muncul dari Arka, Celine, dan Candy. Meera meminta para geng PSK itu untuk datang ke apartement-nya.Meera berbaring di sofa bed karena tubuhnya sudah terasa sangat lelah. Celine sedang memasak mie instan dan Candy serta Arka menemaninya di ruang keluarga. "Loe yakin udah nikah Meer ?" tanya Arka membuat Meera menatap Arka balik bertanya."Ya ! setidaknya sampai anak ini lahir." Meera mengusap perutnya lalu Celine pun datang dengan nampan makanan yang dia bawa."Cincin nikah loe mana ? trus lakik loe kaya mana wujudnya ?" tanya Celine."Mendingan kalian gak usah tanya-tanya pria itu deh," jawab Reya yang sepertinya masih kesal dengan Zyan. "Ganteng sih, tapi gak ada akhlak-nya." Lagi-lagi Reya masih sangat kesal."Hidup memang penuh kejutan ya," ujar Candy yang terlihat memikirkan sesuat
Dua minggu yang tidak ingin Meera lewati pun tiba. Zira menemuinya Bersama Zyan di kantor lalu mereka bersama-sama ke rumah sakit tempat biasa Meera memeriksakan kandungannya. Usia kandungan Meera yang sudah masuk minggu ke dua belas membuat Zira terlihat sangat bahagia. Meera tidak banyak berbicara, dia hanya menjawab apa yang Zira tanyakan.Rasanya dia benar-benar ingin segera sampai di apartment- nya. Lalu Meera menatap wajah Zyan yang terlihat sangat serius melihat layar monitor dimana posisi letak bayi yang dia kandung dijelaskan oleh dokter. Pertama kali Meera melihat Zyan tersenyum karena penuturan dokter kandungan yang mengundang tawa. Meera kedapatan oleh Zyan sedang menatapnya lalu Meera segera mengalihkan pandangan ke sembarang arah.Lagi-lagi Meera merasa tidak nyaman saat Zira memintanya untuk ikut ke rumah Dion dan tinggal beberapa hari disana bersama mereka. Meera merasa Zira sedang mencoba mendekatkannya dengan Zyan, dan Meer
Meera bangun dari tidurnya lalu mencium aroma yang sangat menggiurkan. Dia langsung menginjak kaki ke lantai dan mengambil kacamata yang selalu dia pakai jika tidak memakai lensa mata.Dia melihat Zyan membaca salah satu buku koleksinya, Meera bingung siapa yang masak di dapurnya.Tanpa menyapa Zyan dia berjalan ke arah dapur dan melihat satu pria dengan seragam koki sedang menyiapkan hidangan yang sepertinya sangat lezat."Ck," gumam Meera lalu berjalan kembali ke tempat Zyan berada. "Siapa yang memberikanmu ijin membawa orang lain ke sini ?""Aku lapar dan tidak bisa memasak. Jadi aku meminta salah satu koki di rumah uncle Dion untuk kesini. Apa ada masalah ?" tanya Zyan menampilkan seringai menyebalkan.Meera tersenyum lebar namun jelas sangat terpaksa. "Oh... terima kasih Pangeran Mahkota," ujarnya sarkas lalu masuk kedalam kamar.Zyan menggelengkan kepala karena Meera benar-benar aneh bagin
Sudah dua hari Zyan berada di apartment Meera, tidur di sofa dan Meera membiarkannya saja. Makan masakan Meera jika wanita itu memasak banyak dan sudah tersaji di meja makan, memesan makanan dari restoran jika Meera tidak memasak.Satu yang di sadari Zyan tentang Meera adalah Meera tidak banyak bicara dan hobinya adalah membaca buku-buku tebal. Zyan tahu Meera memang menganggapnya tidak ada disana karena wanita itu tidak perduli dengan apa yang Zyan lakukan setelah mengusirnya dari kamar.Jika ditanya kenapa Zyan sampai dua hari berada di apartement Meera, alasannya adalah karena Zira tidak mengijinkannya untuk meninggalkan Meera selama mereka di Indonesia, jika tidak Zira dan Alvian tidak akan merestui hubungannya dengan Melisa. Kenapa Zyan sangat mencintai Melisa ? jawabannya entah lah, karena pria itu sendiri hanya nyaman dengan kedekatannya dengan Melisa. Melisa adalah wanita yang mandiri dan tidak suka merepotkannya, Melisa memiliki usa