Share

07

Sesampainya di jalan raya, mereka harus menyeberang jalan agar bisa mengendarai angkot yang akan menuju ke terminal lebak bulus.

Di antara teman-temannya, sepertinya hanya Mia yang terkesima melihat suasana Jakarta Selatan dengan lebih dekat untuk pertama kali. Meskipun ada perasaan was-was karena dia sama sekali belum pernah naik angkot sendirian dengan jarak sejauh ini. Namun, antusiasnya dengan pemandangan baru, bisa mengalihkan rasa cemasnya.

"Dari sini kita naik S11, ya?" Mia memastikan angkutan umum yang akan mereka tumpangi pertama kali.

"Iya, Mia kita naik S11. Tuh, dia angkotnya." Rossa menunjuk ke arah angkot berwarna merah dari arah kanan.

Mereka satu persatu naik angkot yang dimaksud. Tidak lupa Kayobi membuang rokoknya dan membiarkan tetap menyala lalu padam tertiup angin. Dengan peluh yang bercucuran, mereka mendorong jendela angkot lebar-lebar agar bisa menghirup udara sebanyak-banyaknya.

"Haduh, gerah banget, aus!" Indira mengibas-ngibas tangannya ke leher. "Nanti kita beli es yuk, di terminal."

"Boleh, ditraktir, kan? Ditraktir pasti!" sahut Kayobi.

"Idiiih, katanya cowok ganteng. Tapi masa minta traktir cewek yang masih kaya anak kecil," celetuk Mia.

"Wooo, Kayobi!" seru Indira dan Rossa menyoraki Kayobi bersamaan.

"Eh iya, Mia tadi kamu kenapa deh senyum-senyum sendiri?" tanya Indira. "Kenalan sama cowok, yaaa?"

"Ciiieeee," sorak Rossa dan Indira.

"Gue tau, kok, karena apa." Kayobi kembali menimali hal yang sama.

Mendapat ejekan seperti itu, pipi Mia kembali bersemu. "Emang kamu lihat beneran Kayobi?"

Kayobi menaikkan alisnya lagi dengan sorot mata jail. "Ada, deeeh."

"Iih kasih tahu, dong. lihat apaan, sih?" tanya Rossa.

"Enggak, ah. Aku malu, Cha."

"Ya udah, sih, sama kita-kita ini," ujar Indira. "Palingan diajak cowok kenalan. Ya, kan?"

"Iya, ih. Yang mana, sih orangnya? Anak mana?" tanya Rossa lagi.

"Enggak, dia bukan anak sekolahan, kok," jawab Nia sembari tersipu.

"Hah? Serius lo? Terus siapa dong?" tanya Kayobi yang nampak paling terkejut diantara dua gadis lainnya.

"Loh? Tadi katanya kamu lihat, Bi? Eh, Kay." Mia mengerutkan dahi dan menatap penuh curiga.

"Hehe, enggak, kok. Gue gak lihat. Gue cuma nebak aja."

"Terus kalo bukan anak sekolah, siapa dong Mia?" Rossa semakin mendesak.

"Aku gak tahu, Cha."

"Gak tahu gimana maksudnya?"

"Ya, aku gak tahu dia itu siapa. Aku gak sempet nanya siapa dia."

"Terus maksudnya dia bukan anak sekolah, berarti dia gak pake seragam gitu?" Kali ini giliran Indira yang bertanya dan langsung dijawab anggukan oleh Mia.

"Berarti dia pake baju bebas gitu?"

Mia menggeleng, "Enggak, dia pake kemeja."

"Masa orang tua murid?" Kayobi masih keheranan.

"Enggak, kayanya. Soalnya aku pernah ketemu waktu daftar minggu lalu."

"Berarti guru dong?"

"Gak tahu juga, sih."

Memori tentang pertemuan kedua dengan laki-laki itu membuat darah hangat naik ke wajah Mia. Bahkan jantungnya kembali berdegup tak keruan. Berbagai perasaan bercampur dalam batin, hingga ia tak mampu menjabarkannya dalam kata-kata. Namun, yang ia tahu, laki-laki itu makin mengusik pikirannya, sampai tebersit satu tanya yang tak pernah dirasakannya: 'apakah ini cinta?'

Sepanjang jalan teman-teman Mia selalu mengejeknya juga mendesak agar Mia mau memberikan gambaran seperti apa sosok pria itu. Namun Mia menutup mulutnya rapat-rapat. Lagipula Mia juga belum berani memastikan apa pun, karena semuanya masih terlalu dini.

Perjalanan dua puluh menit untuk tiba di Terminal Lebak Bulus pun jadi tak terasa. Mereka turun dari angkot setelah membayar tarif sebesar seribu rupiah kepada supir. Lantas tanpa komando, empat sekawan itu langsung berhamburan menuju penjual minuman es buah dan es teh yang ada di depan pintu masuk terminal. Saking panas dan haus, mereka menyedot minuman dingin itu kuat-kuat.

"Aaahh ...," seru mereka bersamaan.

"Indira, kamu dari sini naik apa?" tanya Mia yang baru pertama menginjakan kaki di Terminal Lebak Bulus.

"Tuh, naik 106 Mia." Indira menunjuk ke arah angkot berwarna biru.

Tak lama setelah menyedot minuman dinginnya hingga setengah, Indira pun berpisah dengan Mia dan kawan-kawan. "Aku duluan, ya, daah." Indira melambaikan tangan.

"Mia, dari sini kamu mau naik apa?" tanya Rossa.

Mia diam cukup lama. Dia sedikit kebingungan juga takut karena ini adalah pengalaman pertama meskipun Mia sudah sering melihat angkot jurusan Pamulang atau Ciputat.

"Aku ... mmmm ... naik D02 aja, deh. Biar ada temennya. Kalo udah sampe Ciputat kan udah deket."

"Ya udah, ayok!" ajak Kayobi.

Mia, Kayobi, dan Rossa melanjutkan perjalanan menggunakan angkutan umum dengan nomer D02 jurusan Ciputat. Sepanjang perjalanan yang memakan waktu paling lama ini, mereka bertiga kembali bersenda gurau dan saling mengenal lebih jauh. Seperti Rossa yang ternyata harus berjauhan dengan adiknya, karena orang tuanya berpisah. 

Sementara Kayobi, ternyata dia bersungguh-sungguh saat bilang ingin serius belajar kali ini. Dia ditegur orang tuanya agar belajar dengan serius karena ini adalah kesempatan terakhir belajar di sekolah. 

"Eh, Mia. Berarti lo suka sama cowok itu, ya?" Entah dapat bisikan dari mana si Kayobi, tiba-tiba saja dia menanyakan hal itu lagi.

"Iih, apaan sih," Mia kembali tersipu.

"Tuh, berarti lo suka."

"Ciieee, Mia. Baru juga masuk sekolah udah suka-sukaan," goda Rossa.

"Mmmm ... enggak, kok."

"Gak apa-apa lagi. Kan udah mau tujuh belas tahun," ucap Rossa.

"Nah, itu. Masalahnya dia suka gak sama Mia?" Kayobi kembali memasang muka jahilnya. Bunga dalam hati Mia seketika layu.

"Iih, Kayobi. Jangan gitu, dong!" Rossa mendorong Kayobi karena sebal.

"Gue serius," ucap Kayobi sedikit mengerutkan dahi. "Apalagi tadi lo bilang dia bukan murid, dan pakai kemeja—eh, bentar! jangan-jangan ... yang tadi berdiri di depan pintu ruang guru yaa?!" Suara Kayobi sedikit meninggi. Pupil matanya pun membesar seperti detektif yang baru memecahkan misteri. Begitu juga Rossa yang sama-sama melototnya.

Mia langsung salah tingkah dan berusaha mengelak. Namun tentu saja itu tidak membuahkan hasil. Ke dua temannya malah memasang tampang curiga.

"Udah, sih, ngaku aja." Rossa menyenggol Mia.

Mia tidak menjawab, karena dia sendiri belum bisa memastikan apa pun saat ini. Jangankan untuk tahu apakah pria itu juga menyukainya, sekadar namanya saja Mia tidak tahu.

"Nah, maksud gue itu. Siapa pun dia, usianya pasti di atas kita, dong," ucap Kayobi.

"Terus kenapa?" tanya Mia dan Rossa.

"Ya, mana mungkin dia suka sama anak kecil! Hahahaha!" Kayobi tertawa sangat kencang, sampai supir angkot melirik dari spion mobil.

Kayobi kembali terbatuk-batuk sebelum memulai pembicaraannya lagi. "Muka lo tuh masih anak-anak banget Mia. Namanya juga baru lulus SMP. Kalo kakak kelas yang udah mau lulus, itu baru mungkin. Masih culun lah istilahnya, hahaha."

"Iiih, Kayobi apaan, sih. Jangan gitu dong, ngomongnya." Rossa menghampiri Mia yang cemberut.

"Tapi gue gak bilang jelek, ya. Kalian bertiga cantik, kok, sebenernya. Cuma masih cupu aja," imbuh Kayobi.

Mia dan Rossa saling berpandangan. Tanpa sepatah kata mereka berdua sepakat untuk menghujani Kayobi dengan pukulan.

"Eh, ampun ampun! Orang dibilang cantik, kok, marah, sih?" Kayobi melindungi dirinya dengan tangan.

Sesampainya di Ciputat, Mia berpisah dengan Kayobi dan Rossa. Dia harus naik angkot sekali lagi untuk bisa tiba di rumahnya.

"Kamu tahu kan, angkotnya yang mana?" tanya Rossa tang khawatir dengan Mia.

"Tahu, kok. Kalo Ciputat aku udah biasa."

Di dalam angkot jurusan Pamulang yang kelamaan ngetem, setiap ucapan dari Kayobi tadi perlahan mengusik hati kecil Mia. Meskipun terasa menjengkelkan, tetapi apa yang Kayobi ucapkan ada benarnya. Mana mungkin pria dewasa seperti itu, bisa menyukai gadis yang bahkan body lotion saja belum pernah pakai.

Mia pun larut dalam lamunan yang membawanya masuk ke dalam memori yang belum terlalu jauh berlalu, yaitu kenangan masa SMP. Dia teringat dengan beberapa teman perempuan seangkatan yang menurutnya sudah terlihat cukup dewasa. Mulai dari cara berpakaiannya yang membentuk badan, cara berjalan, berdandan, bahkan banyak juga yang terang-terangan berpacaran.

Semua bayangan itu berhasil membuat Mia minder sendiri sepanjang perjalanan pulang ke Pamulang.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status