Share

Cumbuan Panas

Amanda buru-buru membawa Nicholas menjauh dari hadapan Christian, sebab Amanda tahu jika mantan suaminya itu akan memanfaatkan Nicholas, seorang pengusaha muda terkenal dan sukses di usianya yang masih muda.

“Dia siapa?” tanya Nicholas ketika mereka berdua sudah menjauh dari Christian.

“Mantan suamiku.” Amanda menjawab dengan mata menatap ke arah Christian duduk. Terlihat jelas kalau mata lelaki itu memandangnya dengan penasaran.

“Lalu? Apa dia memerasmu?”

“Bukan seperti itu—dia ingin meminta uang untuk anakku. Dia sedang di rumah sakit saat ini.”

Nicholas diam, memandangi wajah Amanda yang seakan kebingungan.

“Kenapa? Apa kamu tak punya uang?”

Amanda sontak menatap wajah Nicholas dan tersenyum tipis. Uangnya masih banyak, dari gaji menjadi ibu pengganti dua tahun yang lalu.

“Bukan begitu, aku ragu memberikannya karena Christian suka berjudi. Aku takut dia menggunakan Leo hanya untuk meminta uang padaku. Dan uang tersebut akan digunakan berjudi.”

“Sebaiknya kita menemui anakmu langsung. Dia di rumah sakit mana? Sebaiknya kamu bersama denganku.”

“Jangan—Christian pasti tahu siapa kamu. Kalau dia tahu kamu adalah yang menggunakan jasaku, pasti dia akan mendekatimu.”

“Lalu harus bagaimana Amanda? Kalau begitu biar aku yang memberikan uangku padanya.”

“Bukan itu masalahnya, Nicholas!” Amanda tersulut emosi karena Nicholas tak mengerti apa yang dirasakannya saat ini.

Ia tak ingin selalu memberikan uangnya untuk mantan suaminya itu karena Amanda tahu kalau Leo hanya dijadikan alasan baginya untuk mendapatkan uang.

Dan hal itu sudah sering terjadi berulang kali. Dan saat ini Amanda ingin berhati-hati, tapi dia juga akan merasa bersalah jika memang benar Leo saat ini ada di rumah sakit.

“Ayo!” Nicholas sudah mengenggam tangannya.

“Ke mana?”

“Kamu masuk ke dalam mobilku, dan tunggu di sana.”

“Nicholas.” Amanda melepaskan tangannya dari genggaman Nicholas.

“Biar aku yang bicara dengannya, kamu diam di mobil. Dan kita akan melihat apakah anak kamu benar-benar ada di rumah sakit atau karangannya saja.”

Lalu Amanda diam, dia memandang langkah Nicholas masuk ke dalam kafe tadi.

Ia memerhatikan jika Nicholas dan Christian seakan sengit membahas sesuatu. Kemudian tak berapa lama kemudian, Christian berdiri dengan wajah yang marah.

Dan dengan wajahnya yang dingin Nicholas mengeluarkan sejumlah uang dari dompetnya.

Amanda tak bisa berhenti memikirkannya. Apa yang sedang terjadi di dalam sana.

“Bagaimana?” tanya Amanda pada Nicholas ketika lelaki itu masuk ke dalam mobilnya.

“Sudah beres, benar apa katamu, lelaki itu meminta uang untuk berjudi. Dan anakmu—dia bersama dengan ibu dari istrinya yang sekarang.”

Amanda tak tahu harus bernapas lega atau bagaimana. Saat ini dia sangat merindukan anaknya, tapi dia tak bisa bertemu karena dilarang oleh Christian.

“Kamu merindukan anakmu?” tanya Nicholas.

“Kamu kenapa ada di sana tadi?” Amanda mengalihkan pertanyaan Nicholas dengan pertanyaan barunya.

“Aku bertemu dengan teman lamaku di sana, dan tak sengaja melihatmu dengan seorang lelaki. Karena wajah kalian sangat serius akhirnya aku menghampiri dan—benar memang ada yang tak beres dengan kalian berdua.”

Amanda diam hanyut dalam lamunannya.

“Apa dia lelaki yang sudah meninggalkanmu?”

“Hmm.” Amanda menjawab seadanya.

“Kenapa kamu bisa jatuh cinta dengan lelaki itu?”

“Aku menyebutnya bukan cinta, tapi sebuah kesialan setelah aku ditinggalkan oleh seseorang,” jawab Amanda, dia menatap Nicholas dengan wajah sinisnya.

“Kamu menyindirku?”

“Apa kamu merasa?”

“Bisa dibilang, iya.”

“Baguslah kalau begitu.”

Lalu diam kembali, Amanda masih belum mau menceritakan apa yang sebenarnya terjadi pada mantan suaminya itu dulu.

Dan mengapa jika dia tidak mencintai Christian, dia bisa hamil dari lelaki yang sama sekali seperti bukan tipikal dari seorang Amanda?

“Apa kamu mencintai istrimu, Nicholas?” tanya Amanda pelan.

“Kamu sudah bertanya padaku seperti itu sebanyak tiga kali.”

“Lalu?”

“Dan jawabanku masih sama. Aku tidak mencintainya.”

Amanda menunduk, entah perasannya menjadi memburuk setelah bertemu dengan mantan suaminya yang hanya mengingatkan pada anak yang tak bisa ditemuinya saat ini.

Nicholas meminggirkan mobilnya. Ia menangkup kedua sisi wajah Amanda dengan tangannya.

Wajah Amanda menghangat seiring bersemu merah karena perlakuan dari Nicholas saat ini.

“Apa aku masih bisa memperbaikanya, Amanda?” tanya Nicholas pelan.

Pandangan mata itu, sorot matanya. Amanda ingat dengan semuanya. Dan rasanya masih sama seperti beberapa tahun yang lalu.

“Kamu sudah memiliki seorang istri, Nicholas. Dan aku tak mau menjadi duri dalam hubunganmu.”

“Tapi Hana juga pernah menjadi duri itu.”

Amanda memejamkan matanya, ketika wajah Nicholas mulai mendekat ke arahnya. Lalu tak berapa lama, ia merasakan sesuatu yang lembut menempel di bibirnya.

Sangat lembut, berbeda seperti yang Christian pernah berikan padanya.

Bahkan ketika tangan Nicholas mulai merayap dan meraih punggungnya rasanya sangat berbeda.

Nicholas melepaskan sabuk pengamannya, untuk bisa mendekat ke arah mantan kekasihnya itu.

Melumat lembut bibir itu kemudian turun menyusuri lehernya yang jenjang.

Amanda mendesah ketika Nicholas menyapu lehernya dengan lidahnya.

“Cukup Nicholas.” Wajah Amanda sudah berubah, ia menahan hasrat yang ia pendam selama ini.

“Maafkan aku.”

“Bukan seperti itu maksudku.”

Nicholas menaikkan kedua alisnya. 

“Maksudku, jangan di sini.”

Nicholas terkekeh, ia memundurkan tubuhnya kemudian mengenakan sabuk pengamannya lagi. Melihat cahaya terang dari depan yang berasal dari lampu truk, beruntungnya dia sudah mengakhiri cumbuan itu sejak tadi.

“Tadi ibumu ke rumah,” ungkap Amanda.

“Pasti bertengkar dengan Hana,” tebaknya dengan tepat.

“Tapi Hana sangat kuat menahannya.”

Nicholas tersenyum. “Untuk masalah mental aku akui Hana sangat kuat, tapi untuk urusan lain. Dia sangat payah.”

“Seperti menjadi istri yang baik untukmu?”

“Hmm, bisa jadi.”

**

Hana sudah menunggu suaminya pulang malam itu. Dengan gaun sangat seksi, dia menyambutnya dengan senyum yang lebar.

Tetapi senyumnya harus pupus ketika melihat Amanda mengekor di belakangnya.

“Kenapa kalian bisa pulang bersama?” tanya Hana dengan kening mengerut.

“Tak sengaja bertemu di jalan, jadi aku ajak dia pulang bersama.”

“Oh.” Hanya itu. kemudian Hana menggamit lengan suaminya dengan manja dan membawanya masuk ke dalam kamar.

Amanda memandanginya dengan gamang. Lelaki yang sedang masuk ke dalam kamar itu sudah menjadi suami wanita lain, lelaki yang sempat mencumbunya dengan panas tadi sudah bukan miliknya lagi. Tetapi mengapa dia tiba-tiba meletakkan harapan yang lebih padanya?

Nicholas melirik ke arah Amanda sebelum dia masuk ke dalam kamar. Ia tersenyum dan memberikan sebuah isyrat yang hanya Amanda ketahui.

“Bagaimana kalau kita bermain malam ini?” Hana menyilangkan kakinya dan menatap suaminya yang sedang melepas dasinya.

“Aku lelah.”

“Lagi?” Hana bertanya tak percaya.

“Hmm, sangat lelah.”

“Oke kalau begitu, kamu di bawah aku di atas, kamu tak perlu melakukan apa-apa biar aku yang bekerja sendiri.” 

“Aku ingin berendam air hangat kemudian tidur, Hana.”

“Nich! Kamu sudah menolakku sebanyak dua kali, kenapa? Apa bajuku kurang seksi? Apa gayaku terlalu monoton?”

“Bukan, aku hanya lelah itu saja.”

Hana memandangi bayangan suaminya yang bergerak menuju kamar mandi dengan kesal. Padahal sejak tadi dia sudah melulur tubuhnya agar bisa bermain dengan Nicholas malam itu. Namun harus gagal karena Nicholas menolaknya.

Di sisi lain, Amanda sedang merapikan spreinya. Dia akan menyambut Nicholas yang akan datang malam nanti untuknya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status