"Melepaskanmu?" Xander menatap Emma dengan lekat, "dream on!""Xander, lalu apa maumu? Kenapa Kau menyiksaku?""Hahaha," Xander tertawa keras. "akhirnya kau mengakuinya, Emma.""Apa maksudmu?""Dari kata-katamu, aku tahu kau cemburu, kan?""Omong kosong.""Lalu kenapa kau mengeluh? Aku tidak menyiksamu jika kau tidak cemburu padaku.""Tolong lepaskan aku. Anggap saja pelayananku selama delapan bulan ini sebagai penebus kebebasanku.""Kau salah telah bermain-main denganku, Emma. Kau datang sendiri padaku menawarkan dirimu untuk kunikmati dan kau yang berharap agar aku menidurimu. Dan sekarang kau sendiri yang memintaku untuk melepaskanmu? Tidak akan pernah aku kabulkan sebelum aku bosan, ingat itu!" Xander meninggalkan Emma."Xander, apa maumu?" Emma berlari mengejar Xander yang ingin keluar dari rumah."Kau masih belum paham juga? Kau adalah budakku selamanya. Kau akan tinggal di sini sebelum aku bosan. Lakukan apa perintahku dan kau akan hidup dengan tenang!""Aku tidak mau, aku ingin
"Kenapa? Kau marah? Kau tidak suka aku memukul kepala kekasihmu?" tanya Emma sambil menatap tajam Xander.Xander menggulingkan tubuh Sophia ke samping lalu bangkit mendekati Emma. Sekarang katakan padaku apa maumu?" Xander mengangkat dagu Emma ke atas."Kau jahat, Xander."Xander mengangkat satu alisnya ke atas. Tidak puas dengan jawaban Emma."Apa katamu?""Kau sangat suka menyiksaku, Xander.""Aku memang sengaja, lalu kau tidak suka dengan perlakuanku padamu?""Kau bilang kau menyayangiku tapi kenapa kau membawa wanita yang berbeda setiap malamnya untuk kau tiduri?"Xander tersenyum puas karena Emma mengatakan langsung ketidaksukaannya dengan sikapnya."Kau bawa jalang ini ke rumahmu untuk kau kencani yang kedua kalinya.""Karena aku suka pelayanannya Sophia. Dia cukup menarik." Xander tersenyum smirk."Tubuhnya biasa-biasa saja dan tenaganya lemah. Kau menyukai tipe wanita seperti itu?" cibir Emma."Dia sepertinya terlihat biasa-biasa saja dan tenaganya lemah. Tapi kau tidak tahu ap
"Bagaimana keadaan mereka, Sayang?" Jose mengelus perut Lexa dengan sayang. Saat ini mereka berada di taman belakang sambil menikmati sinar rembulan yang bersinar terang."Mereka baik, Jo. Sangat baik," Lexa menggenggam tangan Jose yang berada di perutnya."Syukurlah kalau mereka baik, aku merasa lega.""Tapi sekarang di sini sangat dingin. Bagaimana kalau kita masuk saja ke dalam. ucap Jose yang mengingat malam semakin dingin, tidak baik untuk kesehatan Lexa yang sedang hamil besar."Terima kasih atas perhatiannya, Daddy. Tapi aku masih ingin di sini," jawab Lexa yang menirukan suara anak kecil."Hahaha, aku tidak sabar untuk menanti kelahiran mereka.""Aku juga," Lexa membayangkan jika kedua anaknya akan terlihat manis dan lucu."Jo, kalau kelahiran nanti bagaimana kalau aku atau anak kita berubah menjadi serigala. Maksudku, bagaimana reaksi dokter dan suster yang membantuku dalam proses melahirkan? Apakah tidak akan jadi masalah?""Tidak usah berpikir yang macam-macam, Sayang. Semua
"Jam berapa acaranya berlangsung?" tanya Jose. Saat ini Lexa baru saja selesai jalan pagi. Ia sebenarnya malas melakukan olahraga. Sejak ia hamil, tubuhnya tidak bertenaga sehingga malas untuk melakukan olahraga atau kegiatan yang membutuhkan tenaga lebih. Namun mengingat kedua bayinya, Lexa melawan kemalasan itu dan rajin jalan pagi untuk mempermudah proses persalinan nanti."Nanti malam jam dua belas.""'Hmm… kenapa larut malam?""Karena waktu itu yang tepat. Ketika bulan tepat berada di posisi yang sempurna.""Tapi aku khawatir, lokasinya cukup jauh dan berada di atas bukit. Sedangkan perutmu sudah sangat besar." raut wajah Jose terlihat khawatir. Kali ini hatinya merasa ada sesuatu yang mengganjal. Padahal sebelumnya tidak pernah begini. Bahkan ketika ia hampir mati dijebak oleh Anya, perasaannya tidak merasakan firasat apa pun."Ayolah, Jo. Jangan memberiku wajah murungmu itu. Aku lebih suka wajah tampanmu yang cerah dan penuh percaya diri. Itu akan kelihatan lebih sèksi." Lexa me
Jose yang penasaran karena sopir itu sudah lima menit keluar dari mobil tapi belum kembali juga. Memutuskan untuk melihat keadaan di luar mobil."Aku keluar dulu," Jose berpamitan kepada Lexa."Jo, kau mau pergi ke mana?""Orangmu tadi belum kembali padahal sudah lima menit berlalu. Aku ingin melihat keadaan mobil ini dan mencari keberadaannya.""Tapi Jo," Lexa mulai khawatir karena jalan menuju bukit adalah jalan yang paling diutamakan. Kondisi jalan itu selalu terawat dan terkontrol. Namun sekarang tiba-tiba membuat mobilnya mogok karena roda mobil bagian depan diduga masuk kedalam sebuah lubang. Hal yang janggal jika ada lubang besar yang berada di tengah jalan."Jangan keluar," Lexa menarik jaket JoseJose melihat sepasang mata biru Lexa terlihat gelisah."Baiklah, aku tidak akan keluar." Jose menggenggam tangan Lexa."Jo, tolong telepon Ralph, ceritakan masalah kita." Lexa memberikan ponselnya kepada Jose. Ia sudah curiga dari awal ketika tiba-tiba mobil yang ditumpanginya bermasa
"Gawat, mereka sengaja menciptakan jebakan untuk kita." ucap Ralph kepada anak buahnya. 'Sungguh aku tidak berguna kenapa bisa sampai kecolongan oleh mereka? Sejak kapan mereka membuat jebakan ini padahal kemarin orang-orangku masih memeriksa tempat pelaksanaan acara dan jalan yang akan dilewati oleh Alpha Lexa. Padahal semuanya aman terkendali,' batin Ralph"Tuan Ralph," salah satu Omega memanggil Ralph."Bersiap untuk melawan mereka, sepertinya mereka tidak main-main.""Baik, Tuan.""Satu dari kalian yang mempunyai skill berlari dengan cepat, segera kembali ke Mansion dan meminta bantuan kepada hunter kita untuk mencari keberadaan Alpha Lexa."Baik, Tuan."Setelah kepergian Omega itu Ralph langsung bersiap-siap untuk melawan segerombolan anak buahnya Xander.Ralph akan berusaha menyelamatkan Lexa dari orang yang menculiknya. Bagaimanapun Natasha telah mempercayainya sebagai tangan kanannya. Walaupun dia bukan gama ataupun beta terkuat di Klan Bulan Merah. Tapi ia akan berusaha untuk
"Di mana ini?" Jose menatap sekelilingnya dengan tatapan bingung. Ia merasakan kepalanya pusing, pandangannya sedikit kabur dan badannya terasa sakit. Terutama di bagian perutnya."Tuan Muda," panggil Bastian."Tian.""Ya, Tuan Muda, saya di sini.""Di mana ini?" Jose berusaha bangun dari tidurnya."Anda berada di rumah sakit, Tuan.""Rumah sakit?""Ya Tuan, Anda berada di rumah sakit." Bastian membantu Jose untuk bangun."Tian, di mana istriku?" tanya Jose.Bastian mengembuskan napasnya kasar. "Tuan, saya baru saja sampai di kota ini dan langsung menyusul ke tempat kejadian di mana Anda dan Nyonya Muda mengalami penyerangan." Bastian memang baru saja menyusul karena harus membereskan beberapa pekerjaan penting yang ditinggalkan Jose untuknya. Namun ia begitu sangat khawatir setelah mendengar keterangan dari orang-orang yang berada di Mansion jika rombongan Lexa dan Jose mengalami penyerangan yang tiba-tiba dari segerombolan orang yang tidak dikenal."Jadi, di mana istriku berada?" tan
Ralp dan orang-orangnya segera bergerak setelah melihat salah satu kakinya Benedict masuk ke sebuah lubang. Saat itu tubuh Benedict sedikit miring ke samping sehingga ada satu titik longgar antara tubuhnya dan tubuh Lexa. Dengan secepat kilat salah satu hunter menarik tubuh Lexa sehingga terlepas dari cengkraman Benedict. Dua hunter lainnya langsung memasang badan untuk melindungi tubuh Lexa supaya kandungannya baik-baik saja."Sekarang!" teriak Ralp kepada para pengikutnya untuk menyerang Benedict dan orang-orangnya. Kedua pengikut saling menyerang. Pertempuran sengit pun terjadi karena mereka berasal dari satu klan. Kekuatan yang sama dan gaya bertarung hampir mirip sehingga kekuatan mereka seimbang. Namun hunter khusus dari Klan Bulan Merah akhirnya lebih unggul karena mereka adalah anggota khusus yang dilatih dan disiapkan untuk menghadapi hal-hal genting seperti saat ini. Tidak lama kemudian Benedict dan orang-orangnya mulai terlihat kewalahan dan bisa dipastikan sebentar lagi mer