Share

7 :: Sosok Mr.D

Zyan Derson Ozvick, Pangeran Mahkota dari Fortania. Dia selalu membanggakan keluarganya dan dia sudah memiliki tunangan bernama Melisa. Wanita yang meski baru satu tahun berpacaran serius dengannya dan bagi Zyan Melisa satu-satunya wanita yang mengerti dirinya. Tapi sepertinya hubungannya akan berantakan karena kencan sialan malam itu. Seberapa kuat Zyan melupakan sosok itu ternyata hal yang sangat dihindari Zyan tetap terjadi. Wanita itu hadir dan akan merusak mimpinya. Zyan mengumpat setelah ibundanya menelpon dan meminta dia segera kembali ke Indonesia untuk membawa wanita bernama Zean itu ke Fortania.

"Sial !" umpat Zyan lalu melihat nomor tunangannya menelpon. Zyan tidak mengangkat telpon itu dan malah mematikan ponselnya. Dia langsung menghubungi sekertarisnya untuk segera mengatur pertemuan dengan pihak Mesir.

****

Meera masih di ruangannya saat sosok pria yang ingin dia temui hadir. Tiga hari berlalu dari saat dia melihat sosok Mr.D itu dan kini pria itu ada di ruangannya. Mereka saling terdiam satu sama lain hingga Zyan membuka suaranya.

"Apa benar itu anak ku ?" Meera yang ditanya seperti itu hanya bisa mengangguk lalu menjawab pertanyaan itu dengan suara yang nyaris tidak terdengar oleh Zyan.

"Aku tidak pernah melakukan hal ini sebelumnya."

Meera begitu terkejut melihat kehadiran Zyan di ruangannya dan seluruh isi kantor pasti akan heboh perihal Zyan yang menemuinya.

"Begini, aku merasa kau salah. Kau tahu kita hanya bertemu satu kali dan itupun kau menggoda ku, jadi aku pikir ini salah." Kepala Meera rasanya akan meledak saat ini juga, perkataan Zyan benar-benar menghinanya.

Tapi sebelum dia menjawab sosok Zia dan Via langsung masuk keruanga dan sepertinya mereka mendengar apa yang dikatakan Zyan. Zia langsung menampar kakaknya itu tanpa ragu. Meera bersyukur setidaknya Zia tahu posisinya saat ini.

"Kau tidak tahu malu ! Mommy meminta mu untuk membawa wanita yang sudah kau rusak masa depannya ini ke Fortania, bukan untuk kau salahkan atas apa yang kau perbuat. Kalian sudah sama-sama dewasa dan kalian harus bisa bertanggung jawab," kata Zia. Sementara Via mendekati Meera untuk berbicara dengannya. Meera melirik sosok Zyan yang sedang mengeraskan rahang.

"Meera, aku sudah meminta HRD memberikanmu cuti untuk beberapa hari. Kau bisa pergi ke Fortania Bersama kami, aunty serta uncle di sana ingin bertemu denganmu, dan aku mohon jangan ada yang tahu perihal kehamilanmu saat ini."

"Orang-orang kantor tidak ada yang tahu Bu, hanya beberapa sahabat yang bisa saya percaya. Saya juga tidak tahu jika pria yang saya cari itu ternyata____," gumam Meera tertahan namun Via yang paham mengusap bahu Meera seolah mengatakan tidak apa-apa.

"Saya akan meminta supir mengantarkan mu kembali, dan kita akan bertemu di Bandara. Bawalah beberapa pakaianmu serta jika kau ingin ajaklah seseorang untuk menemanimu selama disana. Jika memang kau memerlukannya." Meera mengangguk dan bingung untuk mengajak siapa.

Saat Zyan, Zia dan Via pergi dari ruangannya Meera langsung menelpon Reya. Sepertinya hanya Reya yang bisa menemaninya karena yang lain sibuk dengan kegiatan masing-masing dan hanya Reya yang bisa kesana-kemari tanpa hambatan.

"Hallo Re, loe ada passport gak ?" Reya sepertinya bingung kenapa Meera tiba-tiba menanyakan hal ini.

"Ada sih, kenapa loe tanya passport gue sih ?"

"Good. Loe bisa kan temenin gue ketemu sama keluarga cowo yang udah hamilin gue ?"

"Meer jadi loe udah tau _____," ucapan Reya langsung dipotong oleh Meera.

"Iya udah. Dan ini gue diminta ketemu sama keluarganya, nanti gue jelasin langsung. Gue minta loe temenin gue ya, setidaknya bawa barang-barang yang loe butuhkan untuk satu minggu kedepan."

"Oke deh kalau gitu," jawab Reya.

"Dua jam lagi gue jemput loe." Reya terdengar berteriak histeris namun Meera buru-buru mematikan sambungan telponnya.

Meera memberikan pesan kepada sekertarisnya untuk mengabarkan laporan apapun di emailnya dan pamit untuk beberapa hari. Apa yang dikatakan Via benar, sudah ada supir yang menunggu Meera di depan kantor yang langsung membawanya ke apartement wanita itu.

Meera yakin seratus persen kalau masalahnya ini akan sangat rumit. Meera sudah membuat keputusan, jika memang Zyan merasa ini bukan anaknya maka tidak masalah baginya yang terpenting dia sudah memberitahukan hal ini kepada Zyan. Dalam hati Meera sangat menyesali harus terlibat dengan orang-orang penting seperti keluarga Derson. Ditambah Zyan adalah seorang pangeran mahkota.

****

Reya sudah menunggu Meera dengan satu koper kecil di toko kuenya. Mereka langsung berangkat ke Bandara karena Zyan dan keluarganya menunggu disana. Meera menceritakan semuanya kepada Reya yang menepuk jidatnya. Mereka berdua yakin tidak akan mudah melewati masalah ini.

"Loe gak apa-apa kan Meer ?" tanya Reya dan Meera mengangguk.

"Oh ya, loe dapat salam dari Bumi. Katanya pesan dia gak loe balas-balas." Meera langsung memutar bola matanya mendengar kalimat Reya.

"Loe tahu gue kan ? kalau gak penting gak akan gue balas." Reya mengangguk dan tertawa mendengar hal itu.

Tak lama mereka tiba di Bandara, Reya terkagum saat melihat sosok Zyan yang tampan berdiri menatap kehadiran mereka. Pria itu tidak banyak bicara, hanya Via dan Zia yang terlihat sangat ramah kepada mereka.

Mereka menaiki pesawat pribadi milik keluarga Derson untuk sampai di Fortania, dan ini adalah pertama kalinya Meera serta Reya menaiki pesawat pribadi. Tidak ada percakapan antara dia dan Zyan, hanya Zia yang langsung duduk di sebelah Meera untuk berbicara banyak hal. Sementara Reya sibuk menatap layar ponselnya.

"Maafkan sifat kakakku ya," ucap Zia dan Meera mengangguk. "Zyan sebenarnya sudah bertunangan, jadi aku sangat yakin kalau dia sangat bingung saat ini. Kami kembar jadi aku bisa merasakan kegelisahannya." Meera lagi-lagi hanya diam.

"Dimana kalian pertama bertemu ?"

"Sebenarnya aku dan dia tidak saling kenal, kami hanya melakukan kencan buta satu kali dan entah bagaimana aku bisa terbangun dikamar hotel dengan keadaan yang____,"

"Oke..oke aku paham," sambung Zia.

"Zia aku benar-benar tidak masalah jika Zyan tidak mengakui ini anaknya. Karena sebenarnya aku hanya ingin dia tahu dia memiliki anak dariku. Aku seorang Yatim piatu, aku tahu bagaimana rasanya hidup tanpa sosok orangtua yang tidak aku tahu siapa, dan karena itu aku mencari Zyan."

Zia mengangguk paham dan tersenyum lembut kepada Meera. "Mommy ku pasti akan menyukaimu." Meera sedikit menyunggingkan senyuman mendengar hal itu.

Setelah itu tidak ada percakapan lebih, mereka semua tidur, makan, tidur lagi hingga pesawat mendarat di Bandara Fortania.

Tbc....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status