Share

Chapter 5 approach you

El kembali ke apartemen diletakan sepatu yang dipakainya di rak sepatu, lalu ia menyalakan lampu sebagai penerangan. Saat El ingin beristirahat ia pun mengurungkan niatnya, karena ingin menjalankan rencananya untuk mendekati Marko.

Dengan tubuh yang letih dia memasuki dapur, berniat ingin membuat masakan yang nantinya akan diberikan pada Marko. "Ah, aku mau masak apa ya untuk dia?" tanya El pada diri sendiri. 

Dia membuka lemari pendingin yang katanya sudah diisi makanan oleh Reta. Namun, dia hanya melihat telor, sayuran dan banyak makanan instan." katanya punya restoran, tapi ngisi kulkasku cuma begini doang!" 

El langsung memakai celemek dan menyalakan kompor, lalu menaruh penggorengan di atas kompor dan diberikan minyak yang cukup banyak. Dengan gaya seperti chef dia memecahkan telor, tak selang waktu lama dia berteriak, "Hai ... telor aku perintahkan kau berhenti jangan melukaiku. Aku bisa membawamu ke pengadilan."

Saat dia berperang dengan telor di atas penggorengan, ponselnya berbunyi dilihat telepon dari Reta. "Hallo Reta, ini telur jenis apa yang kau bawa? dia mengajakku berperang?" tanya El. 

"Telor ayam, maksud kau ngajak perang?" tanya Reta. Terdengar bunyi letupan-letupan.

"Hai ... Apa yang sedang kau lakukan? apa kau sedang menggoreng telor? buruan matikan kompornya." perintah Reta 

El langsung mematikan kompornya dan dilihat telor sudah gosong. "Ah ... tadi ngajak perang dan sekarang kau memakai coklat!" ucap El yang terlihat sangat kesal. 

"Gadis bodoh, pantas saja kau gak bisa dapat suami masak aja gak bisa. Gak salah aku isi kulkas kau dengan makanan instan," ucap Reta 

"Hai, jangan sombong Anda. Anda saja bisa masak dan punya restoran masih diselingkuhi!" hardik El.

"Apa Anda sekarang sedang mengajak saya berantem?"

"Tidak. Lebih baik kau menolongku, kasih tahu bagaimana cara memasak mie instan?" tanya El.

"Hallo ... Felysia Ines Lateshia, kau tidak bisa masak mie instan? apa kata dunia mafia?"

"Hai ... tidak ada hubungannya dengan dunia itu, cepat kasih tahu." pinta El 

"Sekarang kau ambil mie instan dan kau lihat baik-baik di sana. Di kemasan mie itu sudah ada cara untuk membuatnya." ucap Reta yang mulai geram dengan sahabatnya.

"Ow ya ... Kenapa aku bodoh sekali ya!" gerutu El pada diri sendiri yang mendapatkan sambutan tawa dari Reta. 

"Untung kau sahabatku kalau tidak ...." Telepon dimatikan El secara sepihak, "Dasar gadis bodoh aku belum selesai bicara." teriak Reta yang kini dilihat para pengunjung restoran. Reta pun membungkukkan tubuhnya meminta maaf karena sudah mengganggu.

****

Di apartemen, El sudah siap dengan semangkuk mie instan lalu dengan bangganya membawa mie instan itu keluar untuk diberikan pada Marko. El memencet bel apartemen Marko. Namun, tidak ada sahutan dari dalam. El melirik jam yang melingkar di tanggannya yang menunjukan pukul 21.00 waktu London. "Apa dia belum pulang ya?" tanya El. 

El pun menunggu Marko hingga sekarang pukul 23.00 waktu London. Mie yang tadi dia masak kini sudah dingin dan mulai mengembang dengan sempurna. El mulai memutar otaknya bagaimana cara agar bisa dekat dengan Marko. El baru ingat jika Marko adalah ketua dari dokter bedah di rumah sakit Victoria dan wakilnya adalah Alberto.

"Kenapa aku tidak minta nomornya pada kakak, El... Otakmu yang pintarnya maksimal mulai tidak bekerja gara-gara laki-laki kayak beruang kutub itu." 

****

Di dalam bangunan tua nampak beberapa orang dengan berpakaian serba hitam dengan berlambang tengkorak putih kini sedang menjalankan pelatihan. Marko dan Rain terus mengawasi anak buahnya malam ini pelatihan menembak dan cara mengobati luka. 

Jumlah anak buah yang sekarang ikut pelatihan tidak terlalu banyak karena pelatihan ini untuk anggota baru. Meskipun anggota baru Marko dan Rain tidak segan-segan untuk bertindak keras. 

"Baik aturan main dalam pelatihan ini, tiga orang pertama yeng menyelesaikan menembak dan mengobati luka akan terbebas dari penalti. Dan penalti-nya adalah di kurangi hari libur untuk libur tahun baru. Jadi kalau peringkat empat, di kurangi sehari. Peringkat lima, di kurangi 2 hari dan seterusnya." jelas Rain 

Semua langsung lanjut mempersiapkan diri masing-masing karena ingin mendapatkan libur setelah 2 bulan mereka menjalani pelatihan. 

Saat Marko kesal karena melihat anak buahnya yang tidak pecus menembak setelah tiga kali mencoba. Marko mendapatnya pesan lewat wechat

"Hallo dokter Al, ini saya El apa malam ini Anda tidak pulang?" Isi pesan WeChat 

Marko yang membaca pesan itu tidak terlalu memberi respon, tapi lama kelamaan pesan yang masuk semakin banyak ada sekitar 40 pesan. Yang salah satu bunyi pesen itu. 

"Woy, beruang kutub dasar bajingan. Balas pesanku." 

"Sial gadis ini mulai berani mengumpat." ucap Marko, yang mendapatkan perhatian dari Rain dan yang lainnya.

"Bos apa Anda tidak papa?" tanya Rain. 

"Sepertinya bos sudah punya pasangan." celetuk salah satu anak buah Marko 

"Apa kalian suka bergosip, sekarang kalian lari 10x putaran." perintah Marko yang mendapatkan penolakan.

"Baiklah jika kalian tidak mau, saya akan menambah 10x lagi." ancam Marko, anak buah Marko langsung berlari memutari gedung tua.

"Dan kau Rain, ambil kartu ini tarik uang tunai bagikan pada mereka dan beli makan malam." perintah Marko

"Siap bos," teriak Rain sambil mengangkat tangannya seperti orang sedang berhormat.

"Satu lagi apa kau tahu caranya memblokir wechat seseorang," tanya Marko dengan malu-malu. 

"Bos pintar tapi gaptek dalam teknologi." gumam Rain yang samar-sama terdengar oleh Marko.

"Apa kau bilang?" 

"Tidak bos," jawab Rain lalu mengajari Marko cara membloki WeChat 

Sementara di apartemen kini El mengutuki dirinya sendiri yang dengan kasar mengirim pesan pada Marko dan mie instan yang tadi sudah dingin kini tinggal mangkoknya saja. Lalu dia melihat pesan WeChat dan ingin mengirim pesan kembali tetapi pesannya kini menjadi tanda silang.

"Sial ... dia memblokir wechat ku. Dasar beruang kutup." teriak El.

Hampir menjelang pagi Marko baru pulang dari markas dengan mengendarai motor sport miliknya. Namun, diperjalanan dia dihadang beberapa kelompok gangster. Marko mengamati kelompok itu dari mana asal usulnya namun sepertinya kelompok baru yang dia temui. 

"Hallo anak kecil, bagaimana keadaanmu?" tanya ketua kelompok yang tak mendapat jawaban dari Marko. 

"Wow ... anak tuan Salamo kini sudah dewasa dan begitu berani," ucapnya lagi, kini mereka mendapat tatapan tajam dari Marko.

Tanpa basa basi Marko langsung mengeluarkan senjatanya dibidiknya senjata itu ke arah salah satu orang yang menghadangnya. 

"Ini baru namanya berani tidak hanya dengan omong kosong," ucap Marko langsung menyerang. 

15 menit baku hantam di jalanan itu terjadi meski 10 lawan 1, Marko tidak gentar menghadapinya. Pada akhirnya, mereka kabur semua karena mendengar suara sirene polisi .

"Sial aku tidak bisa mengenali mereka, apa jangan-jangan mereka gangster 20 tahun lalu," gumam Marko lalu menyalakan motor dan pergi karena tidak ingin berurusan dengan polisi. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status