Share

Timbangan

Ia merasa detak jantungnya bisa terdengar dari jarak 5 meter saking kencangnya. Nacita kini semakin mendekat ke arahnya. Namun, setelah sampai di depan Stevia, gadis itu malah segera masuk tanpa berkata apa-apa. Stevia kecewa, baginya lebih baik mendengar celotehan atau bahkan kemarahan Nacita ketimbang dicuekin begini. Gadis itu seperti kehilangan pita suara saat bertemu dengan Stevia. 

"Nacita, sapa temanmu dulu! Kamu seperti tidak punya sopan-santun."

Yang ditegur malah duduk santai di kursi seolah tidak mendengar ucapan neneknya.

"Maaf ya, nak Stevia! Nacita memang sering begjtu."

"Nggak apa-apa, nek. Stevia pulang dulu ya. Hari sudah mulai gelap."

Jovian ternyata belum pulang, ia masih berdiri di dekat sepeda motornya. Saat Stevia hendak mengayuh sepedanya, pemuda itu mengeluarkan suara.

"Hati-hati ya!"

Stevia mengangguk sambil tersenyum. Entah mengapa ia merasa senang mendengar sebuah kalimat pendek yang biasa-biasa saja.

***

"Ngapain dia ke mari?" Nacita akhirnya buka suara setelah Stevia pergi lima menit yang lalu.

Jovian sudah ada di dalam rumah dan kini asyik mengunyah keripik singkong.

"Ngapain nanya sama nenek? Harusnya kamu tanya sama dia tadi." Neneknya tak mau kalah.

"Itu sih bukan jawaban, nek. Lagian dia tahu darimana aku tinggal di sini?"

"Sok jual mahal sih kamu. Pura-pura nggak peduli padahal pertanyaannya banyak. Dasar aneh!" Jovian menimpali tapi mata fokus melihat ke kaleng kerupuk.

Nacita menarik benda yang sejak tadi diamati Jovian. Tiba-tiba Jovian melirik ke arahnya.

"Kembaliin nggak? Pasti tersinggung sama kata-kataku tadi. Tapi bener kan?"

Setelah aksi rebut-rebutan kaleng kerupuk yang dimenangkan oleh Jovian, Nek Miriam, neneknya Nacita akhirnya berbicara. 

"Sikap cuekmu itu yang malah bikin orang jadi penasaran sama kamu, Ta. Waktu kalian pertama kali bertemu, kamu nggak jawab pertanyaan Stevia tentang siapa namamu. Jadinya dia mencari tahu."

"Betul itu, nek. Andaikan aku jadi Stevia sudah pasti aku nggak mau lihat muka Nacita lagi. Udah nggak cantik, sok pula."

Jovian menghindar karena Nacita ingin mencubitnya. Meski begitu tetap kena juga. Jovian meringis, 

"Tambah satu lagi cubitannya ekstra pedas. Itu tangan apa tang? Ekstrem banget."

Jovian kembali menghindar dengan bangkit dari kursinya sebelum dipukul oleh Nacita.

"Mungkin kamu harus bersikap ramah Nat. Stevia kelihatannya tulus mau berteman denganmu."

"Iya, Ta. Nenek juga berharap kamu punya teman selain Jovian. Dan doa nenek dijawab dengan hadirnya Stevia. Kamu mau jutek terus sama orang?"

"Aku bikin adonan donat dulu ya."

Lalu, Nacita kabur ke dapur tanpa memedulikan ucapan nenek dan sahabatnya itu. Jovian dan Nenek Miriam hanaya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah Nacita. 

***

"Kalian suka nongkrong di sini ya?"

Jovian dan Nacita segera menoleh ke sumber suara. Tentu saja itu suara Stevia. Siapa lagi yang berani dan ramah pada mereka berdua. Hanya saat diperlukan saja Nacita dan Jovian mau berkomunikasi dengan siswa-siswi lain di sekolah ini.

"Ya habis nongkrong di mana lagi. Nggak ada jembatan layang di sekolah ini."

Stevia tertawa mendengar ucapan Jovian, sedangkan Nacita malah melotot. Baginya kata-kata Jovian tadi bukannya lucu tapi malah garing.

"Kenapa sih kamu mau dekat-dekat sama kami berdua? Teman sekelas kami aja ogah berhubungan dengan kami."

Stevia malah senang dengan pertanyaan aneh yang Nacita lontarkan. Ketimbang hari minggu lalu, ia dicuekin seolah hanya angin lalu. 

"Aku mau jadi sahabat kalian berdua. Kira-kira apa syaratnya?"

"Kayak mau ngelamar kerja aja." kata Jovian sambil tertawa. Stevia juga ikut tertawa sembari duduk di samping Nacita. Lokasinya sama saat pertama kali Stevia menyapa mereka berdua dan di jam istirahat juga.

"Nggak ada syaratnya tapi kamu nggak boleh gabung sama kami."

"Jadi anggotanya cuma kalian berdua aja, Na? Pelit amat!"

Nacita mengangguk tapi kemudian dia berkata, "Namaku dipanggil sesuka hati ya? Nenek panggil aku, Ta. Ojon panggil aku Nat. Kamu, Na. Dan ayahku, Ci. Luar biasa!"

"Daripada dipanggil Da."

Sontak Stevia dan Nacita memandang ke arah Jovian. Dengan tatapan maksud-kamu-da-itu-apa. 

"Da kepanjangan dari kuda. Rambutmu kan sering dikuncir kuda, lho."

Nacita langsung menyubit Jovian dengan sekuat tenaga.

"KDRT nih!" seru Jovian. Stevia mengernyit, kekerasan dalam rumah tangga?

"Heh maksudmu apa?"

"Kekerasan di ruang terbuka."

Lalu mereka bertiga tertawa. Setelah itu ada jeda beberapa detik.

"Kalian lucu ya. Aku nggak punya teman yang bisa diajak bercanda kayak gitu. Mereka cuma mikirin berat badan, lingkar pinggang, wajah mulus, rambut bagus, dan hal visual soal tubuh lainnya."

"Ternyata cewek cantik punya masalah juga ya?"

Perkataan Nacita terdengar tulus walau kelihatannya seperti menghina.

"Makasih sudah bilang aku cantik. Namanya manusia, masalahnya beda-beda. Walau seringnya terkesan remeh. Tapi bisa bikin mood terjun bebas."

"Aku nggak ngerti kenapa postur tubuh dan berat badan ideal selalu dipermasalahkan. Padahal kan metabolisme orang beda-beda. Meski yang berat badannya berlebihan nggak bagus juga sih buat kesehatan."

Stevia menatap Nacita dengan takjub bukan karena perkataannya tapi dari banyaknya kalimat yang ia ucapkan. Ternyata gadis itu bisa ngomong panjang lebar juga.

"Ya itu masih jadi masalahku. Aku kegendutan deh kayaknya."

"Emang berat badanmu berapa?" tanya Jovian yang sejak tadi hanya menyimak. 

"Beratku 55 kg. Tinggiku 165 cm."

"Itu kan ideal!" seru Nacita.

"Tapi aku maunya cuma 50 kg."

"Menurut yang aku baca dan tonton penyebab kita memiliki berat badan adalah karena Bumi memiliki gravitasi. Gravitasi planet membuat semua makhluk hidup dan benda bisa memiliki berat. Jadi kalau kita di Venus nih yang punya gravitasi sebesar 0.91 berat badan kita bisa beda sama di bumi. Misalnya kita punya berat 50 kg, maka berat tubuh kita akan turun menjadi 45,3 kg di sana. Jadi saranku kamu pindah ke Venus aja biar bisa jadi 50 kg."

Stevia dan Jovian hanya bisa tertawa. Sungguh sebuah saran yang aneh.

"Profesor fisika baru saja mengucaokan teorinya." ejek Jovian.

"Omong-omong berat badanmu berapa, Na?"

"Nggak tahu. Terakhir kali nimbang berat badan pas SD."

"Gimana kalau syarat aku gabung sama kalian itu dengan cara nebak berat dan tinggi badan kamu, Nacita?"

Kini giliran Nacita dan Jovian yang tertawa. 

***

Langit sore memamerkan warnanya yang cerah. Udara sejuk mulai terasa. Di akhir bulan oktober ini, hujan sering turun di sore hari. Namun syukurlah saat ini cuaca bisa diajak berkompromi.

Nacita duduk di bangku depan rumahnya bersama Stevia. Sebuah timbangan berat badan ada di dekat kaki kursi di sebelah posisi Stevia duduk. Sebuah pengukur tinggi badan juga ada di sebelah Stevia. Stevia sengaja membawanya dari rumah. Oleh karena itu dia minta diantarkan supir keluarganya ke rumah Nacita. 

Mereka sedang menunggu Jovian yang belum juga muncul. Setelah menunggu lima belas menit, Jovian akhirnya tiba.

"Santai amat. Lagi nungguin siapa sih?" tanya Jovian pura-pura tidak tahu. 

"Nunggu hujan duit dari langit." ucap Nacita kesal. "Darimana aja sih, lama amat? Nungguin pejabat juga nggak begini lamanya."

Jovian cuma cengengesan. "Gimana nih. Kita mulai aja ya? Aku tebak Nacita tingginya 160 cm. Beratnya 50 kg." ucap Jovian mantap.

"Menurutku tingginya 163 cm. Beratnya 53 kg." Stevia yakin sekali dengan jawabannya.

Mereka pun menyuruh Nacita menimbang berat badannya dan mengukur tingginya. Hasilnya, tingginya 162 cm dan beratnya 53 kg. Stevia bersorak karena tebakannya paling mendekati.

"Nebak gini aja kamu nggak bisa. Dasar Ojon!" seru Nacita.

"Kan nggak semudah nebak isi buah manggis. Beda tipis juga." Jovian membela diri karena tidak mau disalahkan.

"Berarti aku boleh jadi teman kalian kan? Senyum dong, Nacita!"

Mereka bertiga akhirnya tertawa.

"Ya okelah. Walaupun lawanmu sebenarnya tidak seimbang ya." kata Nacita meledek Jovian.

Jovian pura-pura tidak mendengar. Nacita lalu mengajak mereka berdua membuat donat untuk dijual esok hari.

Tak disangka ada yang memperhatikan mereka dari jauh. Stevia juga lupa membawa telepon genggam karena buru-buru untuk berangkat ke rumah Nacita. Sebenarnya tidak masalah, hanya saja Stevia lupa waktu sementara malam sudah mulai menyapa.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status