Suasana di salah satu bagian gedung serbaguna ini mulai ramai. Jovian baru saja tiba beberapa menit yang lalu. Acara kumpul-kumpul sesama penyuka kegiatan mengedit video ini sudah berjalan 3 kali sejak libur sekolah. Jovian menatap ke sekitar dan menghentikan gerakannya saat melihat seseorang yang dia cari sedang duduk di salah satu kursi. Gadis itu sedang memainkan sebuah gitar ukulele sambil bersenandung.
Rambutnya diikat dua seperti model rambut gadis desa. Jovian memutuskan mendekatinya karena ia belum begitu mengenal orang-orang yang ada di ruangan ini.
Gadis itu menghentikan permainan musiknya saat menyadari Jovian sudah duduk tidak jauh dari tempatnya.
"Kamu ...," kata mereka hampir berbarengan.
"Kamu duluan, deh!" saran Jovian.
"Kamu punya chanel youtube bareng dua cewek itu ya?" tanya gadis itu dengan wajah ceria.
"Ya betul. Tahu darimana?" tanya Jovian balik.
"Tahu dari youtube-lah aku pernah nonton video kalian. Ada teman ya
Nacita mengucek kedua matanya untuk memastikan apakah pandangannya benar. Ia yakin ini hanya ilusi optik atau dirinya hanya sedang menonton sebuah video dengan hasil rekaman dari handphone paling canggih. Belum sempat ia memikirkan kemungkinan-kemungkinan lain, wanita itu mendekatinya yang masih berdiri tidak jauh dari pintu depan."Nacita, kamu sudah besar, nak! Kamu tambah cantik, badanmu juga jauh lebih tinggi daripada ibu. Ibu kangen sekali sama kamu," ucap wanita yang adalah ibunya Nacita.Wanita itu langsung memeluk Nacita, tapi yang dipeluk tidak membalas pelukan. Nacita hanya diam mematung.Ia lihat neneknya memandangi mereka berdua dengan wajah terharu. Mata beliau berkaca-kaca tapi tampak bahagia. Sedangkan ayahnya belum pulang dari pekerjaannya.Ibu Nacita sudah melepaskan pelukannya beberapa detik yang lalu. Ia kini memandang Nacita seolah ingin agar Nacita memeluknya atau setidaknya membalas kata-katanya walau sedikit. Namun nyatanya Nacita seola
Stevia sibuk menyusun alat-alat untuk video memasak mereka sejak tadi. Bahan-bahan yang masih segar juga sudah tertata rapi di meja kayu milik keluarga Jovian. Nacita tampak serius menggunakan handphonenya. Sedangkan Jovian mempersiapkan kamera dan segala perlengkapan syuting mereka. Karena tidak ingin mengganggu Nacita, Stevia memutuskan untuk mengobrol dengan Jovian."Jo, gimana rasanya sekolah di semester genap ini?""Biasa aja, Stev, kayak semester lalu. Lagian kita baru masuk sekolah beberapa hari kan.""Begitu ya. Mulai numpuk nggak surat-surat dari penggemarmu?"Jovian tersenyum menanggapi perkataan Stevia. Ia lalu menjawab, "Nggak sebanyak cucian yang numpuk sih. Hahaha ... Setelah masuk sekolah kamu masih jadi model make up?""Nggak, Jo. Capek banget kalau terlalu banyak kesibukan. Tapi, kalau syuting untuk video YouTube kita, aku sengaja sediakan waktu.""Padahal nggak ada gajinya, lho.""Kan nggak semuanya harus dinilai dari uang,
Siswi kelas sepuluh dan sebelas SMA Nusa Bangsa tengah menikmati libur selama satu minggu. Hal itu karena kakak kelas mereka yaitu kelas dua belas sedang mengikuti ujian nasional. Stevia yang suka menghabiskan waktu di luar rumah dan notabenenya suka dipotret memanfaatkan masa liburnya untuk model make up artis seperti libur akhir tahun lalu.Sore ini seusai menjalankan kewajibannya dirias sesuai keinginan pemilik salon, ia berkunjung ke rumah sahabatnya Nacita. Beberapa hari ini mereka tidak saling bertemu, tapi hanya berkomunikasi lewat ponsel. Stevia disambut Ibu Ria dan segera masuk ke rumah. Beliau mengatakan kalau Nacita sedang mandi karena baru saja selesai berjualan di pasar dengan neneknya."Apakah Nacita sudah mulai akrab dengan tante?" tanya Stevia selang beberapa menit sejak ia duduk di ruangan ini."Tidak terlalu akrab, tapi setidaknya dia sudah mau menjawab kalau tante tanya dan permisi sama tante kalau dia hendak pergi dari rumah.""Syukurl
Salmira sempat ragu menerima ajakan Jovian untuk berkunjung ke rumahnya. Namun, setelah menyakinkan diri, ia pun setuju ikut. Apalagi Jovian baru saja mendapat adik baru. Tak lupa ia membawa hadiah kecil sebagai ucapan selamat sekaligus tanda perkenalan.Salmira diberi tahu kalau hari ini Jovian ada syuting dengan kedua temannya. Itu menjadi alasan tambahan ia menyetujui ajakan Jovian. Ia sekalian ingin berkenalan dengan Stevia dan Nacita. Gadis yang sejauh ini hanya dilihatnya lewat youtube.Jovian senang belajar memainkan gitar dengan Salmira karena gadis itu penyabar dan termasuk jago mengajar. Itu yang membuat Jovian akrab dengan Salmira. Jadi ia ingin juga kedua sahabatnya mengenal Salmira. Gadis itu juga sepertinya berminat pada Stevia dan Nacita karena gadis itu sering bertanya tentang mereka berdua. Kini mereka berdua sudah sampai di rumahnya.Salmira terlebih dahulu berkenalan dengan Tante Clara sedangkan Jovian sibuk menyiapkan peralatan untuk syuting. Se
Ia menatap Stevia dengan ekspresi tidak terima saat mengetahui Leonard yang menjadi kameramen untuk syuting mereka kali ini. Gadis yang dimaksud malah asyik merapikan meja dan bahan-bahan memasak mereka kali ini. Ketika Leonard beranjak ke toilet, Nacita langsung bertanya pada Stevia dengan nada suara rendah."Kenapa harus dia sih, Stev?""Kemarin aku posting kiriman di instagram, yang respons lumayan banyak sih. Tapi rumahnya jauh dan mereka masih sekolah. Pasti repot kalau disuruh ke mari. Kebetulan dia komen dan aku liat di feed ig-nya, hasil editannya bagus-bagus.""Siswa di sekolah kita nggak ada yang komen selain dia?""Ada sih, tapi bisa aja Jovian nggak kasih izin karena nggak kenal.""Kalau Leonard memangnya Jovian izinkan?""Nggak tahu ya. Tapi aku sudah izin ke Tante Clara. Jadi aman.""Semoga nggak terjadi apa-apa deh."Stevia mengangkat jempolnya tanda setuju. Meski begitu, Nacita merasa tidak tenang dalam hatinya. Mudah-m
Nacita seperti malam-malam sebelum sedang serius mengerjakan soal-soal untuk olimpiade matematika beberapa hari lagi saat ponselnya berdering. Ia tersenyum karena yang meneleponnya adalah Jovian."Halo, Ojon! Tumben malam-malam nelpon. Padahal tadi di sekolah ketemu, udah kangen aja."Seandainya yang menelponnya bukan Jovian, ia tidak akan mungkin berkata seperti itu. Mendengarnya saja sudah bikin jijik."Maaf ya, Nat bercandaanmu nggak lucu sama sekali."Nacita kaget mendengar ucapan sinis Jovian. Jangan-jangan handphonenya sedang dibajak orang lain walaupun ia tahu itu adalah suara Jovian."Kamu kenapa sih?""Kalian yang kenapa? Kamu jangan pura-pura nggak tahu ya, Nat. Apa yang kalian unggah di video youtube terbaru sungguh keterlaluan. Aku nggak ngerti kenapa kalian sejahat itu. Kalian lebih jahat daripada yang membully aku waktu SMP."Belum pernah Nacita mendengar ucapan sedih Jovian sepanjang itu. Ia benar-benar tidak paham apa yang sa
Ia pikir dirinya tidak akan bisa keluar hidup-hidup dari toilet tadi. Siswa-siswa yang mengobrol dengan Stevia tadi,ternyata sudah pergi. Jovian tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika mereka masih ada di sana siang tadi. Sejauh ini tidak ada yang menghinanya akibat video youtube kemarin. Siswi-siswi masih ada yang tersenyum kepadanya entah karena belum sempat melihat video itu atau karena isi video itu tidak berpengaruh apa-apa terhadap penilaian mereka padanya.Hanya saja beberapa siswa-siswa tampak tersenyum mengejek kepadanya. Sejauh ini, hal itu tidak membuatnya merasa terintimidasi. Dan sepertinya murid-murid di sekolah ini tidak akan melakukan tindakan perundungan alias bully. Karena sepengetahuan Jovian, sekolah ini akan menindak tegas orang-orang yang ketahuan membully orang lain seperti yang pernah terjadi beberapa tahun lalu.Sesampainya di rumah Jovian segera menghubungi Salmira dengan panggilan video. Tidak lama kemudian mereka sudah tersamb
CARAMU KEREN SEKALI! Sekarang semua yang kita sembunyikan sejak lama sudah diketahui orang. Bedanya bukan aku yang menyebarkan video aibmu itu, tapi di video pembalasanmu wajah dan suaramu sendiri yang terpampang nyata. Terang-terangan kamu bilang sebegitu menyedihkannya keluargaku. Dan betapa durhakanya aku karena belum memaafkan orang tuaku. Kamu bilang kecewa dan menyesal kenal denganku, tapi asal kamu tahu, aku lebih MALU punya teman kayak kamu. Kamu lebih parah ketimbang ibu-ibu komplek tukang gosip. Memang sudah sebaiknya pertemanan kita diakhiri. Semoga kamu bahagia selalu, Jovian Tarendra!Jovian tidak percaya dengan apa yang dibacanya. Sewaktu itu meletakkan ranselnya di laci ia menemukan selembar kertas berwarna putih yang dilipat. Awalnya ia berpikir untuk mengabaikannya karena mungkin saja itu surat dari siswi-siswi yang sering mengirimkan surat untuknya. Tapi biasanya surat mereka dimasukkan ke loker miliknya.Tidak ada nama pengirimannya, mes