Share

5. Rasanya Sakit Sekali.

"Lalu sekarang siapa yang akan kamu pilih mas!" Zasqia membalik badan dan menatap Surya dengan nanar. 

"Aku  ... aku... aku ingin memilihmu, tapi  ... tapi aku tak bisa, maafkan aku sayang sebab aku akan memilihnya!"

"Plak!! " Zasqia maju menunduk lalu menampar Surya yang masih terduduk lesu. 

"Itu tamparan untuk perpisahan kita mas!" ucap Zasqia sambil berlari menuju ke mobil Surya yang terparkir. 

Surya mengejar Zasqia, namun Zasqia berlari dengan sangat kencang. 

"Anter aku ke penginapan mas!"

Surya menuruti, lalu membuka pintu mobil dan menyuruh Zasqia masuk, setelah itu Surya masuk dan duduk di belakang kemudi lalu mengeluarkan mobil dari tempat parkir, dan melaju kencang di jalan raya kota Ngawi. 

Sepanjang perjalanan mereka diam seribu bahasa, Surya fokus dengan setirnya dan Zasqia fokus dengan pikirannya. 

Pandangan mata Zasqia selalu tertuju ke arah samping, dia sama sekali tidak mau melihat atau di lihat Surya. 

"Kita sampai yang ayo turun!"

Zasqia turun dan langsung menuju ke arah kamarnya. 

"Kamu tunggu sini saja mas! aku masuk sebentar untuk ngambil tas dan tolong anter aku ke stasiun sekarang juga!"

"Maksudmu?"

"Ya aku akan pulang dengan kereta malam!"

"Sayang dengarkan aku, aku minta kamu jangan pulang sekarang!"

"Emang kenapa?"

"Dalam keadaan kamu sekarang ini sebaiknya kamu istirahat dan tenangkan pikiranmu dulu!"

"Apa hakmu melarangku?"

"Sayang aku takut nanti terjadi apa-apa denganmu di jalan, ayo sekarang sebaiknya kita sama-sama masuk, kita ngobrol dulu sebentar ya, kalau kamu mau pulang ke Bandung besok aku anter, kita pulang dengan kereta pagi."

Zasqia menatap wajah Surya yang penuh hawatir, inilah kelemahan Zasqia semarah apapun dia kepada Surya tapi kalau sudah menatap wajah Surya emosi dia langsung reda, ibarat api yang berkobar akan mudah mati tersiram hujan. 

Apakah ini yang namanya cinta, tau pembodohan cinta, atau memang benar cinta itu buta hingga bisa mengalahkan logika? 

Zasqia masuk di susul Surya, mereka duduk di sofa yang tersedia di kamar penginapan. 

Zasqia mengambil minuman lalu menyodorkan ke Surya, setelah itu dia menyalakan TV, mata mereka nampak fokus ke TV namun pandangan mereka sama-sama kosong. 

"Maafkan aku sayang!"

"Sudahlah mas, jangan bahas itu lagi, sebab aku sudah memaafkanmu, mungkin kita ditakdirkan hanya saling mencintai bukan untuk saling memiliki, semoga mas bisa bahagia dengan gadis pilihan orang tua."

"Terimakasih sayang"

"Sama-sama ayo silahkan di minum mas!"

"Mas boleh aku bertanya sesuatu?"

"Silahkan!"

"Apa mas mencintainya?"

"Aku nggak tahu sayang, yang aku tahu perasaanku dengan nya tidak sama seperti perasaanku dengan mu!"

"Maksudnya?"

"Iya aku nggak pernah merasakan rindu, merasakan kangen dan merasakan berdebar sama dia."

"Heeeeh kamu itu lucu mas."

"Enggak sayang itu memang benar, aku kalau sama kamu sehari aja nggak dengar kebawelanmu aku rindu, kamu nggak kirim pesan sama aku, aku langsung berfikir sedang apa kamu? apa sedang ada pasien melahirkan, atau sedang banyak pasien atau sedang mengisi penyuluhan kader kok bisa aku di cuekin, dan nanti sebentar bentar aku ngecek HP, hatiku juga nggak tenang juga was-was takut kamu kenapa-kenapa, takut juga kamu di gondol bujang Bandung sebab kabarnya orang Bandung itu ganteng-ganteng, dan setelah pesan yang aku kirim berubah centang biru meskipun belum kamu jawab hatiku langsung lega dan semangat, kaya habis dapat suntik vitamin. 

"Akh kamu bisa aja mas!" Zasqia membatin sebab perasaanya juga sama dengan Surya, dia sebentar bentar ngecek hp bila Surya nggak cepat balas pesan, kerja dia juga nggak fokus ternyata isi hati Surya dan Zasqia sama. 

"Mas  ... apa kamu pernah menciumnya?" Zasqia berkata sambil menatap Surya penuh putus asa, buru-buru dia memejamkan matanya saat melihat Surya akan menjawab, Zasqia tahu jawaban Surya nanti akan lebih dalam menyakiti hatinya, namun entah kenapa dia ingin tahu apakah Surya pernah mencium tunangan nya, sungguh ini adalah pertanyaan yang sangat konyol. 

"Pernah!"

Sakit! dada Zasqia tiba-tiba sangat sakit mendengar jawaban Surya. 

"Kapan?"

"Tiga hari sesudah tunangan, dan saat tunangan"

"Mencium apanya?"

"Pas tunangan mencium keningnya, tiga hari setelah itu aku mencium bibirnya tapi cuma sedikit aja kok!"

Meski kata Surya cuma sedikit tapi itu sukses membuat mata Zasqia panas. 

"Dimana mas mencium bibirnya?"

"Dirumah saudara Lisa, saat itu aku cuma membalas ciumannya saja!"

"Ohhhh" jawab Zasqia terluka. 

"Sayang seandainya nanti setelah aku menikah dengan Lisa, apakah aku masih boleh meneleponmu?"

"Untuk?"

"Untuk curhat, dan ngobatin rasa rindu"

"Terus istri mas tahu nggak?"

"Jangan dikasih tahu lah!"

"Maaf mas soal ini kayaknya nggak bisa deh!"

"Kenapa nggak bisa!"

"Sebab aku nggak mau di bilang pelakor!"

"Loh kok di bilang pelakor!"

"Iya lah kan aku di telpon laki orang"

"Kan dia nggak tahu, kita nanti sembunyi-sembunyi kok kalau pas nelpon. 

"Maaf mas aku nggak bisa, dan jangan ajari aku jadi pelakor!"

"Kan kita berteman!"

"Maaf tapi aku merasa nggak bisa berteman dengan mu lagi mas, aku takut aku nggak bisa menjadi temanmu yang baik, dan aku juga nggak mau mengganggu rumah tangga orang, kita sebaiknya tidak saling komunikasi lagi, aku takut terjadi fitnah."

"Terus kalau aku kangen sama kamu yang!"

"Kan kamu sudah punya istri kenapa pula kamu kangen sama aku?"

"Tapi  ... aku nggak. mencintainya!"

"Kalau mas nggak mencintainya kenapa mas mau menikahinya!"

"Tapi aku di jodohkan!"

"Mas!! sekarang bukan zaman Siti Nurbaya tapi jaman Siti Muslimah kenapa kamu nggak bisa menolak perjodohan itu kalau memang benar kamu tidak bisa mencintainya!"

"Kan aku udah bilang aku di paksa!"

"Mas kamu itu laki-laki kenapa nggak bisa bersikap tegas!"

"Sekarang aku mau ! kamu mau pilih aku atau dia!"

Surya diam nggak bisa menjawab pertanyaan Zasqia. 

"Kenapa nggak bisa jawab mas!" cecar Zasqia. 

"Aku nggak mau di bilang anak durhaka, dan aku nggak mau membuat malu keluarga makannya aku memilih dia! puas!! "

"Ya aku puas dengan jawaban mu, aku juga nggak mau di bilang pelakor dan aku juga nggak mau membuat malu diriku sendiri untuk itu aku bilang kita sudah nggak ada hubungan apa-apa, kamu dan aku end anggap saja kita tidak saling mengenal titik"

"Zasqia!!! "

"Apa kenapa kamu marah! kamu nggak terima!"

"Secepat itu kah kamu melupakan aku!"

"Justru agar kita sama-sama bisa saling melupakan  maka kita nggak usah saling menghubungi lagi, sudah cukup sampai disini saja kisah kita."

"Mudah sekali kamu mengatakannya, atau jangan-jangan selama ini kamu punya kekasih disana!"

"Inilah yang dinamakan maling teriak maling, kamu yang pertama kali selingkuh kini giliran aku yang kamu tuduh!"

"Aku nggak menuduh mu! aku hanya menebak-nebak saja! "

"Apa bedanya menuduh dengan menebak - nebak? mas! sudah sebaiknya mas pulang aku nggak mau berdebat lagi."

"Kamu mengusir ku"

"Maaf mas terpaksa aku mengusir mu, sebab semuanya sudah jelas."

Surya nggak terima di perlakuan seperti itu, dia berfikir Zasqia sudah memiliki kekasih di Bandung, Surya sangat murka mata Surya memerah menatap Zasqia dengan tajam, tiba-tiba hp Zasqia berbunyi. 

["Iya dok! okey besok saya pulang dengan kereta pagi, okey baik dok!"]

Dengan kasar Surya menyambar hp Zasqia. 

"[Oowh  ... jadi anda orangnya dasar b*****an]"

"[Maaf maksudnya apa!]"

"[Sudah ngaku saja, kamu pacar Zasqia kan]"

"[Maaf anda salah faham saya dokter Riyan, rekan sejawat bidan Zasqia]"

"Surya!!! kamu benar - benar keterlaluan!"

Zasqia merebut hp di tangan Surya namun Surya kadung kalap Surya mematikan  sambungn vc lalu dia menatap Zasqia dan mencengkeram lengan Zasqia, lalu membanting tubuh Zasqia dengan kasar. 

"Apa yang akan kamu lakukan Surya! lepaskan aku!"

"Aku tak akan melepaskanmu, kamu tidak boleh dimiliki oleh lelaki manapun"

"Kamu salah faham Surya, dia itu dokter Ryan dokter di rumah sakit bersalin"

"Oowh pantesan kamu betah di Bandung ternyata disana ada laki-laki tampan yang selalu menemanimu, dan aku disini selalu kesepian, aku menahan sakit karena di jodohkan aku juga kebingungan mencari cara untuk menjelaskan ke kamu, tapi ternyata disana kamu selingkuh."

"Aku nggak selingkuh tolong lepaskan aku, lepas!!"

"Tidak aku tidak akan melepaskanmu, aku sangat mencintaimu Zasqia dan aku ingin memilikimu seutuhnya aku ingin kamu yang menjadi ibu dari anak-anakku, bukan dia wanita pilihan orang tuaku!"

"Tolong Surya lepaskan aku, sungguh aku sangat takut!"

"Apa? sekarang kamu takut melihatku? bagaimana jika kamu melihatku seperti ini!"

Lalu Surya melepaskan semua bajunya dan dia juga memaksa melepaskan baju Zasqia, sekuat apapun Zasqia berontak tenaga dia kalah dengan tenaga Surya, dan sesuatu yang Zasqia takutkan terjadi, Surya berhasil menggagahi Zasqia dengan kalap. 

"Kamu jahat Surya! kamu tega padaku, kamu hancurkan hatiku dan sekarang kamu menghancurkan masa depanku, pergi kamu pergi! aku nggak mau melihatmu sampai matipun aku nggak akan pernah memaafkanmu, pergi kamu Surya pergi jauh dari hidupku"

Zasqia menangis pilu, dia meratapi nasib dirinya dan nasib percintaannya, sungguh dia nggak menyangkal orang yang dia cintai justru yang menghancurkan hidupnya. 

Surya panik, dia bingung nggak tahu apa yang harus di lakukan, Surya nggak menyangka dia bisa menjadi sejahat ini. 

"Maafkan aku sayang, maaf  ... maafkan aku!" 

"Tidak ada yang perlu di maafkan, semua sudah terjadi kamu jahat dan ku mohon  pergi sekarang dari sini atau akan aku panggil satpam penginapan untuk membawa mu ke kantor polisi."

Dengan langkah gontai Surya pergi meninggalkan Zasqia yang masih menangis histeris. 

Setelah Surya pergi Zasqia mengambil hp dan mengaktifkannya, setelah aktif panggilan dokter Ryan langsung masuk 

[Zasqia  ... kamu nggak kenapa-kenapa kan? mana laki-laki itu]

[Dokter  ....  Hu  ... hu  ... hu aku mau mati saja dokter!]

[Kenapa? ada apa? bukankah laki-laki itu tadi pacarmua]

[Iya dokter tapi dia telah memperkosa ku hu  ... hu  ... hu, dokter aku mau mati saja dok, aku nggak mau hidup lagi, satu-satunya orang di dunia ini yang aku cintai telah menghancurkan hidupku, aku nggak mau hidup lagi doook!"

"Zasqia tenang jangan putus asa, tunggu-tunggu aku disana, aku akan ke Nganjuk malam ini juga semoga ada kereta tercepat yang bisa mengantarku untuk menemuimu, jangan panik jangan matikan HP aku mau pergi ke stasiun sekarang!"

Dokter Ryan langsung menuju stasiun beruntung  jam 7 malam ada kereta ekspres jurusan Bandung Nganjuk meskipun mungkin tengah malam atau bahkan besok pagi dokter Surya bisa menemui Zasqia setidaknya sekarang dia merasa tenang sebab sudah bisa menjemput Zasqia. 

***

Di dalam mobil Surya berkali kali memukul setir mobil dia juga berulang kali menelepon Zasqia namun tidak juga Zasqia angkat. 

"Aaarrrrgh... kenapa aku bisa lakukan  itu, kenapa aku begitu cemburu dan lepas kontrol seperti ini, kenapa aku harus menghancurkan satu-satunya wanita yang paling dia cintai di dunia ini kenaapaaaaaaaaa!!!! "

Surya keluar dari mobil lalu menuju kamar Zasqia dia ingin memeluk dan meminta maaf, dia khilaf dan akan bertanggung jawab dengan apa yang sudah di lakukan nya. 

"Tok  ... tok  ... tok  ...."

Zasqia menajamkan pendengaran nggak mungkin dokter Ryan sudah sampai di Nganjuk dalam hitungan  menit, lalu dia melangkah gontai dan mengintip dari lobang pintu siapa yang datang, di lihatnya Surya di balik pintu dengan rambut acak-acakan, memandang wajah Surya tubuh Zasqia langsung lemas dan terduduk di lantai dan menangis lagi. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status