Share

4. Dasar Pengecut.

Zasqia berdiri lalu lari meninggalkan Surya, hatinya sangat sakit dan terluka ternyata laki-laki yang dia cintai selama tujuh tahun ini adalah seorang pengecut. 

"Aaaaaarrrrrghhhhhhh  ..." Zasqia berteriak sambil memukul dadanya yang sakit. 

"Kamu pengecut mas, pengecut, aku menyesal telah mencintaimu. 

Surya berlari mengejar Zasqia. 

" Sayang  ... jangan lakukan ini, aku mohon  ...."

"Antar aku pulang mas!"

"Ayo lah sayang kita belum jalan-jalan dan menikmati pemandangan disini loh"

"Tidak mas antar aku pulang ke penginapan."

Setelah itu Zasqia berlari menuju arah perkiran, Surya mengejar dan berhasil menangkap tangan Zasqia, lalu di genggamnya erat-erat tangan Zasqia seolah tidak ingin kehilangannya. 

Mereka berjalan beriringan saling diam tanpa suara sampai menuju parkiran. 

"Beneran kita pulang? atau kita jalan-jalan dulu melihat-lihat kota Ngawi?" ucap Surya setelah mereka berada di dalam mobil. 

Zasqia diam tak bersuara, dia hanya menyandarkan punggung di kursi mobil sambil memejamkan matanya. 

"Rasanya aku ingin tidur dan tak bisa bangun lagi mas, aku lelah dan sangat letih!" gumam Zasqia nyaris tanpa suara. 

"Maafkan aku yang, ini semua salahku!"

"Apakah kita di takdirkan hanya sebagai kekasih, apakah kamu bukan jodoh yang terbaik untukku mas? tapi aku merasa hubungan cinta kita ini sangat sempurna, kamu setia akupun setia, selama ini tak pernah ada dusta antara kita, tapi kenapa semua berakhir disini yang, andai aku bisa memilih aku ingin memutar waktu dimana kita tidak pernah saling mengenal dan jatuh cinta."

Surya hanya diam mendengarkan gumaman Zasqia, dia takut salah bicara takut membuat Zasqia marah dan murka. 

"Mas? apakah kamu mencintaiku?" Zasqia menatap wajah Surya lembut. 

"Sangat, aku sangat mencintaimu sayang!"

"Benarkah itu?"

"Benar aku tidak bohong!"

"Mas  ... bagaimana kalau kita kawin lari saja?"

"Ssssttttt  ... sudah sudah jangan bahas itu lagi ya, sini mas peluk sini"

Zasqia menjatuhkan tubuhnya kedalam pelukan Surya, mereka diam seribu bahasa dengan pikiran masing-masing. 

"Yang  ... sebentar lagi jam 2 siang, kita cari mushala setelah itu kita cari makan siang yuk" bujuk Surya. 

"Aku nggak mau shalat dan nggak mau makan." 

"Nggak boleh bicara gitu, kita harus shalat biar hati kita tenang."

"Aku nggak mau, kalau mas mau shalat mas shalat aja sendiri"

"Ya udah di sebelah sana ada mushala kecil anterin mas kesana yuk?"

Zasqia mengangguk lalu mereka turun dari mobil. 

"Beneran kamu nggak mau shalat yang?" tanya Surya sekali lagi meminta jawaban. 

Zasqia mengangguk dengan ragu. 

"Ya sudah kalau nggak mau shalat kamu cuci muka ya, biar seger"

Zasqia menuruti dan mereka berpisah di tempat Wudhu, saat Surya selesai shalat dan mau mengambil sendal dia melihat Zasqia masih shalat, Surya menatap Zasqia dari jauh sambil tersenyum. 

****

"kita cari makan dulu ya Yang, mas sudah lapar nich" Setelah mereka selesai shalat dan duduk di dalam mobil. 

"Terserah aja!" Zasqia menjawab tanpa melirik. 

"Kamu mau makan apa Yang?"

"Aku nggak ingin makan, jadi terserah kamu aja mau makan apa dan dimana!" Masih dengan sikap seperti tadi, tanpa menoleh tanpa ekspresi. 

"Jangan gitu dong Yang, kalau kamu nggk mau makan aku juga gak mau makan!"

"Ya sudah kalau begitu kita pulang aja!"

"Okey, okey, okey aku tahu apa yang kamu mau, kamu masih butuh penjelasan kan? kita makan dulu nanti aku ceritakan semua dari awal sampai akhir, tapi kamu harus janji jangan bersikap seperti tadi ya? janji?" Surya memberikan jari kelingkingnya ke Zasqia, Zasqia menatap jari kelingking yang Surya sodorkan, dia jadi ingat masa-masa sebelum dia jadi bidan di Cililin, setiap mereka berantem pasti mereka akan berjanji dengan janji kelingking, masih dengan sikap jutek Zasqia menautkan jari kelingking ke dalam kelingking Surya. 

"Aku sayang kamu Yang, ingat apapun takdir yang kita terima nanti aku ingin kita masih seperti ini" Surya menatap wajah Zasqia lembut. 

"Maksud mas!"

"Aku ingin hubungan kita masih tetap harmonis, meski kamu bahagia dengan orang lain dan aku bahagia dengan yang lain!"

"Kalau mas menikah dengan yang lain, rasanya hubungan kita nggak bakalan harmonis mas, sebab aku nggak ingin menyakiti hati wanita lain" Zasqia menarik jari kelingking nya dengan kasar, entah mengapa setiap kata-kata yang Surya ucapkan bagaikan sedang memberi satu sayatan luka di dalam hatinya. 

Surya lalu menyalakan mesin mobil dan mereka pergi meninggalkan tempat wisata dengan hati yang penuh luka. 

****

"Yang kamu beneran nggak mau makan?" tanya Surya setelah mereka masuk ke rumah makan. 

"Disini makanannya enak-enak loh!"

"Memangnya mas pernah kesini? kok mas tahu kalau makanan disini enak-enak."

Zasqia menatap Surya dengan penuh curiga. 

"Pernah bahkan sering!" jawab Surya sambil membetulkan posisi duduknya. 

"Dengan wanita itu?" tanya Zasqia dengan mata yang kembali berembun. 

"Enggak sayaaaang aku kesini dengan teman-teman, pliss deh jangan curigaan terus!"

"Akhhhh  ... kenapa juga aku harus curiga dan cemburu sama kamu ya mas, toh kamu sekarang sudah milik orang lain!" Ucap Zasqia sambil terkekeh sinis. 

"Yaaang udah deh kita makan dulu ya? baru nanti aku jelasin semuanya."

Zasqia diam, Surya memesan dua piring nasi putih dan 2 porsi bebek bakar lengkap dengan sambal dan lalapan juga minuman nya, Surya masih ingat kesukaan Zasqia air jeruk hangat dan bebek bakar. 

"Ayo makan sayang, kita butuh energi untuk ngobrol panjang lagi, bukankah kamu mau mendengarkan semua langsung dari mulutku."

Melihat Air jeruk hangat dan bebek bakar yang tersaji di meja, cacing-cacing di perut Zasqia langsung bernyanyi, hingga menimbulkan suara kruyuk kruyuk. 

"Kamu lapar sayang?" Surya sebtersenyumab dia mendengar nyanyian cacing yang berbunyi dari dalam perut Zasqia. 

Sedang Zasqia hanya menunduk menyembunyikan semburat rona merah di pipinya, dan mereka pun makan dengan lahap tanpa suara. 

"Kamu lapar sayang?" Surya sebtersenyumab dia mendengar nyanyian cacing yang berbunyi dari dalam perut Zasqia. 

Sedang Zasqia hanya menunduk menyembunyikan semburat rona merah di pipinya, dan mereka pun makan dengan lahap tanpa suara. 

***

"Kita ke alun-alun ya? kayaknya disana suasana enak buat ngobrol".

Zasqia mengangguk di manapun mereka akan ngobrol bagi Zasqia sama aja, sebab rasanya dia sudah tahu final dari hubungan mereka selama 7 tahun ini, Zasqia tahu dia akan tersingkirkan namun dia masih butuh penjelasan dan juga masih penasaran kenapa Surya tega menghianati nya. 

Kali ini Surya memacu mobil dengan kencang, mereka juga diam seribu bahasa, karena letih dan ngantuk Zasqia tertidur, Surya menatap wajah kuyu milik Zasqia, di bawah mata ada lingkaran hitam mata Zasqia juga terlihat bengkak, mungkin semalam suntuk Zasqia tidak tidur, Surya merasa iba dia berkali-kali membelai kepala Zasqia yang tertutup jilbab, hati Surya sedih sebab dia tahu dia akan kehilangan wanita yang sangat di cintainya itu, tanpa terasa air mata Surya juga menetes membayangkan perpisahan yang akan terjadi nanti, apa aku bawa lari saja Zasqia agar aku bisa hidup bahagia dengannya? hati Surya berbisik. 

Ah ... tidak! itu sangat tidak mungkin sebab aku dan Zasqia sama-sama menjadi PNS dan kalau kita kawin lari bisa-bisa ibunya melaporkan hal itu. 

Sepanjang jalan tangan Surya menggenggam jemari Zasqia, dia berfikir keras jalan apa yang akan dia tempuh agar mereka bisa bersama, Surya ingat akan janji mereka, Desember besok Zasqia akan pulang sebab masa kerja di Cililin usai, kebetulan Zasqia juga akan di pindah tugas secara permanen di Puskesmas Nganjuk dekat dengan tempat kerja Surya. 

Dan Surya juga sudah janji di bulan Desember nanti dia akan melamar Zasqia setelah itu langsung menikah, kebetulan Surya juga sudah mulai mencicil rumah KPR dan rumah itu niatnya akan dia hadiahkan kepada Zasqia setelah mereka resmi menikah. 

Mengenang semua itu hati Surya semakin sedih, berkali-kali dia memukul stir mobil sambil terus menyalahkan takdir, ingin rasanya Surya banting stir agar mereka kecelakaan dan mati ber sama-sama, Surya menarik nafas panjang dan di keluarkan dengan kasar, Surya kembali melirik Zasqia yang masih tertidur pulas lalu mencium jemari Zasqia lembut. 

Berkali-kali Surya menatap wajah Zasqia lalu membelai setiap inci wajah gadis pujaannya, lalu memejamkan mata seolah dia sedang merekam semua lekuk wajah Zasqia dan Surya simpan rekaman itu di dalam kepala dan hatinya, agar suatu hari nanti mereka berpisah Surya dengan mudah bisa membayangkan wajah wanita yang sangat di cintainya. 

"Sayang  ... bangun, kita sudah sampai" tepat kumandang adzan ashar mereka sampai di alun-alun dan Surya menuju ke arah masjid Baiturrahman untuk menjalankan shalat ashar setelah itu mereka berdua duduk di alun-alun dengan menyewa tikar. 

***

"Sayang  ... apa kamu sudah siap mendengarkan semua penjelasan ku?" tanya Surya hati-hati. 

"InsyaAllah siap mas!" Zasqia menjawab sambil menunduk. 

"Kamu mau janji untuk bisa bersikap tenang?"

"Iya  ... aku janji mas, tapi aku nggak bisa janji apabila nanti aku nangis ya?"

"Iya sayang nggak papa sini duduk dekat sini, aku ingin kita ngobrol berdekatan."

Zasqia menurut mereka duduk bersisihan, Surya memeluk pundak Zasqia sambil menggenggam tangan Zasqia lembut, sebelum menjelaskan Surya mencium kepala Zasqia sangat lama, seolah dia mencari kekuatan di sana. 

"Sayang  ... apakah kamu tahu betapa aku juga terluka karena ini? aku sengaja menyembunyikan semua ini bukan karena aku ini selingkuh atau sengaja menyakitimu, semua terjadi secara tiba-tiba, waktu itu ibu dan ayah mengajak aku bertamu ke rumah teman ibu, memang sebelum kesana ibu bercerita ingin menjodohkan aku dengan anak teman ibu, aku sudah menolak perjodohan itu sayang, namun tanpa sepengetahuanku kami kesana bukan hanya untuk bersilaturahmi tapi untuk melamar gadis itu."

Surya menjeda ucapannya, dia kembali menarik nafas panjang sambil mengeratkan pelukan juga genggaman tangannya, kembali Surya mencium kepala Zasqia lama sambil memejamkan matanya, tanpa terasa air mata meleleh dan membasahi jilbab Zasqia, begitu juga Zasqia dia hanya diam duduk mematung di samping Surya tanpa terasa air matanya juga membasahi punggung Surya. 

"Kamu nangis sayang?" tanya Surya sambil menatap wajah Zasqia. 

"Kamu juga nangis mas!" jawab Zasqia dengan suara parau. 

"Cuppp  ... jangan menangis sayang, aku nggak bisa melihat air matamu" Surya berkata sambil mengusap air mata yang membasahi wajah Zasqia. 

"Kamu juga jangan menangis mas!" jawab Zasqia sambil mengusap wajah lelakinya. 

"Jujur seumur hidup aku baru kali ini menangis dan itu karena kamu! hehhhhh payah banget ya? masa cowok nangis apalah aku ini ish" Surya berkata sambil terkekeh. 

"Iya  ... jelek banget masa cowok nangis, ish  ... nggak maco lah!" jawab Zasqia sambil terus mengusap air mata Surya. 

"Lanjutkan mas, aku masih mau dengar!"

"Beneran kamu  masih mau dengar? "

"Iya... "

"Janji kamu nggak nangis lagi?" kata Surya sambil mengeluarkan kelingkingnya. 

"Iya janji  .... " jawab Zasqia tersenyum dan menautkan jari kelingking ke jari kelingking Surya. "Tapi mas juga jangan nangis lagi ya!"

"Okey aku janji cukup tadi aja aku nangis!" Surya kembali terkekeh sambil meluk pundak Zasqia makin erat. 

"Sampai mana tadi ya aku lupa" tanya Surya sambil melirik Zasqia. 

"Sampai mas lamaran."

"Oh iya lupa"

Surya menjeda kalimat, mengumpulkan kekuatan untuk bercerita keadaan yang sebenarnya. 

"Jadi hari itu aku melamar Lisa, aku gak bisa menolak sebab aku menjaga nama baik keluarga, aku pikir itu hanya lamaran biasa ternyata di bulan akhir September pihak keluarga Lisa menyuruh kami bertunangan dan akhirnya kami bertunangan di bulan Oktober."

"Tapi kenapa mas mengirim foto cincin tunangan kalian kepadaku?"

"Aku  ... aku hari itu sebenarnya mau cerita bahwa aku sudah bertunangan, tapi  ... tapi nggak tega"

"Terus  ...!" jawab Zasqia dengan surat tinggi. 

"Terus kamu tahu dan sekarang kamu disini meminta penjelasan."

"Kamu jahat mas!" Zasqia melepas pelukan Surya lalu berdiri. 

"Lalu sekarang siapa yang akan kamu pilih mas!" Zasqia membalik badan dan menatap Surya dengan nanar. 

"Aku  ... aku... aku ingin memilihmu, tapi  ... tapi aku tak bisa, maafkan aku sayang sebab aku akan memilihnya!"

"Plak!! " Zasqia maju menunduk lalu menampar Surya yang masih terduduk lesu. 

"Itu tamparan untuk perpisahan kita mas!" ucap Zasqia sambil berlari menuju ke mobil Surya yang terparkir. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status